Korelasi Body Mass Index (BMI) terhadap rasio lipid pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(1)

INTISARI

Pengukuran antropometri menunjukan adanya hubungan dengan faktor risiko penyakit. Body Mass Index (BMI) merupakan pengukuran antropometri berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal berlebihan yang mengakibatkan risiko penyakit antara lain hiperlipidemia dan memperburuk kardiovaskular. Obesitas menyebabkan kadar kolesterol tubuh menjadi tidak normal. Rasio kolesterol total/HDL dan LDL/HDL dapat digunakan sebagai prediktor CVD.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi BMI dengan rasio lipid pada staf pria dewasa sehat, penelitian ini merupakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah responden 66 orang. Data diolah dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Uji komparatif

Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan. Uji korelasi menggunakan Uji

Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Karakteristik responden meliputi BMI=24,96±3,39, kolesterol total/HDL= 4,69 ±1,16, dan LDL/HDL= 2,84±0,82. Hasil penelitian ini adalah adanya korelasi dengan kekuatan lemah antara BMI terhadap kolesterol total/ HDL (p=0,003; r= 0,364) dan korelasi dengan kekuatan lemah antara BMI terhadap LDL/HDL (p= 0,024; r= 0,277) pada staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma. Kesimpulan penelitian ini yakni terdapat korelasi bermakna antara BMI dengan Kolesterol Total/HDL dan LDL/HDL.


(2)

ABSTRACT

Anthropometric measurements showed an association with disease risk factors. Body Mass Index ( BMI ) is an anthropometric measurement based on height and weight. Obesity is an abnormal accumulation of excessive fat that result in the risk of the disease include hyperlipidemia and cardiovascular worsen. Obesity can cause cholesterol levels become abnormal. The ratio of total cholesterol / HDL and LDL / HDL can be used as a predictor of CVD .

This study aims to determine the correlation between BMI with lipid ratio in healthy adult male staff, this is an analytic observational study with cross sectional design. The number of respondents 66 people. Data processed by the Kolmogorov - Smirnov normality test and the Shapiro - Wilk . Comparative test used Mann-Whitney and unpaired t test. Pearson correlation test using the test with confidence interval 95 % .

Characteristics of respondents include BMI = 24.96 ± 3.39 , total cholesterol / HDL = 4.69 ± 1.16 , and the LDL / HDL = 2.84 ± 0.82 . Results from this study showed a significant correlation between BMI and total cholesterol / HDL with weak strength ( p = 0.003 ; r = 0.364 ) and a significant correlation with the weak force between BMI and LDL / HDL ( p = 0.024 ; r = 0.277 ) in healthy adult male staff Sanata Dharma. The conclusion of this study that there was a significant correlation between BMI with total cholesterol / HDL and LDL / HDL .


(3)

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) TERHADAP RASIO LIPID PADA STAF PRIA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Angela Irena Sumartono

NIM : 118114043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

KORELASI BODY MASS INDEX (BMI) TERHADAP RASIO LIPID PADA STAF PRIA DEWASA SEHAT DI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh: Angela Irena Sumartono

NIM : 118114043

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan kepada: Tuhan Yesus yang senantiasa menyertai dan menjadi sumber kekuatan Mama, Papa, dan sanak saudara yang selalu mendukung Teman- teman serta almamaterku


(8)

(9)

vi PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat-Nya penulis mampu menyelesaikan skripsi yang berjudul Korelasi Body Mass Index terhadap Rasio Lipid pada Staf Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Fakultas Farmasi Sanata Dharma Yogyakarta.

Penyelesaian skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Fenty, M.Kes., Sp PK, selaku dosen pembimbing skripsi atas segala bimbingan, motivasi, dan segala masukan dalam penyusunan skripsi. 2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt. dan Ibu Dita Maria Virginia M.Sc.,

Apt sebagai dosen penguji yang telah memberikan saran untuk peneliti. 3. Ketua Komite Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Universitas

Gadjah Mada Yogyakarta yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian ini.

4. Laboratorium Rumah Sakit Betesdha atas kerjasama dalam pengukuran profil lipid sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.

5. Seluruh dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah membekali penulis dengan ilmu selama masa perkuliahan.

6. Staf Universitas Sanata Dharma yang telah ikut berpartisipasi dalam penelitian.


(10)

vii

7. Papa, Mama, Jojo, Robert yang selalu memberikan doa, semangat dan cinta demi keberhasilan penulis.

8. Teman- teman skripsi payung yang bekerjasama selama penelitian ini berlangsung, yang selalu memberikan semangat dan selalu membantu Lisa, Ocha, Vita, Avis, Deta, Bona, Vento, Sari, Asri, Bagas, Tika, Shinta, dan Deby.

