untuk diabsorpsi sehingga dibutuhkan insulin dalam jumlah yang lebih besar untuk mengikat glukosa Yki-Järvinen, 2011.
Konsentrasi insulin yang tinggi dapat mengakibatkan reseptor insulin melakukan pengaturan sendiri self regulation yaitu dengan cara menurunkan
jumlah reseptor atau down regulation. Hiperinsulinemia juga dapat mengakibatkan desentisasi reseptor insulin pada tahap postreceptor yaitu
penurunan aktivasi kinasi reseptor, translikasi glucose transpoter, dan aktivasi glycogen synthase
. Pada resistensi insulin terjadi peningkatan produksi glukosa dan penurunan penggunaan glukosa sehingga mengakibatkan peningkatan kadar
gula darah hiperglikemik. Pada tahap ini, sel β pankreas mengalami adaptasi diri
sehingga responnya untuk mensekresi insulin menjadi kurang sensitif, dan pada akhirnya membawa akibat pada defisiensi insulin Dipiro, 2008.
D. Diabetes Melitus
Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang disebabkan karena faktor genetik yang terjadi karena kurangnya produksi insulin oleh pankreas atau
tidak efektifnya insulin yang diproduksi. Kurangnya produksi insulin pada peningkatan kadar glukosa dalam darah dapat merusak banyak sistem terutama
pembuluh darah dan syaraf. Risiko diabetes meningkat dengan adanya kelebihan berat badan atau obesitas. Diabetes melitus dibagi dalam dua kategori yaitu
diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2. Diabetes melitus tipe 1 terjadi karena adanya defisiensi absolut insulin akibat kerusakan sel β pankreas. Diabetes melitus tipe 2
terjadi karena kurangnya kemampuan jaringan perifer merespon insulin resistensi
insulin dan terjadinya disfungsi sel β sehingga mengakibatkan kurangnya sekresi insulin WHO, 2014.
Menurut American Diabetes Association 2010, kriteria diagnosis diabetes dibagi menjadi tiga yaitu :
a. Glukosa darah puasa ≥ 126 mgdL 7,0 mmolL. Puasa didefinisikan
sebagai tidak ada asupan kalori sekurangnya selama 8 jam. b.
Uji toleransi glukosa oral OGTT yang abnormal jika glukosa 200 mgdL 2 jam setelah pemberian karbohidrat standar.
c. Glukosa darah sewaktu 200 mgdL dengan gejala dan tanda klasik.
Data dari studi global menunjukkan bahwa jumlah penderita diabetes melitus pada tahun 2011 telah mencapai 366 juta orang. Jika tidak ada tindakan
yang dilakukan, jumlah ini diperkirakan akan meningkat menjadi 552 juta pada tahun 2030. International Diabetes Federation 2013 memperkirakan bahwa
sebanyak 183 juta orang tidak menyadari bahwa mereka mengidap DM. Sebesar 80 orang dengan DM tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Pada tahun 2006, terdapat lebih dari 50 juta orang yang menderita DM di Asia Tenggara dengan umur berkisar antara 40-59 tahun.
E. HbA1c
Pengukuran HbA1c atau pengukuran hemoglobin terglikasi merupakan jenis pengukuran yang penting digunakan untuk diabetes. HbA1c menunjukkan
rata-rata kadar gula darah selama 6 sampai 12 minggu dan digunakan sebagai kontrol gula darah sebagai monitoring pengobatan diabetes. Pada orang yang
diabetes, gula darah yang menumpuk akan bergabung dan terglikasi bersama
dengan hemoglobin. Oleh karena itu, jumlah rata-rata gula darah dapat ditentukan dengan mengukur kadar hemoglobin A1C. Jika kadar glukosa darah tinggi maka
nilai HbA1c juga tinggi American Diabetes Association, 2014. Berdasarkan American Diabetes Association 2014, nilai normal HbA1c
yaitu 5,7, nilai HbA1c 5,7-6,4 menunjukkan adanya peningkatan risiko
diabetes prediabetes, dan nilai 6,5 ke atas menunjukkan adanya diabetes.
Semakin tinggi hemoglobin A1C, maka semakin tinggi pula pengembangan komplikasi penyakit yang berkaitan dengan diabetes.
Tabel II. Kategori Nilai HbA1c American Diabetes Association, 2014
Kategori Nilai HbA1c
Normal 5,7
Prediabetes 5,7-6,4
Diabetes ≥ 6,5
F. Landasan Teori