Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA STAF PRIA DEWASA SEHAT

DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

Viadeta Filia Diandra 118114027

INTISARI

Antropometri merupakan metode yang cepat, mudah dan murah yang dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Salah satu pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran skinfold thickness. Pengukuran skinfold thickness yang digunakan pada penelitian ini adalah pada bagian abdominal, tricepss, dan suprailiac yang selanjutnya dikonfersikan sebagai

body fat percentege (BFP) untuk memprediksi adanya obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab resistensi insulin. Resistensi insulin yang terus-menerus terjadi dan tidak dapat ditoleransi lagi dapat mengakibatkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Prediksi secara dini adanya resistensi insulin yang mungkin muncul dapat dilakukan dengan mengukur kadar HbA1c. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis korelasi body fat percentage

terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan

cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara non-randomsampling pada 66 responden. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah abdominal,

suprailiac, triceps skinfold thickness yang di kofersikan sebagai BFP dan HbA1c. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirov dan

Shapiro-Wilk, uji komparatif dengan uji Mann-Whitney, serta uji korelasi

Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara body fat percentage terhadap HbA1c (r=0,247; p=0,046) pada staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(2)

ABSTRACT

Anthropometric is an fast, easy, and inexpensive method that can be use to assess person nutritional status. One commonly used anthropometric measurement is skinfold thickness. Skinfold thickness measurements used in this study is on the abdominal, tricepss, and suprailiac which is converted into body fat percentege (BFP) to predict obesity. Obesity is a risk factor for insulin resistance. Insulin resistance that constantly occur and can not be tolerated again can lead to diabetes mellitus type 2 disease. Prediction of early presence of insulin resistance that may arise can be done by measuring the levels of HbA1c. The purpose of this study was to analyze the correlation of body fat percentage on HbA1c in healthy adult male staff at Sanata Dharma University.

This study is survei analytic with design cross-sectional. This study is used non-random sampling in 66 respondents. Measurements were performed in this study were abdominal, suprailiac, tricepss skinfold thickness, which is converted into BFP and HbA1c. Data were analyzed with the Kolmogorov-Smirov

and the Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney test a comparative test, and correlation tes is used Spearman with cofidence interval 95%.

The results of this study showed a positive correlation was significant with the strength of weak correlation between body fat percentage and HbA1c (r = 0.247 ; p=0,046) in healthy adult man staff at Sanata Dharma University Yogyakarta.


(3)

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA STAF PRIA DEWASA SEHAT

DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Viadeta Filia Diandra 118114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KORELASI BODY FAT PERCENTAGE TERHADAP HbA1c PADA STAF PRIA DEWASA SEHAT

DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

Program Studi Farmasi

Oleh :

Viadeta Filia Diandra 118114027

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

Halaman Persembahan

Aku tidak dapat melakukan

segala sesuatu

,

tetapi aku dapat melakukan

sesuatu

.

Dan apa yang aku dapat lakukan,

dengan

anugerah TUHAN

, akan aku lakukan”

-Edward Hale-

Kupersembahkan karya ini untuk :

Yesus Kristus yang selalu menyertai tiap langkahku

Mama dan Papa yang selalu mencintaiku tanpa batas

Kedua Saudara kembarku Deka dan Dela yang selalu mendukungku

Kekasihku dan Sahabat-sahabatku yang selalu setia

Saudara-saudaraku, Teman-temanku dan Almamaterku


(8)

(9)

(10)

vii

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala penyertaan, pendampingan dan anugrah-Nya yang begitu luar biasa dan tanpa batas kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul ”Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c pada Staf Pria Dewasa

Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Proses penyelesaian skripsi ini tidak mungkin terlepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada :

1. dr. Fenty, M. Kes., Sp. PK selaku dosen pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan, memberi dukungan dan masukkan selama proses pengerjaan skripsi.

2. Aris Widayati, M.Si, Ph.D., Apt. dan Dr. Rita Suhadi, M.Si, Apt selaku dosen penguji yang telah memberikan masukkan dan arahan dalam penyesesaikan skripsi ini.

3. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta yang telah memberikan izin sehingga penelitian ini dapat terlaksana.


(11)

viii

4. Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta yang telah bekerjasama dengan penulis untuk menganalisis sampel darah responden yang digunakan pada penelitian.

5. Staf pria Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah berkenan untuk meluangkan waktu sebagai responden pada penelitian.

6. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan banyak bimbingan, pengetahuan, dan arahan kepada penulis selama perkuliahan.

7. Orang tuaku tersayang Papa dan Mama yang selalu mendoakan, mendukung dan membimbingku serta selalu memberikan cinta dan kasih sayang yang tidak terbatas dan ternilai kepadaku sampai saat ini.

8. Kedua saudara kembarku Deka dan Dela yang selalu memberiku semangat, dukungan dan doa.

9. Laurentius Adhiwena Yudhita Putra yang selalu setia, sabar mendukung, memberi semangat dan motivasi kepadaku.

10. Saudara-saudaraku keluarga besar Sarjohadi dan Suparjo yang selalu mendoakan dan mendukungku.

11. Sahabat-sahabatku yang selalu meluangkan waktu untuk mendengar cerita-ceritaku dan berbagi suka duka denganku.

12. Teman-temanku FKK A 2011, FSM A 2011 dan semua Farmasi angkatan 2011 yang telah berbagi kebersamaan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma.


(12)

ix

13. Teman-teman seperjuanganku dalam mengerjakan skripsi ini Vita, Ocha, Lala, Lisa, Sari, Bona, Asri, Avis, Bagas, Tika, Shinta, Debby, dan Vento. 14. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini yang

tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna dan masih benyak kekurangan. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dalam penyempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak baik penulis maupun pembaca dan juga dapat dijadikan sebagai sumbangan untuk ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 5 Desember 2014


(13)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

INTISARI ... xviii

ABSTRACT ... xix

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan masalah ... 3

2. Keaslian penelitian ... 3

3. Manfaat penelitian ... 9

B. Tujuan ... 9

1. Tujuan umum ... 9

2. Tujuan khusus ... 9


(14)

xi

A. Antropometri ... 10

B. Skinfold Thickness ... 11

1. Abdominal skinfold thickness ... 13

2. Tricepsss skinfold thickness ... 13

3. Suprailiac skinfold thickness ... 14

C. Body Fat Percentage ... 14

D. Obesitas ... 16

E. Resistensi Insulin ... 18

F. HbA1c ... 19

G. Landasan Teori ... 21

H. Hipotesis ... 22

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 23

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 23

B. Variabel Penelitian ... 23

1. Variabel bebas ... 23

2. Variabel tergantung ... 23

3. Variabel pengacau ... 24

C. Definisi Operasional... 24

D. Responden Penelitian ... 25

E. Waktu dan Tempat Penelitian ... 26

F. Ruang Lingkup ... 26

G. Teknik Sampling ... 28


(15)

xii

I. Tata Cara Penelitian ... 28

1. Observasi awal ... 28

2. Permohonan izin dan kerjasama ... 29

3. Pembuatan informed consent dan leaflet ... 29

4. Pencarian calon responden ... 31

5. Validasi dan realibilitas instrumen penelitian ... 32

6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri ... 33

7. Analisis sampel darah responden ... 34

8. Pembagian hasil pemeriksaan ... 34

9. Pengolahan data... 35

J. Analisis Data ... 35

K. Kesulitan Penelitian ... 36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

A. Karakteristik Demografi Responden ... 37

1. Umur... 38

2. Abdominal skinfold thickness ... 39

3. Suprailiac skinfold thickness ... 39

4. Triceps skinfold thickness ... 40

5. Body Fat Percentage ... 41

6. HbA1c ... 42

B. Perbandingan Rerata HbA1c terhadap Body Fat Percentage ≥ 25,10% dan Body Fat Percentage < 25,10% ... 43


(16)

xiii

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 50

A. Kesimpulan ... 50

B. Saran ... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 52

LAMPIRAN ... 58


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Nilai Body Fat Percentage ... 16 Tabel II. Klasifikasi Nilai HbA1c ... 20 Tabel III. Uji Hipotesis Berdasarkan Kekuatan Korelasi, Nilai p, dan Arah

Korelasi ... 36 Tabel IV. Karakteristik Responden Penelitian ... 38 Tabel V. Perbandingan Nilai HbA1c pada Body Fat Percentage≥ 25,10%

dan Body Fat Percentage < 25,10% ... 44 Tabel VI. Perbandingan Jumlah Responden Bedasarkan Kelompok Body Fat

Percentage terhadap Kelompok HbA1c ... 45 Tabel VII. Hasil Uji Korelasi ... 47


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Skinfold Caliper ... 11

Gambar 2. Teknik Pengambilan Skinfold Thickness yang Tepat ... 12

Gambar 3. Penggunaan Skinfold Caliper ... 12

Gambar 4. Abdominal Skinfold Thickness ... 13

Gambar 5. Triceps Skinfold Thickness ... 14

Gambar 6. Suprailiac Skinfold Thickness ... 14

Gambar 7. Apple dan Pear Shape Bodies ... 17

Gambar 8. Skema Pencarian Responden ... 26

Gambar 9. Bagan Kajian Penelitian Payung ... 27

Gambar 10.Diagram Sebaran Korelasi Body Fat Percentage terhadap HbA1c ... 48

Gambar 11.Pengambilan Darah dan Pengukuran Triceps Skinfold Thickness ... 66


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Ethical Clearance ... 59

Lampiran 2. Surat Izin Penelitian ... 60

Lampiran 3. Surat Izin Peminjaman Tempat ... 61

Lampiran 4. Leaflet Tampak Depan ... 62

Lampiran 5. Leaflet Tampak Belakang ... 62

Lampiran 6. Informed Consent ... 63

Lampiran 7. Pedoman Wawancara ... 64

Lampiran 8. Validasi Skinfold Caliper ... 65

Lampiran 9. Dokumentasi Pengambilan Darah ... 66

Lampiran 10.Form Hasil pengukuran Antropometri ... 66

Lampiran 11.Hasil Laboratorium ... 67

Lampiran 12. Data Pengukuran Skinfold Thickness dan Perhitungan Body Fat Percentage ... 68