9. Cicik Ahen, Dea, Lisul, Ocha yang sudah menemani dan mengisi hari- hari selama awal kuliah dengan kebersamaan kita.

10.Ko Ivan yang selalu memberikan semangat, kesabaran, dan doa untuk penulis.

11.Teman- teman dan pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari banyak terdapat kekurangan dalam penelitian ini, penulis mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun. Penulis juga mengharapkan tulisan ini mampu menyumbangkan bantuan kepada ilmu pengetahuan.

Yogyakarta, 30 November 2014


(11)

(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... …i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN PUBLIKASI ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

INTISARI ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I. PENGANTAR ... 1

A. Latar Belakang ... 1

1. Perumusan Masalah ... 4

2. Keaslian Penelitian... 4

3. Manfaat Penelitian ... 7

B. Tujuan ... 8

1. Tujuan Umum ... 8

2. Tujuan Khusus ... 8


(13)

x

A. Metode Antropometri ... 9

B. Body Mass Index ... 10

C. Kolesterol ... 11

D. Kolesterol Total ... 13

E. High Density Lipoprotein ... 13

F. Low Density Lipoprotein ... 14

G. Rasio Lipid ... 15

H. Obesitas ... 15

I. Landasan Teori ... 16

J. Hipotesis ... 19

BAB III. METODE PENELITIAN... 20

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel Penelitian ... 20

C. Definisi Operasional ... 21

D. Responden Penelitian ... 22

E. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 23

F. Ruang Lingkup Penelitian ... 23

G. Teknik Sampling ... 25

H. Instrumen Penelitian ... 25

I. Tata Cara Penelitian ... 26

1. Observasi Awal ... 26

2. Permohonan Izin dan Kerjasama ... 26


(14)

xi

4. Pencarian Responden ... 27

5. Validitas dan Realiabilitas Instrumen Penelitian ... 28

6. Pengukuran parameter ... 29

7. Pembagian Hasil ... 29

8. Pengolahan Data ... 30

J. Analisis Data Statistik ... 30

K. Keterbatasan Penelitian ... 31

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 32

A. Karakteristik Responden Penelitian ... 32

1. Usia ... 33

2. Body Mass Index ... 34

3. Kolesterol total ... 35

4. LDL ... 36

5. HDL ... 36

6. Kolesterol Total/HDL ... 37

7. LDL/HDL ... 38

B. Perbandingan Kolesterol Total, HDL, LDL, Kolesterol total/ HDL, LDL/HDL pada Kelompok Body Mass Index ≥ 25 kg/m2 dan Body Mass Index < 25 kg/m2 ... 39

1. Perbandingan kolesterol total pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2 ... 39

2. Perbandingan HDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2 ... 40


(15)

xii

4. Perbandingan Kolesterol total/ HDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan

BMI <25 kg/m2 ... 43

5. Perbandingan Rasio LDL/HDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2 ... 44

C. Korelasi Body Mass Index terhadap Kolesterol Total,LDL,HDL rasio Kolesterol Total/HDL, LDL/HDL ... 45

1. Korelasi BMI terhadap Kolesterol Total ... 45

2. Korelasi BMI terhadap HDL ... 47

3. Korelasi BMI terhadap LDL ... 48

4. Korelasi BMI terhadap rasio Kolesterol Total/ HDL ... 49

5. Korelasi BMI terhadap rasio LDL/HDL ... 51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

DAFTAR PUSTAKA ... 54

LAMPIRAN ... 61


(16)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Body Mass Index ... 11

Tabel II. Kategori Kadar Kolesterol Total ... 13

Tabel III. Kategori Nilai Kadar HDL ... 14

Tabel IV. Kategori Nilai Kadar LDL ... 15

Tabel V. Rasio Lipid yang Ideal pada Pria ... 15

Tabel VI. Penelitian Korelasional antara BMI terhadap Rasio Lipid ... 18

Tabel VII. Interpretasi Uji Statistik ... 31

Tabel VIII. Profil Karakteristik Responden Penelitian ... 32

Tabel IX. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Kolesterol Total, HDL, LDL, Kolesterol Total/ HDL, LDL/HDL ... 39

Tabel X. Korelasi BMI terhadap Kolesterol total, HDL, Rasio Kolesterol Total/ HDL dan Rasio LDL/HDL ... 45


