Perumusan Masalah Latar Belakang

1. Perumusan Masalah

Apakah terdapat korelasi positif yang bermakna antara body mass index BMI terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta? 2. Keaslian Penelitian a. “Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tekanan Darah Anak di Sekolah Dasar Negeri 064979 Medan” Sarah dan Tjipta, 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik consecutive sampling yang bertujuan untuk mengetahui hubungan Indeks Massa Tubuh dengan tekanan darah. Responden berjumlah 70 orang anak SD Negeri 064979 Medan yang memenuhi kriteria sampel. Hasil yang diperoleh pada penelitian ini menunjukkan bahwa peningkatan nilai IMT seorang anak akan disertai dengan adanya peningkatan tekanan sistolik dengan r=0,323 dan p=0,006, dan tekanan diastolik dengan r=0,246 dan p=0,04. Ditemukan adanya hubungan antara IMT dengan tekanan darah yang bermakna dengan p 0,05, namun sifatnya sangat lemah karena nilai r0,4. b. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Abdominal Skinfold Thickness terhadap Kadar Trigliserida pada Staff Wanita Universitas Sanata Dharma” Poerwowidjojo, 2011. Penelitian ini dilakukan menggunakan teknik non- random sampling dengan jenis purposive sampling. Jumlah responden sebanyak 57 orang staff wanita di Universitas Sanata Dharma dengan rentang usia 30-50 tahun. Analisis data dilakukan dengan menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan sebesar 95. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu terdapat korelasi positif bermakna antara BMI terhadap kadar trigliserida r=0,444; p =0,001 dan korelasi positif bermakna dengan kekuatan lemah untuk korelasi abdominal skinfold thickness r=0,375; p =0,004. c. “Korelasi Body Mass Index BMI dan Abdominal Skinfold Thickness Terhadap Glukosa Darah Puasa” Pika, 2011. Pada penelitian ini hasil yang didapatkan yaitu tidak terdapat korelasi yang bermakna antara BMI dan AST dengan kadar glukosa puasa. Nilai p untuk korelasi antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa sebesar 0,141 dan nilai p untuk korelasi antara AST dengan kadar glukosa darah puasa sebesar 0,077. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian sekarang adalah pada penelitian tersebut parameter yang digunakan adalah kadar glukosa darah puasa dan pengukuran antropometri yang digunakan adalah BMI dan abdominal skinfold thickness serta penelitian tersebut dilakukan pada staf wanita Universitas Sanata Dharma berumur 30-50 tahun yang berjumlah 57 orang. d. “Waist Circumference, Body Mass Index, and Other Measures of Adiposity in Predicting Cardiovascular Disease Risk Factor among Peruvian Adults” Knowles, 2011. Penelitian ini dilakukan di Peru pada 952 responden wanita dewasa dan 566 responden pria dewasa. Hasil yang didapatkan yaitu adanya korelasi positif antara BMI terhadap kadar trigliserida dengan p0,001. Koefisien korelasi pada responden pria sebesar 0,462 dan pada responden wanita sebesar 0,437. e. “Correlation between Body Mass Index and Blood Glucose Levels among some Nigerian Undergraduates ” Onyesom, Oweh, Etumah, and Josiah, 2013. Penelitian ini dilakukan pada 253 mahasiswa Nigeria. Hasil yang ditemukan yaitu terdapat korelasi positif yang lemah antara BMI dan kadar glukosa darah pada subyek pria r=0,43; n=151; p ≤ 0,05, sedangkan pada subyek wanita menunjukkan korelasi positif signifikan r=0,53; n=102; p ≤ 0,05. f. “Pengaruh dan Hubungan antara Body Mass Index dengan Kadar Glukosa Darah Puasa dan Kadar Glukosa Darah 2 Jam Post-Prandial” Stephanie, 2007. Penelitian ini dilakukan pada 50 responden wanita dengan menggunakan metode observasional analitik dengan rancangan pengambilan sampel secara cross-sectional. Hasil yang didapatkan yaitu kadar glukosa darah puasa pada kelompok wanita yang mengalami obesitas berbeda tidak signifikan dengan kelompok wanita yang tidak mengalami obesitas p=0,089, terdapat hubungan linier yang lemah antara BMI dengan kadar glukosa darah puasa p=0,042. g. “Hubungan Obesitas dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Moelek Provinsi Lampung” Putri dan Larasati, 2013. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik accidental sampling dengan jumlah responden 46 orang dan analisis data dilakukan dengan uji Fisher. Hasil yang didapatkan yaitu tidak terdapat korelasi bermakna antara obesitas dengan kadar HbA1c p 2 arah = 1,000 dan p 1 arah = 0,579. h. “Diabetes melitus difined by hemoglobin A1c value: Risk characterization among Japanese subjects in the JPHC Diabetes Study ” Kato, Takahashi, Matsushita, Mizoue, Inoue, Kadowaki, et al., 2011. Penelitian ini dilakukan pada 9223 responden di Jepang dengan follow up selama 5 tahun. Pada responden wanita dengan nilai body mass index ≥ 25 kgm 2 lebih berisiko menderita diabetes melitus 2,64 kali dibandingkan responden wanita dengan nilai body mass index 25 kgm 2 berdasarkan hasil tes HbA1c.

3. Manfaat Penelitian