Lampiran 13.Deskriptif dan Uji Normalitas Umur Responden ... 70

Lampiran 14.Deskriptif dan Uji Normalitas Body Fat Percentage ... 71

Lampiran 15.Deskriptif dan Uji Normalitas Abdominal Skinfold Thickness ... 72

Lampiran 16.Deskriptif dan Uji Normalitas Suprailiac Skinfold Thickness ... 73

Lampiran 17.Deskriptif dan Uji Normalitas Triceps Skinfold Thickness ... 74

Lampiran 18.Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c ... 75

Lampiran 19.Uji Normalitas HbA1c pada Body Fat Percentage≥ 25,10% dan Body Fat Percentage <25,10% ... 76

Lampiran 20.Uji Komparatif HbA1c pada Body Fat Percentage≥ 25,10% dan Body Fat Percentage <25,10% ... 77


(20)

xvii

Lampiran 21. Uji Korelasi HbA1c terhadap Body Fat Percentage ... 77


(21)

xviii

INTISARI

Antropometri merupakan metode yang cepat, mudah dan murah yang dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Salah satu pengukuran antropometri yang sering digunakan adalah pengukuran skinfold thickness. Pengukuran skinfold thickness yang digunakan pada penelitian ini adalah pada bagian abdominal, tricepss, dan suprailiac yang selanjutnya dikonfersikan sebagai

body fat percentege (BFP) untuk memprediksi adanya obesitas. Obesitas merupakan salah satu faktor penyebab resistensi insulin. Resistensi insulin yang terus-menerus terjadi dan tidak dapat ditoleransi lagi dapat mengakibatkan timbulnya penyakit Diabetes Melitus tipe 2. Prediksi secara dini adanya resistensi insulin yang mungkin muncul dapat dilakukan dengan mengukur kadar HbA1c. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis korelasi body fat percentage

terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan

cross-sectional. Pengambilan sampel dilakukan secara non-randomsampling pada 66 responden. Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini adalah abdominal,

suprailiac, triceps skinfold thickness yang di kofersikan sebagai BFP dan HbA1c. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirov dan

Shapiro-Wilk, uji komparatif dengan uji Mann-Whitney, serta uji korelasi

Spearman dengan taraf kepercayaan 95%.

Hasil penelitian ini menunjukkan adanya korelasi positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah antara body fat percentage terhadap HbA1c (r=0,247; p=0,046) pada staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(22)

xix

ABSTRACT

Anthropometric is an fast, easy, and inexpensive method that can be use to assess person nutritional status. One commonly used anthropometric measurement is skinfold thickness. Skinfold thickness measurements used in this study is on the abdominal, tricepss, and suprailiac which is converted into body fat percentege (BFP) to predict obesity. Obesity is a risk factor for insulin resistance. Insulin resistance that constantly occur and can not be tolerated again can lead to diabetes mellitus type 2 disease. Prediction of early presence of insulin resistance that may arise can be done by measuring the levels of HbA1c. The purpose of this study was to analyze the correlation of body fat percentage on HbA1c in healthy adult male staff at Sanata Dharma University.

This study is survei analytic with design cross-sectional. This study is used non-random sampling in 66 respondents. Measurements were performed in this study were abdominal, suprailiac, tricepss skinfold thickness, which is converted into BFP and HbA1c. Data were analyzed with the Kolmogorov-Smirov

and the Shapiro-Wilk normality test, Mann-Whitney test a comparative test, and correlation tes is used Spearman with cofidence interval 95%.

The results of this study showed a positive correlation was significant with the strength of weak correlation between body fat percentage and HbA1c (r = 0.247 ; p=0,046) in healthy adult man staff at Sanata Dharma University Yogyakarta.


(23)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Antropometri adalah metode yang cepat, mudah dan murah yang digunakan untuk memantau pertumbuhan (Preedy, 2012). Antropometri meliputi pengukuran dari berat badan, tinggi, dan ketebalan lipatan kulit/skinfold tickness

(ST) di berbagai daerah tubuh (Tomlinsen and Kline, 2010). Teknik lipatan kulit adalah cara untuk mengukur lemak subkutan yang merupakan lemak yang terletak tepat di bawah kulit di seluruh tubuh dengan menggunakan alat skinfold caliper. Nilai yang didapatkan dari pengukuran skinfold tickness dimasukkan ke dalam rumus skinfold yang tepat untuk menghitung persentase lemak tubuh/ body fat percentage (Kotecki, 2014).

Obesitas adalah penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal pada jaringan adiposa yang dapat menyebabkan berbagai penyakit (World Health Organization, 2013), karena obesitas menunjukkan adanya penumpukan lemak maka penilaian obesitas dapat dilakukan dengan menggunakan body fat percentage. Body fat percentage ini dapat menunjukkan jumlah lemak tubuh dari total berat tubuh (Rostagi, 2010). Mengukur lemak dalam tubuh merupakan salah satu cara yang paling baik untuk mengetahui adanya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas jika dibandingkan dengan cara yang lainnya seperti pengukuran body mass index dan pengukuran lingkar pinggang (Kotecki, 2014).

Obesitas, terutama obesitas sentral adalah penyebab utama resistensi insulin. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa lemak


(24)

perut menghasilkan hormon dan zat-zat lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, ketidakseimbangan kolesterol, dan Cardiovascular Disease ( CVD ) (National Diabetes Information Clearinghouse, 2012). Obesitas juga berhubungan dengan proses inflamasi tingkat rendah dalam jaringan adiposa putih yang merupakan hasil dari aktivasi kronis dari sistem kekebalan tubuh dan dapat berkontribusi pada perkembangan resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa atau diabetes (Stepien, et al., 2014). Salah satu tes yang telah digunakan di berbagai negara sebagai tes diagnostik untuk diabetes terutama diabetes tipe 2 adalah tes HbA1c (Florkowski, 2013). HbA1c dapat digunakan untuk memperkirakan kadar glukosa rata-rata selama 3 bulan (Reinhold and Earl, 2014).

Responden pada penelitian ini adalah pria dewasa dengan rentang umur 40-50 tahun yang menurut Ranasinghe et al. (2013), termasuk dalam rentang umur middle-aged (40-69). Middle-aged merupakan rentang usia transisi antara dewasa muda dan lanjut usia (Papalia, Olds, and Feldman, 2008). Menurut

International Diabetes Federation (2013), hampir setengah dari semua orang dewasa penderita diabetes berada pada rentang umur 40-59 tahun, sehingga penelitian pada pria dewasa perlu dilakukan.

Penelitian ini dilakukan pada pria dewasa sehat untuk memprediksi adanya kemungkinan terkena diabetes melitus tipe 2 yang disebabkan karena obesitas. Menurut data dari World Health Organization pada tahun 2008 lebih dari 1,4 miliar orang dewasa yang berusia 20 tahun ke atas kelebihan berat badan, dari jumlah tersebut lebih dari 200 juta pria dan hampir 300 juta wanita


(25)

mengalami obesitas (World Health Organization, 2013). Di Indonesia prevalensi penduduk dewasa dengan umur >18 tahun yang memiliki berat badan berlebih 13,5% dan obesitas 15,4%, sedangkan untuk penduduk pria sekitar 19,7% mengalami obesitas (Balitbangkes, 2013). Dengan mengetahui adanya obesitas pada pria dewasa maka dapat dilakukan prediksi awal, pencegahan terhadap kemungkinan timbulnya diabetes tipe 2 dan membantu untuk mengelola penyakit kronis seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan kolesterol abnormal (U.S. Department of Health and Human Services and Indian Health Service, 2011).

Bedasarkan uraian di atas maka penelitian korelasi body fat percentage

terhadap HbA1c perlu dilakukan untuk mengidentifikasi adanya korelasi positif bermakna antara body fat percentage terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengukuran body fat percentage

diharapkan dapat menjadi prediktor awal terhadap kemungkinan adanya diabetes tipe 2.

1. Perumusan masalah

Apakah terdapat korelasi bermakna antara Body Fat Percentage (BFP) terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian penelitian

Penelitian sejenis yang pernah dilakukan :

a. “Obesity Indicators by Race/Ethnicity for Diagnosis of Cardimetabolic Disease for a US Representative Sample of Adults” (Vaccaro and


(26)

ras/etnik tidak berpengaruh pada hubungan indikator obesitas terhadap hasil uji penyakit kardiometabolik. Pengukuran body mass index, lingkar pinggang, subcapular skinfold thickness memiliki hubungan yang positif terhadap pengukuran hiperglikemia, dislipidemia, dan hipertensi. Pada pengukuran triceps skinfold thickness tidak terdapat hubungan yang signifikan terhadap hiperglikemia, dislipidemia, dan hipertensi. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini dilakukan pada 11.377 responden pria dan wanita dengan rentang umur ≥ 21 tahun dengan 4 ras/etnik yang berbeda, yaitu Mexican Americans; Other Hispanics; Black non-Hispanics dan White non-Hispanics. Pengukuran antropometri yang digunakan adalah body mass index, lingkar pinggang,

subcapular skinfold thickness dan triceps skinfold thickness.

b. “Hubungan Obesitas dengan Kadar HbA1c Pasien Diabetes Melitus Tipe

2 di Laboratorium Patoligi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah Abdul

Moeloek Provinsi Lampung” (Putri dan Larasati, 2013). Hasil yang

didapatkan pada penelitian ini adalah tidak terdapat hubungan bermakna antara obesitas dengan kadar HbA1c (p(2 arah)=1,000 dan p(1 arah) =0,579).