(17)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Sistem Transportasi Lipid ... 12

Gambar 2. Skema Jumlah Responden ... 23

Gambar 3.Bagian Kajian Penelitian Payung ... 24

Gambar 4. Skema Pencarian Responden ... 28

Gambar 5. Diagram Sebaran Korelasi BMI Terhadap Kolesterol Total ... 46

Gambar 6. Diagram Sebaran Korelasi BMI Terhadap HDL... 47

Gambar 7. Diagram Sebaran Korelasi BMI Terhadap LDL ... 48

Gambar 8. Diagram Sebaran Korelasi BMI Terhadap Kolesterol Total/ HDL .. 50


(18)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian... 62

Lampiran 2. Ethical Clearance ... 63

Lampiran 3. Kalibrasi Timbangan ... 64

Lampiran 4. Kalibrasi Ukuran Tinggi Badan ... 65

Lampiran 5. Leaflet ... 66

Lampiran 6. Peminjaman Tempat Penelitian ... 68

Lampiran 7. Form pembagian hasil pengukuran antropometri ... 69

Lampiran 8. Pedoman Wawancara ... 70

Lampiran 9. Undangan ... 71

Lampiran 10. Informed Consent ... 72

Lampiran 11. Form Kolerasi BMI terhadap rasio lipid ... 73

Lampiran 12. Validasi Instrumen pengukuran ... 74

Lampiran 13. Hasil Lab... 75

Lampiran 14. Deskriptif usia... 76

Lampiran 15. Deskriptif BMI ... 76

Lampiran 16. Deskriptif Kolesterol Total ... 77

Lampiran 17. Deskriptif LDL ... 77

Lampiran 18. Deskriptif HDL ... 78

Lampiran 19. Deskriptif Kolesterol total/ HDL ... 78

Lampiran 20. Deskriptif LDL/HDL ... 79

Lampiran 21. Uji Normalitas usia ... 79


(19)

xvi

Lampiran 23. Uji Normalitas Kolesterol Total ... 79

Lampiran 24. Uji Normalitas HDL ... 80

Lampiran 25. Uji Normalitas LDL... 80

Lampiran 26. Uji Normalitas Kolesterol total/HDL ... 80

Lampiran 27. Uji Normalitas LDL/HDL ... 80

Lampiran 28. Data deskriptif uji komparatif kolesterol total pada kelompok BMI ≥25 kg/m2 dan BMI < 25 kg/m2 ... 81

Lampiran 29. Data deskriptif uji komparatif LDL pada kelompok BMI ≥25 kg/m2 dan BMI < 25 kg/m2 ... 82

Lampiran 30. Data deskriptif uji komparatif HDL pada kelompok BMI ≥25 kg/m2 dan BMI < 25 kg/m2 ... 83

Lampiran 31. Data deskriptif uji komparatif rasio kolesterol total/ HDL pada kelompok BMI ≥25 kg/m2 dan BMI < 25 kg/m2 ... 84

Lampiran 32. Data deskriptif uji komparatif rasio LDL/HDL pada kelompok BMI ≥25 kg/m2 dan BMI < 25 kg/m2 ... 85

Lampiran 33. Uji normalitas pada kelompok BMI ≥25 kg/m2 dan BMI < 25 kg/m2 ... 86

Lampiran 34. Uji Mann- Whitney ... 86

Lampiran 35. Uji t tes tidak berpasangan... 87

Lampiran 36. Uji Korelasi ... 88

Lampiran 37. Standard Operating Procedure Pengukuruan Tinggi Badan ... 88


(20)

xvii INTISARI

Pengukuran antropometri menunjukan adanya hubungan dengan faktor risiko penyakit. Body Mass Index (BMI) merupakan pengukuran antropometri berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal berlebihan yang mengakibatkan risiko penyakit antara lain hiperlipidemia dan memperburuk kardiovaskular. Obesitas menyebabkan kadar kolesterol tubuh menjadi tidak normal. Rasio kolesterol total/HDL dan LDL/HDL dapat digunakan sebagai prediktor CVD.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi BMI dengan rasio lipid pada staf pria dewasa sehat, penelitian ini merupakan observasional analitik dengan rancangan cross sectional. Jumlah responden 66 orang. Data diolah dengan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro-Wilk. Uji komparatif

Mann-Whitney dan uji t tidak berpasangan. Uji korelasi menggunakan Uji

Pearson dengan taraf kepercayaan 95%.

Karakteristik responden meliputi BMI=24,96±3,39, kolesterol total/HDL= 4,69 ±1,16, dan LDL/HDL= 2,84±0,82. Hasil penelitian ini adalah adanya korelasi dengan kekuatan lemah antara BMI terhadap kolesterol total/ HDL (p=0,003; r= 0,364) dan korelasi dengan kekuatan lemah antara BMI terhadap LDL/HDL (p= 0,024; r= 0,277) pada staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma. Kesimpulan penelitian ini yakni terdapat korelasi bermakna antara BMI dengan Kolesterol Total/HDL dan LDL/HDL.


(21)

xviii ABSTRACT

Anthropometric measurements showed an association with disease risk factors. Body Mass Index ( BMI ) is an anthropometric measurement based on height and weight. Obesity is an abnormal accumulation of excessive fat that result in the risk of the disease include hyperlipidemia and cardiovascular worsen. Obesity can cause cholesterol levels become abnormal. The ratio of total cholesterol / HDL and LDL / HDL can be used as a predictor of CVD .

This study aims to determine the correlation between BMI with lipid ratio in healthy adult male staff, this is an analytic observational study with cross sectional design. The number of respondents 66 people. Data processed by the Kolmogorov - Smirnov normality test and the Shapiro - Wilk . Comparative test used Mann-Whitney and unpaired t test. Pearson correlation test using the test with confidence interval 95 % .

Characteristics of respondents include BMI = 24.96 ± 3.39 , total cholesterol / HDL = 4.69 ± 1.16 , and the LDL / HDL = 2.84 ± 0.82 . Results from this study showed a significant correlation between BMI and total cholesterol / HDL with weak strength ( p = 0.003 ; r = 0.364 ) and a significant correlation with the weak force between BMI and LDL / HDL ( p = 0.024 ; r = 0.277 ) in healthy adult male staff Sanata Dharma. The conclusion of this study that there was a significant correlation between BMI with total cholesterol / HDL and LDL / HDL .


(22)

1

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Antropometri merupakan suatu metode pengukuran yang meliputi usia, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar pinggul, dan tebal lemak di bawah kulit. Pengukuran antropometri digunakan untuk mengetahui status gizi seseorang (Supariasa, Bakri, dan Fajar, 2002). Nilai Body Mass Index (BMI) didapatkan dengan melakukan pengukuran antropometri yang sederhana yakni berat badan dan tinggi badan (Garg, Vinutha, Karthiyanee, and Nachal, 2012). Menurut Nooyens, Koppes, Visscher, Twisk, Kemper, Schuit, et al. (2007), nilai BMI dapat digunakan sebagai indeks sederhana untuk menentukan terjadinya kelebihan berat badan atau obesitas.

World Health Organization/WHO (2014) menyatakan bahwa obesitas terjadi karena ketidakseimbangan energi antara kalori yang dikonsumsi dengan kalori yang dikeluarkan, dimana jumlah kalori yang dikonsumsi lebih banyak dibanding kalori yang dikeluarkan melalui aktifitas fisik. Peningkatan BMI akan mengakibatkan kadar kolesterol tubuh menjadi tidak normal. Kadar kolesterol, trigliserida, dan Low Density Lipoprotein (LDL) meningkat, sedangkan kadar

High Density Lipoprotein (HDL) akan menurun (Shah and Braverman, 2012). Obesitas tubuh secara keseluruhan/ general dapat dinilai dari nilai lemak tubuh, persentase lemak tubuh, dan BMI, sedangkan obesitas abdomen/ obesitas sentral berdasarkan rasio pinggang terhadap panggul, paha dan lingkar pinggang (Darmawan dan Irfanudin, 2007).


(23)

BMI digunakan pada penelitian ini karena merupakan metode antropometri yang mudah, sederhana, murah dimana hanya dibutuhkan timbangan dan alat pengukur tinggi badan (Sihombing dan Mutiara, 2014). Berdasarkan data WHO (2014), kegemukan dan obesitas menjadi risiko untuk kematian global yang utama. Obesitas mengakibatkan sekitar 3,4 juta orang dewasa meninggal setiap tahun. Pada tahun 2008, lebih dari 1,4 miliar orang dewasa, dengan usia 20 dan lebih dari 20 tahun mengalami kelebihan berat badan.