Perbedaan dari penelitian yang dilakukan adalah dalam penelitian ini menggunakan teknik sampling accidental sampling dengan jumlah 46 sampel yang merupakan pasien DM tipe 2. Obesitas pada penelitian ini diukur dengan menggunakan nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) dan lingkar pinggang. Analisis data yang digunakan pada penelitian ini adalah analisis data katagorik dengan uji Fisher.


(27)

c. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Abdominal Skinfold Thickness

Terhadap Glukosa Darah Puasa” (Pika, 2011). Penelitian ini

mendapatkan hasil tidak ada korelasi bermakna antara BMI dan AST dengan kadar glukosa darah puasa berturut-turut p = 0,141 dan p = 0,077. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan desain cross-sectional dan teknik sampling purposive sampling. Perbedaan dengan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini dilakukan pada staf wanita Universitas Sanata Dharma berumur 30-50 tahun yang berjumlah 57 orang, pengukuran kadar glukosa menggunakan kadar glukosa darah puasa, dan pengukuran antropometri yang digunakan adalah BMI dan abdominal skinfold thickness.

d. “Body Adiposity and Type 2 Diabetes : Increased Risk with A High Percentage Even Having A Normal BMI” (Ambrosi, Silva, Escalada, Santos, Gil, Valenti, et al., 2011). Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa pada pria (p=0,008) dan wanita (p < 0,0001) yang mengalami prediabetes atau diabetes melitus tipe-2 dengan kategori BMI normal memiliki nilai body fat percentage yang tinggi. Kesimpulan dari penelitian ini adalah body fat percentage dapat lebih membantu dalam mendiagnosa risiko diabetes melitus tipe-2 pada seseorang dibandingkan BMI. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah penelitian ini melibatkan 4828 responden berkulit putih (587 kurus, 1320 overweight, dan 2921 obese diklasifikasikan berdasarkan nilai BMI) dan 66% adalah perempuan dengan rentang umur 18-80 tahun, selain itu pada penelitian


(28)

ini dibandingkan antara pengukuran BMI dangan BFP dan untuk mengetahui kadar glukosa dilakukan dengan menghitung nilai

normoglycemia (NG).

e. Hubungan obesitas dengan peningkatan kadar gula darah pada guru-guru SMA Negri 3 Medan(Justitia, 2012). Pada penelitian ini dilakukan pada 51 orang . Hasil yang didapatkan pada penelitian ini adalah pada 17 orang yang mengalami obesitas terdapat peningkatan kadar gula darah pada 15 orang dan kadar gula darah normal pada 2 orang subjek penelitian. Hasil uji Chi-square menunjukkan nilai p=0,005 dengan interpretasi lebih kecil dari nilai α (0,05), sehingga kesimpulan pada penelitian ini adalah peningkatan kadar glukosa darah dipengaruhi oleh obesitas berdasarkan persentase lemak tubuh. Penelitian ini menggunakan desain analitik cross-sectional. Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah analisis statistik dengan menggunakan uji Chi-square, untuk mengetahui hubungan antara peningkatan kadar glukosa darah dengan obesitas, teknik sampling dilakukan dengan cara consecutive sampling dan pemeriksaan kadar glukosa yang digunakan adalah dengan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa.

f. “Body Mass Index, Waist Circumference, Body Fat, Fasting Blood Glucose in a Sample of Moroccan Adolescents Aged 11-17 Years”

(Mehdad, et al., 2011). Penelitian ini dilakukan pada 167 remaja (44 laki-laki dan 123 perempuan) dengan rentang umur 11-17 tahun. Teknik sampling dilakukan secara random. Pada penelitian ini dilakukan


(29)

pengukuran antropometri berupa body mass index, pengukuran lingkar pinggang, fat mass dan percent body fat serta dilakukan pengukuran kadar gula darah. Hasil dari penelitian ini adalah adanya korelasi antara

percent body fat dengan kadar gula darah pada remaja perempuan (p < 0,05 ; r = 0,241), sedangkan pada remaja laki-laki tidak ditemukan adanya korelasi (p > 0,05 ; r =0,121). Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah rentang usia responden (11-17 tahun), teknik sampling dilakukan secara random, metode pengukuran percent body fat dilakukan dengan metode total body water, dan pengukuran gula darah yang digunakan adalah pengukuran gula darah puasa.

g. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Percent Body Fat (%BF) terhadap

Kadar Glukosa Darah Puasa pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta” (Kusumasari, 2013). Penelitian ini dilakukan pada 124 mahasiswa dan mahasiswi Univesitas Sanata Dharma dengan jenis penelitian observasional analitik dan rancangan penelitian cross-sectional. Teknik sampling yang digunakan adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Hasil dari penelitian ini menunjukan adanya korelasi positif yang tidak bermakna antara percent body fat terhadap kadar glukosa darah pada pria (p=0,521) maupun wanita (p=0,500). Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah pada rentang umur responden pada penelitian ini 18–24 tahun dan pada penelitian ini pemeriksaan kadar glukosa menggunakan kadar glukosa darah puasa.


(30)

h. “Effects of Aerobic Training on The Glycemic Control and Body

Composition in Obese Patients with Type 2 Diabetes” (Matinhomaee, Korshidi, Azarbayjani, and Hosseinnezhad, 2012). Penelitian ini dilakukan pada 21 responden (11 perlakukan dan 10 kontrol) dalam rentang usia 40-50 tahun. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak adanya korelasi antara body fat percentage dengan HbA1c (p=0,071; r = 0,47). Perbedaan penelitian yang dilakukan adalah adanya kelompok kontrol dan perlakuan, responden merupakan pasien diabetes tipe 2 yang mengalami obesitas, perhitungan body fat percentage dilakukan dengan

body-composition analyzer.

i. “Body Composition in Diabetes Melitus” (Soniya,Devi, and Rosemary, 2014). Penelitian ini dilakukan pada 100 responden dalam rentang usia 30-78 tahun dengan desain cross-sectional. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa HbA1c tidak berhubungan dengan body fat percentage. Perbedaan penelitian ini adalah responden pada penelitian ini adalah pasien diabetes tipe 2 dalam rentang umur 30-78 tahun.

j. “Study of A1c and Body Fat among SUU Students, Staff, and Faculty” (Wright, et al., 2013). Penelitian ini dilakukan pada 384 sampel yang melakukan pengukuran lingkar pinggang, body fat, dan A1c. Hasil dari penelitian ini adalah peningkatan percent body fat berhubungan dengan peningkatan A1c. Perbedaan penelitian ini adalah penelitian dilakukan pada rentang umur yang cukup luas karena responden yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa, staf dan dosen.


(31)

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai body fat percentage yang berkaitan dengan obesitas dan juga memberikan gambaran adanya korelasi antara body fat percentage

dengan pengukuran HbA1c pada staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Manfaat Praktis. Hasil penelitian dapat dimanfaatkan sebagai masukkan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dari staf pria di Universitas Sanata Dharma, menambah wawasan para peneliti lain dalam bidang kesehatan mengenai hubungan antara body fat percentage terhadap HbA1c, serta dapat dijadikan masukkan bagi masyarakat umum untuk melakukan pola hidup sehat sebagai sarana meningkatkan pecegahan terhadap penyakit Diabetes Melitus tipe 2.

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan identifikasi adanya korelasi antara

body fat percentage terhadap HbA1c pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan khusus

a. Mengetahui karakteristik responden penelitian.

b. Mengetahui perbandingan rerata HbA1c terhadap nilai body fat percentage

≥ 25,10% dan < 25,10%.


(32)

10

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Antropometri

Antropometri terdiri dari dua kata yang berasal dari bahasa Yunani yaitu

anthropo” yang berarti manusia dan “metron” yang berarti pengukuran. Antropometri adalah studi mengenai dimensi tubuh manusia yang meliputi tulang, otot dan jaringan adiposa atau lemak. Antropometri merupakan jenis pengukuran yang cepat, murah, dan mudah serta merupakan komponen yang penting untuk menilai tingkat nutrisi anak-anak dan dewasa. Antropometri meliputi berbagai pengukuran tubuh manusia yaitu berat badan, tinggi badan, lingkar (kepala, pinggang, tungkai), panjang tungkai, lebar (bahu, pergelangan tangan), dan ketebalan lipatan kulit/skinfold thicknesses (Preedy, 2012; NHANES, 2013).

Pengukuran antropometri adalah metode yang paling dasar untuk menilai komposisi tubuh. Pengukuran antropometri menggambarkan massa tubuh, ukuran, bentuk, dan tingkat kegemukan (Duren, et al., 2008). Penilaian komposisi tubuh dengan menggunakan metode antropometri dapat digunakan untuk mengetahui adanya faktor risiko dari penyakit diabetes, Cardiovaskular Disease (CVD), kanker dan masalah kesehatan lainnya (Hoffman, 2006). Menurut penelitian yang dilakukan oleh Vaccaro and Huffman (2013), terdapat hubungan yang positif antara lingkar pinggang dan subcapular skinfold dengan hiperglikemia, dislipidemia dan hipertensi.


(33)

B. Skinfold Thickness

Skinfold Thicknesses (ST) termasuk dalam pengukuran antropometri.

Skinfold thicknesses/ketebalan lipatan kulit adalah suatu teknik yang digunakan untuk mengukur lemak yang terletak di daerah subkutan, yaitu lemak yang terletak tepat di bawah kulit seluruh tubuh (Kotecki, 2014). Jumlah lemak subkutan yang menggambarkan jumlah lemak total tubuh bervariasi menurut umur, jenis kelamin, dan etnis (Hoffman, 2014).

Skinfold thicknesses dilakukan dengan cara mengukur ketebalan tubuh bagian kanan dengan menggunakan alat khusus yaitu skinfold caliper (Gambar 1). Pengukuran dengan menggunakan skinfold caliper ini sebaiknya dilakukan oleh orang yang berpengalaman agar akurat dan dilakukan juga secara berulang. Metode ini memiliki standar eror sebesar 3-4% (Kotecki, 2014; Vlad, Ciupa, and

Nicu, 2009).