Obesitas merupakan akumulasi lemak abnormal berlebihan yang akan mengakibatkan beberapa risiko penyakit antara lain hipertensi, hiperlipidemia, resistensi insulin, serta hiperurisemia yang akan memperburuk kardiovaskular dan menyebabkan Penyakit Jantung Koroner/ PJK (Zhang, Deng, He, Ling, Su, and

Chen, 2013). Menurut penelitian Indumati, Patil, Krisnhaswamy, Satishkumar, Vijay, Mahesh, et al. (2011), profil lipid (kecuali HDL) berkorelasi positif dengan BMI dan indeks artherogenic.

Penelitian yang dilakukan Mawi (2011) menunjukkan bahwa BMI merupakan determinan terjadinya PJK. Risiko terjadinya PJK pada kelompok

overweight lebih besar dibandingkan kelompok ideal dan underweight. Obesitas merupakan faktor risiko untuk peningkatan tekanan darah dan profil lipid (penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan kolesterol LDL, dan trigliserida) (Gibney, Margetts, and Kearney, 2008). Beberapa studi penelitian menjelaskan bahwa dengan adanya peningkatan jumlah lemak dalam tubuh dapat diasosiasikan dengan terjadinya perubahan profil metabolik, resistensi insulin, peningkatan LDL serta penurunan HDL (Liem, Vonk, Sauer, Van der Steege, Oosterom, Stolk, et


(24)

al., 2010). Menurut penelitian Lemieux, Lamarche, Couillard, Pascot, Cantin, Bergeron, et al. (2001), peningkatan BMI akan mempengaruhi peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, LDL, dan menurunkan kadar HDL yang merupakan faktor risiko CVD (Cardiovaskular Disease). Sebanyak 17,3 juta orang meninggal akibat CVD pada tahun 2008 dan diprediksikan angka tersebut akan meningkat menjadi 23,3 juta orang pada tahun 2030 (WHO, 2013).CVD dapat diprediksi dengan beberapa rasio lipid yaitu kolesterol total/HDL dan LDL/HDL. Kedua rasio tersebut berasosiasi dengan faktor risiko CVD. Rasio total kolesterol/HDL dan LDL/HDL menunjukkan risiko ateroschlerosis (NCEP, 2002).

Rentang usia 40-60 tahun adalah rentang middle aged dimana seseorang berisiko mengalami penurunan fungsi organ dan memiliki faktor risiko lebih tinggi menderita penyakit degeneratif. Berdasarkan penelitian oleh Supriyono, (2008) sebelum berusia 40 tahun kejadian PJK antara pria dan wanita adalah 8:1, dan setelah 70 tahun perbandingannya adalah 1:1. Pada pria insiden puncak manifestasi klinik PJK adalah pada usia 50-60 tahun, sedangkan pada wanita 60-70 tahun. Penelitian oleh Darmawan, dkk (2007) didapatkan hasil bahwa terjadi peningkatan kadar kolesterol, LDL, trigliserid dan VLDL pada pria setelah berusia 35 tahun hingga 55 tahun. Penelitian ini dilakukan dengan melibatkan staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan usia 40-50 tahun. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan upaya pencegahan dan deteksi dini terhadap risiko munculnya CVD yakni dengan melakukan pengukuran antropometri, salah satunya BMI.


(25)

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang berjudul Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap rasio lipid dan HbA1c pada staf pria dan wanita dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta”. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara Body Mass Index (BMI) terhadap rasio lipid pada staf pria dewasa sehat sebagai deteksi dini atau upaya pencegahan terjadinya risiko CVD.

1. Perumusan Masalah

Apakah terdapat korelasi antara Body Mass Index (BMI) terhadap rasio lipid pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta?

2. Keaslian Penelitian

Beberapa penelitian yang sejenis yang telah dilakukan antara lain:

a. “Correlation of Dyslipidemia with Waist to Height Ratio, Waist Circumference, and Body Mass Index in Iranian Adults” (Chehrei,

Sadrnia, Keshteli, Daneshmand, and Rezaei, 2007). Hasil dari penelitian ini adalah adanya korelasi bermakna antara BMI dengan rasio kadar kolesterol total/HDL (r = 0,111; p < 0,05) dan dengan rasio kadar LDL/HDL (r = 0,099; p <0,001), adanya korelasi bermakna antara lingkar pinggang dengan rasio kadar kolesterol total/HDL (r =0,248; p<0,05) dan dengan rasio kadar LDL/HDL (r=0,229; p <0,05), serta adanya korelasi bermakna antara rasio lingkar pinggang - tinggi badan dengan rasio kadar kolesterol total/HDL (r = 0,255; p <0,05) dan rasio kadar LDL/HDL (r=0,240; p<0,05).