Gambar 1. Skinfold caliper (Baty International, 2013)

Pengukuran skinfold thickness dilakukan dengan cara lipat kulit dan lemak menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, lipatan ditarik dengan lembut menjauhi jaringan otot (Gambar 2), kaliper dipegang tegak lurus terhadap lipatan dan dilakukan pengukuran pada jalak ½ inci dari jari (Gambar 3). Pengukuran dilakukan sebanyak dua sampai tiga kali pada setiap bagian lipatan untuk


(34)

kemudian dicari setiap rata-ratanya. Pembacaan hasil dari skinfold caliper

dilakukan pada 2 sampai 3 detik. Pada saat pengukuran posisi orang yang diukur adalah berdiri dan tangan diletakkan disamping tubuh. (Kotecki, 2014; Hoeger

and Hoeger, 2012).

Gambar 2. Teknik pengambilan Skinfold thickness yang tepat (NHANESS, 2004)

Gambar 3. Penggunaan skinfold caliper (Insel, Ross, McMahon, and Bernstein, 2011)

Beberapa bagian dari lipatan kulit yang dapat diukur adalah bagian

tricepss, biceps, subscapular, suprailiac, abdominal, cest-pectoral, midaxillary,

dan thigh. Pengukuran skinfold thickness yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengukuran abdominal, tricepss, dan suprailiac karena ketiga bagian


(35)

pengukuran tersebut termasuk ke dalam bagian primer dari pengukuran skinfold thickness (Medeiros and Wildman, 2014).

1. Abdominal skinfold thickness

Pengukuran dilakukan pada lipatan kulit vertikal sekitar 7 cm ke arah kanan dan 1 cm ke bawah umbilikus atau pusar (Medeiros and Wildman, 2014).

Abdominal skinfold thickness merupakan parameter untuk menilai obesitas yang termasuk dalam obesitas sentral (Indriati, 2010).

Gambar 4. Abdominal skinfold thickness (BrianMac, 2014)

2. Tricepss skinfold thickness

Pengukuran pada bagian trisep dilakukan pada lipatan vertikal di bagian belakang lengan atas di bagian tengah antara bahu dan siku atau bagian tengah antara acromion processes dan olecranon processes (Hoffman, 2014) . Standar normal pengukuran tricepss skinfold thickness untuk pria adalah 12,5 mm (Schilling, 2006). Pengukuran ketebalan kulit pada bagian ini dapat digunakan sebagai indikator obesitas (Indriati, 2010).


(36)

Gambar 5. Triceps skinfold thickness (Rolfes, Pinna, and Whitney, 2012)

3. Suprailiac skinfold thickness

Pengukuran pada lipatan diagonal yang terletak sejajar dengan iliac dan terletak sekitar 20 mm di atas tulang pangkal paha di dalam garis mid-axillary

(Vlad, Ciupa, and Nicu, 2010). Pengukuran ini merupakan parameter untuk menilai obesitas yang termasuk dalam obesitas sentral (Indriati, 2010). Nilai normal untuk suprailiac skinfold thickness pada pria adalah 17,9 mm (Junior, Scelza, Boaventura, Custodio,Moiera, and Oliveira, 2012).

Gambar 6. Suprailiac skinfold thickness (Beta Tecnology, 2008)

C. Body Fat Percentage

Body fat percentage (BFP) atau disebut juga %BF merupakan persentase total massa tubuh yang berupa massa lemak (Medeiros and William, 2014). Lemak yang diukur dalam BFP terdiri dari dua jenis yaitu lemak penting


(37)

Densitas badan laki-laki = 1,1093800-0,0008267 (∑3M) + 0,0000016 (∑3M)2 – 0,0002574 (umur,tahun)

%Lemak tubuh = [(4,95/ Densitas badan) – 4,5] x 100

(essential fat) dan lemak simpanan (storage fat). Essentian fat adalah lemak yang berguna untuk mempertahankan dan fungsi reproduktif, sedangkan storage fat

merupakan akumulasi lemak pada jaringan adiposa (Shamy, 2013).

Mengukur lemak dalam tubuh merupakan salah satu cara yang paling baik untuk mengetahui adanya kelebihan berat badan (overweight) dan obesitas jika dibandingkan dengan cara yang lainnya (Kotecki, 2014). Beberapa cara yang sering digunakan untuk pengukuran BFP adalah under water weighing/berat di bawah air, dual-energy x-ray absorptiometry (DEXA), bioelectrical impedance analyzer (BIA), body-girth measurements dan pengukuran skinfold thickness

(Alters and Schiff, 2013).

Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode pengukuran skinfold karena pengukuran ini merupakan pengukuran yang paling mudah untuk dilakukan dalam mendapatkan BFP (Rostagi, 2010). Skinfold thickness digunakan dalam mengestimasi jumlah lemak tubuh dengan asumsi bahwa adanya hubungan langsung antara jumlah lemak total dalam tubuh dengan jumlah lemak yang tersimpan di bawah kulit (Medeiros and

Widman, 2014).

Untuk mendapatkan BFP hasil pengukuran skinfold thickness

dimasukkan dalam rumus yang sesuai (Kotecki, 2014). Rumus yang digunakan dalam penelitian merupakan formula Jackson and Pollock (Hoffman, 2014).


(38)

Nilai body fat percentage pada pria berumur 40-50 tahun dapat dilihat pada tabel I di bawah ini.

Tabel I. Nilai body fat percentage (Hoeger and Hoeger, 2014)

Men ≥ 40 years old (%)

Underweight < 13

Normal 15,0 – 25,0

Overweight 25,1 – 30,0

Obese ≥ 30,1

Body fat percenge yang juga digunakan untuk mengetahui adanya faktor risiko dari beberapa penyakit seperti diabetes, Cardiovascular Diseases (CVD) dan arteriosklerosis (Labarthe, 2011). Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Wang, et al. (2010), risiko terjadinya diabetes tipe 2 memiliki signifikansi yang tinggi pada orang yang memiliki nilai BF% tinggi (BF% > 25% untuk laki-laki; BF > 35% untuk perempuan) dan BF% intermediet (BF% 20,1% - 25% untuk laki-laki dan BF% 30,1 – 35% untuk perempuan).

D. Obesitas

Obesitas didefinisikan sebagai penumpukan lemak yang berlebihan atau abnormal pada jaringan adiposa yang dapat menyebabkan berbagai penyakit (World Health Organization, 2013). Obesitas disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yaitu, banyaknya makanan yang dikonsumsi melebihi yang dibutuhkan oleh tubuh, meminum banyak alkohol dan kurang berolahraga (Dugdale, Vorvick, and Zieve, 2012). Orang yang memiliki kelebihan lemak di bagian tubuh atas yang disebut dengan apple-shaped memiliki risiko yang lebih tinggi terkena penyakit yang berhubungan dengan obesitas dibandingkan dengan orang yang menyimpan lemak tubuh di bagian bawah yang disebut dengan pear-shaped (Smolin and Grosvenor, 2010). Menurut Alters and Schiff (2013), tipe


(39)

obesitas pada pria memiliki penumpukan lemak di bagian sentral atau apple shaped bodies sedangkan, pada wanita seringkali memiliki kelebihan lemak tubuh di bawah pinggang atau disebut juga pear shaped bodies (Gambar 7). Obesitas merupakan faktor risiko utama dari beberapa penyakit tidak menular seperti penyakit kardiovaskular (terutama penyakit jantung dan stroke), gangguan muskuloskeletal (khususnya osteoartritis), beberapa jenis kanker seperti endometrial, payudara, dan usus besar (World Health Organization, 2013).

Gambar 7. Apple dan pear shape bodies (Healthwise, 2012)

Obesitas terutama kelebihan lemak di sekitar pinggang/obesitas sentral adalah penyebab utama resistensi insulin. Beberapa penelitian yang dilakukan menunjukkan hasil bahwa lemak perut menghasilkan hormon dan zat-zat lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, ketidakseimbangan kolesterol, dan Cardiovascular Disease

(CVD) (National Diabetes Information Clearinghouse, 2012). Obesitas juga berhubungan dengan proses inflamasi tingkat rendah dalam jaringan adiposa putih yang merupakan hasil dari aktivasi yang berkepanjangan (kronis) dari sistem kekebalan tubuh dan dapat berkontribusi pada perkembangan resistensi insulin, gangguan toleransi glukosa atau diabetes (Stepien, et al., 2014).


(40)

Obesitas juga berpengaruh terhadap sensitifitas insulin dengan cara menurunkan produksi adiponektin dan adipokin yang berfungsi untuk meningkatkan sensitifitas insulin dengan cara meningkatkan efek insulin sehingga sensitifitas insulin menurun, dihasilkannya hormon resistin dari jaringan lemak yang memicu terjadinya resistensi insulin dengan cara mengganggu kerja insulin, dan adanya peningkatan jaringan lemak menyebabkan peningkatkan jumlah asam-asam lemak bebas yang menumpuk secara abnormal pada otot sehingga menyebabkan terganggunya kerja insulin (Sherwood, 2011).

E. Resistensi Insulin

Resistensi insulin merupakan suatu keadaan di mana konsentrasi insulin yang dihasilkan kurang untuk memenuhi aktifitas biologis yang diharapkan (Olatunbosum, 2013). Pada resistensi insulin, otot, lemak, dan sel-sel hati tidak dapat merespon insulin dengan baik dan menyebabkan kesulitan dalam mengabsorpsi glukosa dari aliran darah, sehingga diperlukan insulin yang lebih banyak lagi untuk mengikat glukosa (National Diabetes Information Clearinghouse, 2012).