(26)

b. “Relation between Anthropometric Indicators and Serum Lipid

Profiles as Cardiovascular Risk Factors Personals of Iranian

Azarbayjan University of Shahid Madani ” (Ghorbanian, 2012). Hasil penelitian ini adalah adanya korelasi lemah antara body fat percentage

dengan rasio kolesterol total/HDL dalam darah (r =0,202, p = 0,106), rasio LDL/HDL dalam darah (r = 0,215, p = 0,085), dan korelasi positif yang bermakna antara body fat percentage dengan kadar LDL dalam darah (r = 0,855, p = <0,001).

c. “Correlations between Anthropometry and Lipid Profile in type 2 Diabetic” (Hamabindu, Sriharibabu, Alekhya, Saisumanth, Lakshmanrao, and Komali, 2013). Penelitian ini melibatkan 102 responden DM tipe 2 dengan usia rata-rata 51,8 ± 10.72 tahun dan durasi rata-rata diabetes adalah 81 bulan. Hasil penelitian ini adalah terdapat korelasi positif signifikan antara Very Low Density Lipoprotein (VLDL) dan BMI ≥ 25 kg/m2 dengan nilai r = 0.273; p=0,033.

d. “Korelasi kolesterol-HDL dengan IMT pada Penderita Penyakit

Jantung Koroner di RSUD Moewardi Surakarta” (Gardjito, 2009).

Penelitian ini bersifat analitik observasional dengan metode cross-sectional yang dilakukan di RSUD Moewardi Surakarta. Responden adalah pasien yang melakukan general check-up di Lab/SMF Jantung RSUD Moewardi Surakarta yang memenuhi kriteria inklusi. Hasil dari Uji Pearson menunjukkan korelasi yang negatif (r=0,0395) dan


(27)

signifikan (p=0,031). Penelitian ini menyimpulkan bahwa IMT sebagai salah satu faktor risiko PJK secara signifikan mempengaruhi perubahan HDL dengan korelasi negatif.

e. “Korelasi Body Mass Index terhadap Rasio Kadar Kolesterol

Total/HDL pada Mahasiswa Mahasiswi di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta“ (Herawati, 2013). Penelitian ini melibatkan 129

responden yang terdiri dari 69 responden pria dan 60 responden wanita. Kesimpulan penelitian ini yaitu terdapat korelasi positif bermakna antara BMI terhadap rasio kolesterol total/HDL pada responden wanita dengan kekuatan korelasi sedang (r= 0,475; p=0,000) dan pada responden pria menunjukkan terdapat korelasi positif bermakna antara BMI terhadap rasio kolesterol total/HDL dengan kekuatan korelasi lemah (r= 0,390; p= 0,002).

f. Korelasi Body Mass Index (BMI) Terhadap Kadar Trigliserida Pada Mahasiswa dan Mahasiswi di Kampus III Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta” (Pangesti, 2013). Penelitian ini melibatkan 60 orang

laki-laki dan 69 orang perempuan. Pengambilan sampel (teknik sampling) yang digunakan pada penelitian ini adalah secara non random dengan

jenis purposive sampling. Hasil dari penelitian ini adalah BMI memiliki korelasi yang positif bermakna dengan kekuatan korelasi lemah pada responden pria (r = 0,288; p = 0,026) dan korelasi sedang pada responden wanita (r = 0,435; p = 0,000) terhadap kadar trigliserida dalam darah.


(28)

g. “Korelasi Body Mass Index (BMI) dan Triceps Skinfold Thickness

terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL” (Prayogie, 2011).

Penelitian ini melibatkan 70 orang pria berusia 30-50 tahun dari Universitas Sanata Dharma. Hasil penelitian menunjukkan bahwa korelasi antara BMI dengan rasio kolesterol total/HDL adalah bermakna dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,557; p = 0,000), sedangkan korelasi antara triceps skinfold thickness dengan rasio kolesterol total/HDL adalah bermakna dengan kekuatan korelasi lemah (r = 0,396; p = 0,001).

3. Manfaat Penelitian:

a. Manfaat teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai korelasi BMI terhadap rasio kadar kolesterol total/HDL dan LDL/HDL pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

b. Manfaat praktis. Pengukuran BMI diharapkan mampu memberikan gambaran awal mengenai rasio kolesterol total/HDL dan LDL/HDL untuk deteksi dini. Pengukuran BMI yang murah dan praktis dapat dilakukan oleh segala lapisan masyarakat tanpa memerlukan keahlian khusus.