Insulin dihasilkan oleh sel beta pankreas. Dalam keadaan resisten sel-sel beta pankreas berusaha untuk memproduksi insulin lebih banyak lagi karena tubuh membutuhkan insulin yang lebih banyak untuk mengabsorpsi glukosa agar dapat masuk ke dalam sel, namun jika sel-sel beta mampu memproduksi insulin yang cukup untuk mengatasi resistensi insulin, kadar glukosa darah akan tetap pada kisaran normal. Resistensi insulin lama-kelamaan dapat menyebabkan penyakit diabetes melitus tipe 2. Hal ini disebabkan oleh ketidakmampuan/


(41)

kegagalan sel-sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan insulin dalam tubuh (National Diabetes Information Clearinghouse, 2012).

Faktor risiko yang merupakan kontributor utama pada resistensi insulin adalah kelebihan berat badan dan kurangnya aktivitas fisik. Beberapa faktor lain yang dapat menimbulkan resistensi insulin antara lain etnis, penyakit tertentu, hormon, penggunaan steroid, beberapa obat, usia, masalah tidur, dan merokok. Akumulasi lemak perut memproduksi hormon dan zat lain yang dapat menyebabkan masalah kesehatan serius seperti resistensi insulin, tekanan darah tinggi, ketidakseimbangan kolesterol, dan penyakit kardiovaskular. Kelebihan berat badan terutama pada bagian perut dapat berpengaruh pada resistensi insulin. Lemak perut memainkan bagian dalam mengembangkan tahan lamanya atau kronisnya suatu proses peradangan dalam tubuh. Peradangan kronis dapat merusak tubuh dari waktu ke waktu, tanpa tanda-tanda atau gejala. Interaksi kompleks dalam jaringan lemak menarik sel imun ke daerah peradangan dan memicu peradangan kronis tingkat rendah sehingga peradangan ini dapat memberikan kontribusi pada perkembangan resistensi insulin, diabetes melitus tipe 2, dan CVD (National Diabetes Information Clearinghouse, 2014).

F. HbA1c

HbA1c atau disebut juga dengan hemoglobin A1c atau glikohemoglobin merupakan suatu indikator untuk mengetahui kondisi gula darah. HbA1c merupakan hemoglobin non enzimatis yang dikombinasikan dengan gula. HbA1c tidak dipengaruhi oleh perubahan sementara gula darah yang disebabkan oleh


(42)

makanan dan lainnya (Acton, 2013). Kadar glukosa yang pada HbA1c merupakan kadar glukosa yang terikat sangat kuat pada hemoglobin dan beredar bersama eritrosit selama 120 hari. HbA1c dapat digunakan untuk memperkirakan kadar rata-rata glukosa darah seseorang selama 3 bulan terakhir (Reinhold and Earl, 2014). Ikatan kuat glukosa pada hemoglobin terjadi pada proses glikosilasi hemoglobin di mana gugus aldehid glukosa akan berikatan secara kovalen dengan

gugus amino terminal valin pada rantai β hemoglibin (Mahajan and Mishra,

2011). Klasifikasi kadar HbA1c disajikan pada tabel II di bawah ini.

Tabel II. Klasifikasi nilai HbA1c (American Diabetes Association) Klasifikasi Nilai HbA1c (%)

Normal < 5,7

Prediabetes 5,7-6,4

Diabetes ≥ 6,5

Kelebihan penggunaan pengukuran HbA1c dibandingkan dengan pengukuran kadar glukosa lain di antaranya adalah subjek tidak perlu melakukan puasa, sampel dapat diambil kapan saja, variabilitas biologis sangat sedikit, sampel stabil, hasil pengukuran tidak diubah oleh faktor akut seperti stres dan latihan, menunjukkan konsentrasi glukosa darah dalam jangka waktu yang panjang, akurasi hasil tes dapat dipantau, dan dapat memprediksi perkembangan komplikasi mikrovaskular diabetes. Beberapa kekurangan dari pengukuran HbA1c adalah hasil dapat berubah karena faktor-faktor selain glukosa misalnya perubahan masa hidup eritrosit dan etnis, beberapa kondisi dapat menggangu pengukuran seperti selected hemoglobinopathies, pengujian HbA1c belum tersedia di beberapa daerah di dunia, dan biaya yang mahal (Sacks, 2011).


(43)

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wright, et al. (2013), peningkatan nilai HbA1c dapat dipengaruhi karena adanya peningkatan percent body fat. Penelitian yang dilakukan oleh Ravikumar, Bhansali, Walia, Shanmugasundar and Ravikiran (2011), menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara rata-rata HbA1c dan umur responden (r = 0.308, p <0.001).

G. Landasan Teori

Antropometri merupakan metode yang murah, mudah dan cepat yang dapat digunakan untuk menilai status gizi seseorang. Pengukuran skinfold thickness (ST) atau ketebalan lipatan kulit merupakan salah satu jenis dari metode antropometri. Pengukuran ST jika dimasukkan ke dalam rumus yang sesuai dapat digunakan untuk menentukan Body Fat Percentage (BFP). Nilai BFP ini dapat digunakan untuk mengetahui adanya obesitas.

Obesitas merupakan suatu keadaan di mana jumlah lemak di dalam tubuh berlebihan. Obesitas merupakan faktor risiko dari beberapa penyakit kronis salah satunya adanya diabetes melitus tipe 2. DM tipe 2 terjadi karena adanya resistensi insulin yang tidak dapat ditoleransi lagi. Adanya resistensi insulin ditandai dengan meningkatnya jumlah glukosa yang ada di dalam tubuh melebihi batas normal. Resistensi insulin/DM tipe 2 lebih berisiko pada orang-orang dewasa dengan usia >40 tahun, sehingga pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan kadar glukosa pada orang dewasa yang berumur 40-50 tahun. Resistensi insulin/DM tipe 2 dapat diketahui melalui peningkatan kadar HbA1c di dalam darah. HbA1c merupakan pengukuran glukosa darah selama 3 bulan terakhir.


(44)

Peningkatan nilai body fat percentage dapat digunakan sebagai indikasi obesitas pada seseorang. Obesitas dapat menjadi salah satu faktor risiko dari resistensi insulin/DM tipe 2, sehingga body fat percentage dapat menggambarkan adanya peningkatan nilai HbA1c di dalam darah. Penelitian yang dilakukan oleh Wright, et al. (2013), menunjukkan hasil bahwa adanya peningkatan body fat percentage yang berhubungan dengan peningkatan HbA1c.

H. Hipotesis

Hipotesis dari penelitian ini adalah adanya korelasi positif bermakna antara body fat pencentage terhadap kadar HbA1c.


(45)

23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan rancangan penelitian yang berupa potong lintang/cross sectional. Penelitian yang menggali mengenai bagaimana dan mengapa suatu fenomena kesehatan dapat terjadi disebut dengan penelitian survei analitik, sedangkan rancangan penelitian potong lintang/cross sectional merupakan rancangan penelitian yang mempelajari mengenai adanya korelasi antara faktor risiko dengan faktor efek yang pengumpulan sampel atau datanya dilakukan sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Faktor risiko adalah fenomena yang mengakibatkan terjadinya efek, sedangkan faktor efek adalah akibat dari faktor risiko (Notoatmodjo, 2010).

Dalam penelitian ini analasis yang dilakukan adalah mengenai korelasi

body fat percentage terhadap HbA1c. Body fat percentage merupakan faktor risiko, sedangkan HbA1c merupakan faktor efek pada penelitian ini. Pengambilan data dari responden para penelitian ini dilakukan hanya satu kali saja pada saat tertentu. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis menggunakan metode statistika untuk mengetahui korelasi body fat percentage terhadap nilai HbA1c.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Body Fat Percentage (BFP)/persen lemak tubuh

2. Variabel tergantung


(46)

3. Variabel pengacau

a. Variabel pengacau terkendali : usia dan jenis kelamin

b. Variabel pengacau tidak terkendali : gaya hidup, aktifitas fisik, dan keadaan patologis responden

C. Definisi Operasional

1. Karakteristik penelitian meliputi kondisi reponden, demografi, pengukuran antropometri dan hasil laboratorium. Karakteristik kondisi responden yaitu sehat, di mana responden sehat yang dimaksud adalah responden yang tidak menderita penyakit kronis seperti Diabetes Melitus dan tidak mengkonsumsi obat-obatan rutin. Demografi responden yaitu usia 40-50 tahun dan berjenis kelamin pria, pengukuran antropometri meliputi triceps abdominal, dan

suprailiac skinfold thickness, serta hasil laboratorium yaitu HbA1c.

2. Pengukuran skinfold thickness adalah pengukuran yang dilakukan pada lipatan kulit pada bagian tricepss, abdominal, dan suprailiac dengan menggunakan alat skinfold caliper. Hasil pengukuran dinyatakan dalam milimeter (mm).

3. Pengukuran body fat percentage merupakan pengukuran yang didapat dari pengukuran tiga bagian skinkfold thickness dengan formula Jackson and

Pollock (Hoffman, 2014).

Densitas badan laki-laki = 1,1093800-0,0008267 (∑3M) + 0,0000016

(∑3M)2 – 0,0002574 (umur,tahun) %Lemak tubuh = [(4,95/ Densitas badan) – 4,5] x 100


(47)

4. Kadar HbA1c diukur oleh Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda yang dinyatakan dengan satuan persen (%).

5. Standar nilai yang digunakan dalam penelitian a. Body fat percentage

Nilai yang dikatakan normal berdasarkan Hoeger and Hoeger (2012)

untuk pria berumur ≥ 40 tahun adalah 15,1 – 25,0 %.

b. Kadar HbA1c

Nilai normal berdasarkan American Diabetes Asosiation (2014) adalah <5,7%.

D. Responden Penelitian

Responden dalam penelitian ini adalah staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia untuk ikut dan bekerja sama dalam penelitian ini serta mengisi informed consent, dan rentang usia 40-50 tahun. Kriteria eksklusi meliputi staf pria dewasa Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang menderita penyakit kronis, tidak bersedia puasa 10 - 12 jam, mengkonsumsi obat-obatan rutin, dan tidak hadir saat pengambilan data.

Total sampel sebelum pengambilan data adalah sebanyak 78 orang. Pengambilan data dilakukan selama dua hari. Jumlah responden yang hadir pada hari pertama sebanyak 31 orang dan 5 responden tidak hadir. Pada hari kedua jumlah responden yang hadir 35 orang dan yang tidak hadir 7 orang. Jumlah total responden yang bersedia untuk hadir dan memiliki data lengkap adalah sebanyak


(48)

66 orang. Pada penelitian korelasi minimal jumlah responden yang diperlukan adalah sebanyak 30 responden (Spriegel and Stephen, 2007). Jumlah responden pada penelitian ini sudah sesuai untuk uji korelasi yaitu dengan jumlah total 66 responden. Skema responden ditunjukkan pada gambar 8 dibawah ini.

Gambar 8. Skema Penencarian Responden

E. Waktu dan Tempat Penelitian

Pengambilan data yang berupa pengukuran antropometri dan pengambilan darah untuk uji laboratorium dilakukan selama dua hari. Pengambilan data hari pertama dilaksanakan pada tanggal 25 September 2014 pada pukul 07:00 – 12:00 WIB di Hall Utara Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pengambilan data hari kedua dilaksanakan pada tanggal 26 September 2014 pada pukul 07:00 – 10:00 WIB di ruang Seminar LPPM Kampus II Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

F. Ruang Lingkup

Penelitian ini merupakan penelitian payung mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Rasio Lipid dan HBA1c pada Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”, serta “Laju Filtrasi Glomerulus pada Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat dengan Formula Cockroft-Gault, Modification of Diet in Renal Disease, dan Chronic Kidney Disease

78 Responden mengisi informed

consent

66 Responden 12 Responden


(49)

Epidemiology di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penelitian ini dilakukan secara kelompok oleh 14 orang dengan kajian yang berbeda. Tujuan dari penelitian payung ini adalah untuk menganalisa adanya korelasi pengukuran antropometri terhadap nilai HbA1c dan rasio lipid serta untuk menganalisa perbandingan tiga fomula pengukuran Laju Filtrasi Glomerolus (LFG).

Penelitian ini berfokus pada korelasi Body Fat Percentage (BFP) terhadap nilai HbA1c dalam darah. Kajian dalam penelitian tertera pada bagan di bawah ini:

Gambar 9. Bagan Kajian Penelitian Payung

Body Fat Percentage Pria HbA1c Rasio Lipid Wanita HbA1c Rasio Lipid

LP & RLPP

Pria HbA1c Rasio Lipid Wanita HbA1c Rasio Lipid Body Mass Index Pria HbA1c Rasio Lipid Wanita HbA1c Rasio Lipid

Laju Filtrasi dengan Formula CG, MDRD, CKD-EPI

Pria


(50)

G. Teknik Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non-random sampling dengan jenis purposive sampling. Non-random sampling

merupakan teknik yang mengutamakan ciri atau kriteria tertentu, sehingga setiap sampel tidak memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi subjek penelitian.

Purposive sampling adalah sampel yang dipilih bedasarkan penetapan kriteria tertentu oleh peneliti (Swarjana, 2012).

Pada penelitian ini pengambilan sampel didasarkan pada kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditentukan sebelumnya. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 66 orang yang sudah memenuhi kriteria di mana menurut Umar (2007) jumlah minimal sampel yang digunakan dengan metode deskriptif korelasi adalah sebanyak 30 orang.

H. Instrumen

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skinfold caliper

dengan merk pi zhi hou du ji®. Alat ini gunakan untuk mengukur tricepss skinfold thickness, abdominal skinfold thickness, dan suprailiac skinfold thickness. Pengukuran kadar HbA1c yang dilakukan oleh Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda dengan alat yaitu CobasC 581®.

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan cara mencari informasi mengenai jumlah staf di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta serta tempat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan responden pada saat dilakukan pengukuran


(51)

parameter yang diperlukan, dan juga dilakukan pencarian laboratorium yang akan membantu dalam menganalisis sampel darah responden. Pada observasi awal didapatkan keputusan untuk memilih Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta sebagai laboratorium untuk melakukan pengambilan dan menganalisis sampel darah responden karena laboratorium tersebut telah terakreditasi.

2. Permohonan izin dan kerjasama

Permohonan izin yang pertama diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta. Tujuan permohonan izin ini untuk memenuhi etika penelitian karena sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel biologis yang berupa darah manusia.

Permohonan izin yang selanjutnya diajukan kepada Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Permohonan izin bertujuan untuk memperoleh izin dalam melaksanakan penelitian di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan menggunakan responden dari staf Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Permohonan kerjasama diajukan kepada Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda. Permohonan kerja sama ini berupa permohonan untuk melakukan kerjasama dalam pengambilan sampel yang berupa darah dan pengukuran kadar HbA1c melalui sampel darah.

3. Pembuatan informed consent dan leaflet


(52)

Informed consent merupakan bukti tertulis yang berisi pernyataan kesediaan subjek penelitian untuk bersedia mengikuti penelitian.

Informed consent disusun berdasarkan standar yang ditetapkan oleh Komisi Etik Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta dengan nomor Ref: KE/FK/896/EC. Responden yang telah mendapatkan penjelasan dan memahami penelitian yang dilakukan selanjutnya diminta untuk mengisi nama, jenis kelamin, usia, tempat tanggal lahir, alamat, nomor telepon atau handphone dan tanda tangan yang tertera pada

informed consent. b. Leaflet

Leaflet merupakan lembaran kertas yang berisi informasi tertulis yang akan diberikan kepada sasaran yang dapat membaca sebagai sumber informasi mengenai suatu hal atau masalah khusus. Pemberian leaflet, dalam penelitian ini bertujuan untuk membantu peneliti dalam memberikan informasi mengenai pengukuran antropometri dan pentingnya pemeriksaan kadar HbA1c, profil lipid dan clirens creatinin menggunakan sampel darah untuk mengantisipasi adanya gangguan kesehatan yang berhubungan dengan pengukuran kadar dengan sampel darah dan pengukuran antropometri, sehingga responden dapat mendeteksi kesehatannya secara mandiri.


(53)

4. Pencarian calon responden

Pencarian calon responden dilakukan setelah mendapatkan persetujuan

etical clearance dari Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada tanggal 14 Agustus 2014 dengan nomor izin Ref: KE/FK/896/EC dan mendapatkan izin untuk melakukan penelitian dari Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma Yogyakarta pada tanggal 4 Agustus 2014. Izin dari Wakil Rektor I diteruskan kepada Kepala Bagian Personalian Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk meminta data dan informasi para staf administratif dan edukatif. Data yang didapat sebanyak 446 pria, selanjutnya data disortir berdasarkan umur responden yang memasuki kriteria inklusi dan didapatkan sebanyak 194 pria.

Pencarian responden yang memasuki kriteria umur dilakukan dengan cara mendatangi satu per satu staf yang namanya tercantum dalam daftar staf. Pada tahap ini tidak semua staf dapat ditemui karena berbagai alasan seperti sedang cuti dan studi lanjut. Calon responden yang dapat ditemui diberikan penjelasan mengenai penelitian yang dilakukan, diberikan pertanyaan mengenai riwayat penyakit dan konsumsi obat-obatan rutin untuk memastikan bahwa responden tidak masuk dalam kriteria eksklusi, dan diberi tahu kapan hari, tanggal dan waktu pengambilan data akan dilaksanakan. Pada tahap ini beberapa calon responden menolak untuk berpartisipasi dalam penelitian karena berbagai alasan yaitu menderita penyakit degeneratif, mengkonsumsi obat-obatan, takut terhadap jarum suntik, waktu penelitian yang bertabrakkan dengan acara lain, sedang sibuk dalam beberapa minggu ke depan, tidak dapat hadir saat penelitian dilaksanakan


(54)

karena memiliki jadwal mengajar atau memiliki kesibukkan lain yang tidak bisa di tinggalkan pada hari penelitian, dan menolak untuk berpuasa selama 10-12 jam.

Calon responden yang bersedia untuk mengikuti penelitian ini kemudian mengisi informed consent sebagai bukti kesediaannya mengikuti penelitian. Responden yang sudah mengisi informed consent diberi tahu kembali kapan dan di mana penelitian akan dilakukan dan diingatkan satu hari sebelum pengambilan data untuk berpuasa selama 10-12 jam. Pada saat hari pengambilan data responden yang sudah mengisi informed consent yang belum datang sampai waktu pengumpulan data hampir selesai dihubungi kembali untuk memastikan kedatangannya.

5. Validitas dan reliabilitas instrumen penelitian

Alat yang akan diketahui validitas dan reabilitasnya dalam penelitian ini adalah skinfold caliper merk pi zhi hou du ji® dengan cara melakukan perhitungan koefisien variasi setelah dilakukan pengukuran sebanyak 5 kali. Suatu alat kesehatan yang memiliki nilai koefisien distribusi < 5% dikatakan alat tersebut merupakan alat yang baik untuk digunakan dalam penelitian (Departemen Kesehatan RI, 2011).

Validitas berarti bahwa instrumen sebagai alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur, sedangkan reliabilitas berarti instrumen sebagai alat ukur dapat memperoleh hasil ukur yang konsisten (Notoatmodjo, 2010). Alat

skinfold caliper yang digunakan pada penelitian ini sudah valid karena dapat digunakan untuk mengukur skinfold thickness. Reliabilitas alat skinfold caliper


(55)

dan triceps skinfold thickness sebanyak masing-masing 5 kali. Nilai CV yang didapatkan dari alat skinfold caliper merk pi zhi hou du ji® pada bagian

abdominal adalah 1,40%, bagian suprailiac 2,46% dan bagian triceps adalah 2,96%. Hasil nilai CV ini menunjukkan alat yang digunakan merupakan alat yang baik. Hasil nilai CV juga dapat menunjukan bahwa instrumen yang digunakan memiliki hasil pengukuran yang cukup tetap. Alat yang digunakan untuk menentukan nilai HbA1c yaitu Cobas C 581® penentuan validitas dan reabilitas dilakukan oleh Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda.