(29)

B. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum:

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antara Body Mass Index (BMI) terhadap rasio lipid pada staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus:

Penelitian ini bertujuan khusus untuk mengukur tinggi dan berat badan, menghitung BMI dan menghitung secara statistik korelasi BMI dengan rasio lipid (kolesterol total/HDL dan LDL/HDL).


(30)

9

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Metode Antropometri

Antropometri merupakan salah satu metode sederhana untuk menilai ukuran proporsi dan komposisi tubuh manusia. Antropometri berasal dari kata Yunani "anthropo" yang berarti manusia dan "metron" yang berarti ukuran (Cahyono, 2008). Pengukuran antropometri dasar meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar pinggang dan lingkar panggul serta indeks turunannya (body mass index, rasio pinggang panggul, dan rasio pinggang tinggi badan). Pengukuran antropometri digunakan sebagai indikator untuk mendeteksi adanya penyakit dan penilaiannya dalam praktek klinis (Khanna, Sharma, and Sidhu, 2011). Pengukuran distibusi lemak dapat dilakukan dengan teknik X-ray absorptiometry

(DXA) dan Computed Tomography (CT) namun mengakibatkan terjadinya radiasi. Metode antropometri merupakan metode yang sederhana, mudah dalam administrasi, dan sedikit adanya paparan radiasi. Pengukuran antropometri menunjukan adanya hubungan dengan faktor risiko penyakit (Bush, Alvarez, Hunter, Brock, Chandler-Laney, and Gower, 2010).

Pengukuran BMI dilakukan sesuai standart WHO, yaitu dengan mengukur tinggi badan dibulatkan 0,5 cm angka terdekat dimana subyek berdiri tanpa alas kaki dengan tumit menyentuh satu sama lain. Pengukuran berat badan dilakukan dengan menggunakan pakaian ringan dan dibulatkan 0,1 kg angka terdekat (Darmawan, dkk., 2007). Pengukuran antropometri digunakan sebagai indikator obesitas untuk mengukur akumulasi lemak pada jaringan adiposa.


(31)

Antropometri dapat digunakan pula untuk mengetahui status gizi individu atau kelompok dan pengukurannya dapat dilakukan dengan mudah, cepat, tidak harus oleh tenaga profesional, biaya relatif murah, dan obyektif (Cogill, 2003).

B. BMI (Body Mass Index)

Body mass index merupakan indikator nutrisi yang berdasarkan pengukuran antropometri (Weisell, 2002). BMI adalah ukuran tidak langsung dari lemak tubuh. Proporsi lemak tubuh akan meningkat, sedangkan massa otot akan menurun seiring dengan meningkatnya usia. Perubahan yang sesuai pada tinggi badan, berat badan, serta BMI tidak mencerminkan perubahan lemak tubuh dan massa otot. Seorang pria dan wanita yang memiliki tinggi dan berat badan yang sama akan memiliki nilai BMI yang sama, tetapi wanita biasanya memiliki persentase lemak tubuh yang lebih besar (Rothman, 2008). Pengukuran Body Mass Index (BMI) didapat dengan perhitungan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter persegi (m2) (Wildman, Gu, Reynolds, Duan, and He, 2004).

Nilai BMI dapat digunakan sebagai indeks sederhana untuk menentukan apakah seseorang mengalami obesitas. Peningkatan BMI akan mengakibatkan kadar kolesterol tubuh menjadi tidak normal. Kadar kolesterol, trigliserida, dan

Low Density Lipoprotein (LDL) meningkat, sedangkan kadar High Density Lipoprotein (HDL) akan menurun (Shah, et al., 2012).


(32)

Tabel I. Klasifikasi BMI (WHO, 2006)

BMI (kg/m2) Kategori

< 18,5 Rendah

18,5 – 24,99 Normal

25.00-29.99 Overweight

30.00-34.99 Obesitas kelas 1 35.00-35.99 Obesitas kelas 2

≥ 40.00 Obesitas kelas 3

C. Kolesterol

Kolesterol adalah lipid (lemak kimia) yang dibuat pada bagian sel-sel dalam tubuh, tetapi sel di hati membuat sekitar seperempat dari total kolesterol. Makanan yang mengandung kolesterol akan diserap oleh usus ke dalam tubuh. Kolesterol yang ada dalam makanan memiliki pengaruh yang kecil pada tubuh dan kadar kolesterol di darah. Tubuh membutuhkan kolesterol untuk tetap sehat dan sejumlah tertentu kolesterol tetap ada dalam aliran darah. Sel hati membutuhkan kolesterol untuk membentuk empedu, yang digunakan untuk mengemulsikan lemak pada proses pencernaan (Kenny, 2011).