6. Pengambilan darah dan pengukuran antropometri

Pengambilan darah yang digunakan untuk menghitung kadar HbA1c pada penelitian ini dilakukan oleh analis dari Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda. Pengukuran antropometri yang dilakukan pada penelitian ini adalah mengukur skinfold thickness yang kemudian dihitung menggunakan rumus yang sesuai untuk mendapatkan nilai body fat percentage.

Pengukuran skinfold thickness pada penelitian ini dilakukan dengan posisi responden berdiri tangan berada disamping tubuh pada keadaan yang relax. Hasil pengukuran skinfold thickness yang didapatkan harus benar-benar hanya bagian lipatan kulit saja (lemak subkutan), sehingga responden diminta kesediaannya untuk mengangkat pakaian yang menutupi bagian abdominal, suprailiac dan triceps yang akan diukur. Pada pengukuran triceps skinfold thickness posisi responden membelakangi peneliti sedangkan pada pengukuran

abdominal dan suprailiac skinfold thickness posisi responden berhadapan dengan peneliti.


(56)

Pengukuran skinfold thickness dilakukan dengan cara lipat kulit dan lemak menggunakan ibu jari dan jari telunjuk, lipatan ditarik dengan lembut menjauhi jaringan otot, kaliper dipegang tegak lurus terhadap lipatan dan dilakukan pengukuran pada jarak ½ inci dari jari. Pembacaan hasil dari skinfold caliper dilakukan pada 2 sampai 3 detik.

Pengukuran abdominal skinfold thickness dilakukan pada lipatan kulit vertikal sekitar 7 cm ke arah kanan dan 1 cm ke bawah umbilikus atau pusar. Pengukuran suprailiac skinfold thickness dilakukan pada lipatan diagonal yang terletak sejajar dengan iliac dan terletak sekitar 20 mm di atas tulang pangkal paha di dalam garis mid-axillary. Pengukuran triceps skinfold thickness dilakukan pada lipatan vertikal di bagian belakang lengan atas antara bahu dan siku.

7. Analisis sampel darah responden

Analisis sampel darah responden yang telah diambil dilakukan oleh Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda untuk mendapatkan hasil nilai HbA1c.

8. Pembagian hasil pemeriksaan

Hasil pengukuran antropometri yang dilakukan oleh peneliti dan hasil analisis sampel darah yang dilakukan oleh Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda diberikan langsung dari peneliti kepada responden setelah perhitungan antropometri dan hasil dari laboratorium keluar. Saat pembagian hasil kepada responden juga dilakukan penjelasan mengenai hasil laboratorium dan pengukuran antropometri. Selain itu peneliti juga memberikan saran kepada


(57)

responden jika ada hasil laboratorium dan pengukuran antropometri yang tidak sesuai dengan nilai normal.

9. Pengolahan data

Data yang diperoleh oleh peneliti selanjunya diolah dengan cara melakukan pengumpulan data yang sejenis untuk selanjutnya dibagi berdasarkan kategori yang sudah ditetapkan.

J. Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis secara statistika dengan menggunakan program SPSS versi 16 yang disediakan oleh Perpustakaan Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Pertama dilakukan uji normalitas data yang dilakukan dengan menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov jika jumlah sampel yang akan dianalisis > 50 atau menggunakan Shapiro-Wilk jika sampel yang didapatkan < 50 (Dahlan, 2012). Data dikatakan memiliki distribusi normal jika nilai p > 0,05.

Data yang terdistribusi normal akan dilanjutkan dengan uji korelasi dengan menggunakan uji Pearson, sedangkan data yang tidak terdistribusi normal akan dilakukan uji korelasi dengan uji Spearman. Dengan menggunakan taraf kepercayaan sebesar 95%. Uji hipotesis dilakukan dengan melihat nilai signifikansi. Data dikatakan memiliki korelasi yang bermakna jika nilai p < 0,05 (Dahlan, 2012). Dilakukan juga uji koefisien determinasi untuk mengetahui seberapa besar tingkat pengaruh suatu variabel bebas terhadap nilai variabel terikat (Sugiyono, 2012).


(58)

Tabel III. Uji hipotesis bedasarkan kekuatan korelasi, nilai p, dan arah korelasi (Dahlan, 2012).

Parameter Nilai Interpretasi

Kekuatan korelasi (r) 0,0 - <0,2 Sangat lemah

0,2 - <0,4 Lemah

0,4 - <0,6 Sedang

0,6 - <0,8 Kuat

0,8 – 1 Sangat kuat

Nilai p p <0,05 Korelasi bermakna

p >0,05 Korelasi tidak bermakna

Arah korelasi +(positif) Searah

(negatif) Berlawanan arah

Data juga dianalisis untuk mengetahui kebermaknaan perbedaan kategori nilai HbA1c melalui distribusi body fat percentage dengan menggunakan uji komparatif. Uji komparatif diawali dengan melakukan uji normalitas pada kedua kelompok HbA1c pada pengukuran body fat percetage ≥ 25,10% dan < 25,10%. Pada kedua kelompok jika dihasilkan data yang terdistribusi normal maka digunakan uji t tidak berpasangan, sedangkan jika data pada salah satu kelompok atau kedua kelompok tidak terdistribusi normal maka digunakan uji Mann-whitney. Hasil uji komparatif yang menunjukkan nilai p < 0,05 berarti bahwa terdapat perbedaan bermakna antara setiap kategori yang dianalisis (Dahlan, 2012).

K. Kesulitan Penelitian

Kesulitan dalam penelitian ini adalah sulitnya mencari responden karena tidak semua responden yang ada pada data yang diberikan oleh biro personalia dapat ditemui dengan alasan sedang cuti dan melaksanakan studi lanjut. Beberapa responden yang telah mengisi informed consent juga tidak bisa hadir karena jadwal mengajar dan memiliki kegiatan lain yang lebih penting dan tidak bisa ditinggalkan.


(59)

37

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kareakteristik Demografi Responden

Responden pada penelitian ini merupakan staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang umur 40-50 tahun. Jumlah responden yang bersedia mengikuti penelitian ini adalah sebanyak 66 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Semua responden ini diikut sertakan dalam pengolahan data. Jumlah sampel yang digunakan pada penelitian ini sudah sesuai karena jumlah minimal sampel yang digunakan dengan metode deskriptif-korelasi adalah sebanyak 30 orang (Umar, 2007).

Langkah awal pada pengolahan data pada penelitian ini dimulai dari analisis statistik yang berupa analisis deskriptif. Menurut Dahlan (2012), statistik deskriptif dapat dilihat melalui distribusi data yang normal atau dapat digunakan untuk melihat karakteristik dari data yang diperoleh. Karakteristik yang disajikan pada penelitian ini meliputi umur, Body Fat Percentage (BFP), abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, triceps skinfold thickness, dan HbA1c. Penyajian data pada penelitian harus disesuaikan dengan hasil normalitas data. Ringkasan dari uji normalitas yang menggambarkan karakteristik responden disajikan pada tabel


(60)

Tabel V. Karakteristik responden penelitian

No. Karakteristik Distribusi data (n=63) p

1. Umur (tahun) 44,48±2,93* 0,070

2. Abdominal skinfold thickness (mm) 30,03±11,85* 0,200

3. Suprailiac skinfold thickness (mm) 19,41(4,00-50,17)** 0,005

4. Triceps skinfold thickness (mm) 13,02±5,87* 0,200

5. Body Fat Percentage/BFP (%) 20,67±7,16* 0,200

6. HbA1c (%) 5,63(4,66-9,94)** 0,000

Keterangan: * Mean±Standar Deviasi

** Median (Minimum-maksimum) p > 0,05 berarti data terdistribusi normal

1. Umur

Responden pada penelitian ini adalah pria dewasa dengan rentang umur 40-50 tahun yang menurut Ranasinghe et al. (2013), termasuk dalam rentang umur middle-aged (40-69). Middle-aged merupakan rentang usia transisi antara dewasa muda dan lanjut usia (Papalia, et al., 2008). Rata-rata umur responden pada penelitian adalah 44,48 tahun dengan nilai SD ± 2,93. Distribusi umur yang diperoleh dari uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dihasilkan nilai p = 0,070 yang menunjukkan bahwa data umur responden terdistribusi normal.

Penelitian yang dilakukan oleh Ranasinghe et al. (2013) pada 1114 responden dengan 49,1% laki-laki, menunjukkan bahwa dengan adanya peningkatan umur maka BF% juga akan meningkat dengan bentuk kurva yang linear. Peningkatan lemak di dalam tubuh yang berlebihan (obesitas) yang ditunjukkan dengan meningkatnya body fat percentage juga dapat menjadi salah satu faktor risiko dari penyakit diabetes melitus. Penelitian yang dilakukan oleh Ravikumar, Bhansali, Walia, Shanmugasundar and Ravikiran (2011), menunjukkan adanya korelasi positif yang signifikan antara rata-rata HbA1c dan umur responden (r=0.308, p<0.001). Penelitian ini dilakukan pada 1317 subjek yang memiliki toleransi glukosa normal. Menurut American Diabetes Association


(61)

(2013), semakin bertambah tua atau umur manusia, semakin menambah berkembangnya risiko penyakit diabetes. Menurut International Diabetes Federation (2013), hampir setengah dari semua orang dewasa penderita diabetes berada pada rentang umur 40-59 tahun.

2. Abdominal skinfold thickness

Pada penelitian ini nilai rata-rata abdominal skinfold thickness yang didapatkan adalah sebesar 30,03 mm dengan SD ± 11,85. Nilai rata-rata

abdominal skinfod thickness yang didapatkan termasuk dalam ukuran abdominal skinfod thickness di atas nilai tengah, di mana nilai tengah dari abdominal skinfod thickness untuk responden pria pada penelitian ini adalah 29,91 mm.

Uji normalitas data responden menggunakan Kolmogorov-Smirnov

menunjukkan nilai p = 0,200 yang berarti bahwa data abdominal skinfold thickness responden pada penelitian ini terdistribusi secara normal.

Menurut Hoeger and Hoeger (2014), bagian anatomi yang tepat untuk pengukuran skinfold thickness pada pria adalah bagian abdomen. Abdominal skinfold thickness merupakan salah satu dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness (Kotecki, 2014). Menurut Demura and Sato (2007), pengukuran skinfold thickness di bagian abdominal merupakan salah satu bagian pengukuran skinfold thickness yang memiliki hasil standar eror lebih kecil dibandingkan pada bagian yang lain.

3. Suprailiac skinfold thickness

Nilai tengah pengukuran suprailiac skinfols thickness pada penelitian ini adalah 19,41 mm. Nilai median ini termasuk di atas normal karena nilai normal


(62)

dari pengukuran suprailiac skinfold thickness adalah sebesar 17,9 mm. Nilai tertinggi dari pengukuran suprailiac skinfold thickness dari penelitian ini sebesar 50,17 mm di mana data ini hampir mecapai 3 kali dari nilai normal. Nilai terendah untuk pengukuran suprailic skinfold thickness pada penelitian ini adalah 4,00 mm merupakan nilai yang sangat rendah. Hasil dari uji normalitas menggunakan

Kolmogorov-Smirnov menunjukkan nilai p = 0,005 yang berarti distribusi data pengukuran suprailiac skinfold thickness tidak normal.

Menurut Hoeger and Hoeger (2014), bagian anatomi yang tepat untuk pengukuran skinfold thickness pada pria adalah bagian suprailiac. Suprailiac skinfold thickness merupakan salah satu dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness (Kotecki, 2014). Menurut Demura and Sato (2007), pengukuran skinfold thickness di bagian suprailiac merupakan salah satu bagian pengukuran skinfold thickness yang memiliki hasil standar error lebih kecil dibandingkan pada bagian yang lain.

Pengukuran suprailiac skinfold thickness merupakan parameter untuk menilai obesitas yang termasuk dalam obesitas sentral (Indriati, 2010). Obesitas sentral merupakan salah satu faktor risiko munculnya resistensi insulin yang dapat berkembang menjadi penyakit diabetes melitus tipe 2.

4. Triceps skinfold thickness

Pengukuran triceps skinfold thickness pada penelitian ini memiliki nilai rata-rata sebesar 13,02 mm dengan SD ± 5,87. Nilai rata-rata dari triceps skinfold thickness ini termasuk dalam nilai di atas normal di mana nilai normal pengukuran


(63)

skinfold thickness menggunakan Kolmogorof-Smirnov menunjukkan nilai p sebesar 0,200 yang menunjukkan bahwa hasil pengukuran triceps skinfold thickness pada penelitian ini terdistribusi secara normal.

Menurut Hoeger and Hoeger (2014), bagian anatomi yang tepat untuk pengukuran skinfold thickness pada pria adalah bagian tricepss. Triceps skinfold thickness merupakan salah satu dari lima bagian yang sering digunakan untuk pengukuran skinfold thickness (Kotecki, 2014).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Imano et al. (2012), pengukuran skinfold thickness termasuk pengukuran triceps dan subscapular skinfold thickness dapat digunakan untuk mendapatkan gambaran jangka panjang yang lebih jelas mengenai pengaruh distribusi lemak tubuh terhadap faktor risiko beberapa penyakit, jika dibandingkan dengan menggunakan pengukuran BMI.

5. Body fat percentage

Nilai body fat percentage pada penelitian ini didapatkan melalui pengukuran skinfold thickness yang dilakukan pada tiga bagian yaitu abdominal skinfold thickness, suprailiac skinfold thickness, dan tricepss skinfold thickness.

Rata-rata nilai body fat percentage responden pria pada penelitian ini sebesar 20,67% dengan nilai SD ± 7,16. Nilai rata-rata yang didapatkan menunjukkan data body fat percentage berada pada tingkat normal. Nilai terendah body fat percentage pada penelitian ini adalah 5,14% yang termasuk dalam kelas

underweight, sedangkan untuk nilai tertinggi body fat percentage dalam penelitian ini termasuk dalam kelas obesitas dengan nilai 37,52%. Nilai p yang dihasilkan dari uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov pada penelitian ini


(1)

Lampiran 16. Deskriptif dan Uji Normalitas Suprailiac Skinfold Thickness

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Suprailiac ST 66 100,0% 0 0,0% 66 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error Suprailiac ST Mean 22,1261 1,22145

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 19,6867 Upper Bound 24,5655 5% Trimmed Mean 21,7730

Median 19,4150

Variance 98,468 Std. Deviation 9,92312

Minimum 4,00

Maximum 50,17

Range 46,17

Interquartile Range 15,25

Skewness ,542 ,295 Kurtosis ,057 ,582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Suprailiac ST ,135 66 ,005 ,964 66 ,053 a. Lilliefors Significance Correction


(2)

Lampiran 17. Deskriptif dan Uji Normalitas Triceps Skinfold Thickness

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Triceps ST 66 100,0% 0 0,0% 66 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error Triceps ST Mean 13,0205 ,72292

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 11,5767 Upper Bound 14,4642 5% Trimmed Mean 12,7298

Median 13,0800

Variance 34,492 Std. Deviation 5,87301

Minimum 4,00

Maximum 30,83

Range 26,83

Interquartile Range 6,96

Skewness ,672 ,295 Kurtosis ,372 ,582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. Triceps ST ,086 66 ,200* ,958 66 ,025 *. This is a lower bound of the true significance.


(3)

Lampiran 18. Deskriptif dan Uji Normalitas HbA1c

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent HbA1c 66 100,0% 0 0,0% 66 100,0%

Descriptives

Statistic Std. Error HbA1c Mean 5,7385 ,09274

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5,5533 Upper Bound 5,9237 5% Trimmed Mean 5,6332

Median 5,6300

Variance ,568

Std. Deviation ,75341

Minimum 4,66

Maximum 9,94

Range 5,28

Interquartile Range ,40

Skewness 3,541 ,295 Kurtosis 16,216 ,582

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. HbA1c ,259 66 ,000 ,646 66 ,000 a. Lilliefors Significance Correction


(4)

Lampiran 19. Uji Normalitas HbA1c pada Body Fat Percentage

≥ 25,10% dan

Body Fat Percentage <25,10%

Case Processing Summary

Klasifikasi BFP

Cases

Valid Missing Total N Percent N Percent N Percent Nilai HbA1c >=25,10 18 100,0% 0 0,0% 18 100,0%

<25,10 48 100,0% 0 0,0% 48 100,0%

Descriptives

Klasifikasi BFP Statistic Std. Error Nilai HbA1c >=25,10 Mean 5,7922 ,14375

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5,4889 Upper Bound 6,0955 5% Trimmed Mean 5,7164

Median 5,6400

Variance ,372

Std. Deviation ,60988

Minimum 5,09

Maximum 7,86

Range 2,77

Interquartile Range ,52

Skewness 2,442 ,536 Kurtosis 7,839 1,038 <25,10 Mean 5,7183 ,11628

95% Confidence Interval for Mean

Lower Bound 5,4844 Upper Bound 5,9522 5% Trimmed Mean 5,6040

Median 5,5900

Variance ,649

Std. Deviation ,80558

Minimum 4,66

Maximum 9,94

Range 5,28

Interquartile Range ,44

Skewness 3,733 ,343 Kurtosis 17,228 ,674

Tests of Normality

KlasifikasiBFP

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. NilaiHbA1c >=25,10 ,237 18 ,009 ,754 18 ,000

<25,10 ,295 48 ,000 ,609 48 ,000 a. Lilliefors Significance Correction


(5)

Lampiran 20. Uji Komparatif HbA1c pada Body Fat Percentage

≥25,10% dan

Body Fat Percentage <25,10%

Ranks

Klasifikasi BFP N Mean Rank Sum of Ranks Nilai HbA1c >=25,10 18 37,06 667,00

<25,10 48 32,17 1544,00 Total 66

Test Statisticsa

NilaiHbA1c Mann-Whitney U 368,000 Wilcoxon W 1544,000

Z -,922

Asymp. Sig. (2-tailed) ,357 a. Grouping Variable: KlasifikasiBFP

Lampiran 21. Uji Korelasi HbA1c terhadap Body Fat Percentage

Correlations

BFP HbA1c Spearman's rho BFP Correlation Coefficient 1,000 ,247*

Sig. (2-tailed) . ,046

N 66 66

HbA1c Correlation Coefficient ,247* 1,000 Sig. (2-tailed) ,046 .

N 66 66

*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Lampiran 22. Uji Koefisien Determinasi HbA1c terhadap Body Fat Percentage

Model Summary

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate 1 ,176a ,031 ,016 ,74745 a. Predictors: (Constant), BFP


(6)

78

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi bernama lengkap Viadeta Filia Diandra,

lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, tanggal 9

Desember 1992. Penulis merupakan anak nomer tiga

dari tiga bersaudara kembar pasangan Agus Krushartadi

dan Herlina. Pendidikan awal penulis di mulai dari TK

Kristen Debora Banjarnegara (1998-1999), SD Kristen

Debora Banjarnegara (1999-2005), SMP Negeri 1

Banjarnegara (2005-2008) dan melanjutkan ke tingkat sekolah menengah atas di

SMA Negeri 1 Banjarnegara (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis melanjutkan

pendidikan ke Pergukuan Tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta. Selama masa perkuliahan penulis aktif sebagai sie.konsums

i “Desa

Mitra I Tahun 2013” dan “Desa Mitra II Tahun 2013”, dan peserta “Program

Kreatifitas Mahasiswa yang dinyatakan lolos seleksi dan didanai Hibah Direktorat

Pendidikan Tinggi (Dikti) Tahun 2014).