Kolesterol tidak dapat larut dalam darah, namun diangkut melalui aliran darah dengan operator yang disebut lipoprotein. Lipoprotein terbuat dari lemak (lipid) dan protein. Kedua jenis lipoprotein yang membawa kolesterol ke dan dari sel-sel adalah LDL dan HDL. Kadar LDL yang tinggi dalam darah akan mengakibatkan terjadinya aterosklerosis. HDL merupakan lipoprotein yang berperan sebagai pelindung dengan membawa kolesterol berlebih dalam darah menuju ke hati untuk dimetabolisme kembali (American Heart Association, 2014a). Tubuh membutuhkan beberapa kolesterol untuk sintesis hormon, vitamin D, dan zat yang membantu dalam mencerna makanan. Tubuh akan membuat


(33)

semua kolesterol yang dibutuhkan tetapi kolesterol juga ditemukan di beberapa makanan yang kita konsumsi (National Institute of Health, 2012).

Metabolisme lipid ada dua jalur,yakni eksogen dan endogen. Pada jalur eksogen kolesterol berasal dari makanan dan empedu. Kolesterol tersebut diabsorbsi oleh usus dan masuk ke sirkulasi dalam bentuk chylomicrons.

Chylomicrons akan dikonversi menjadi chylomicrons remnant oleh enzim lipoporetein lipase. Pada jalur endogen, very low density lipoprotein (VLDL) disintesis oleh hati dan jaringan ekstrahepatik, VLDL dikonversi menjadi

intermediet density lipoprotein (IDL) kemudian menjadi low density lipoprotein

(LDL). Sebagian dari LDL tersebut akan masuk ke ruang subendotelial arteri. LDL akan teroksidasi dan ditangkap oleh makrofag kemudian menjadi foam cells

(Dipiro, et al., 2008). Foam cells dan LDL dapat mengakibatkan penebalan dan penyumbatan sirkulasi darah


(34)

D. Kolesterol Total

Kolesterol total didapat dari jumlah HDL ditambah LDL dan 20% dari trigliserida (AHA, 2014b). Kolesterol total merupakan jumlah seluruh kolesterol yang ada di dalam tubuh manusia meliputi LDL, HDL, dan VLDL. Kadar kolesterol total yang tinggi belum tentu memiliki arti yang buruk, namun masih perlu dilihat kadar masing-masing penyusunnya untuk melihat baik buruknya (Moll, 2009). Kolesterol yang berlebih dalam tubuh akan tertimbun di pembuluh darah kemudian menimbulkan penyempitan atau penyumbatan pembuluh darah (aterosklerosis) yang merupakan pertanda akan terjadinya penyakit jantung (Sutedjo, 2009).

Tabel II. Kategori Nilai Kadar Kolesterol Total (National Cholesterol Education Program, 2001)

Kadar kolesterol total Kategori Kurang dari 200 mg/dL Rendah

200 – 239 mg/dL Batas atas Lebih dari 240 mg/dL Tinggi

E. High Density Lipoprotein (HDL)

HDL merupakan salah satu dari lipoprotein, kombinasi lemak dan protein, mengandung kadar protein tinggi, sehingga memiliki kerapatan yang tinggi. HDL akan membawa kolesterol yang berlebih dari jaringan ke dalam hati untuk dimetabolisme (Sutedjo, 2009). HDL dikenal sebagai kolesterol “baik” karena sifatnya sebagai pelindung organ jantung dari risiko-risiko penyakit yang berhubungan dengan organ tersebut jika konsentrasinya dalam darah besar. Beberapa peneliti beranggapan bahwa HDL cenderung membawa kolesterol menjauh dari arteri dan kembali ke hepar dan peneliti yang lain mempunyai


(35)

pemikiran bahwa HDL dapat menghilangkan kelebihan kolesterol yang dapat menjadi plak di arteri (AHA, 2012a). Partikel HDL dapat meningkatkan kesehatan pembuluh darah dengan mengeluarkan kolesterol dari jaringan dan dikirim ke hati. Di dalam hati, kolesterol tersebut akan dipecah menjadi asam empedu dan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui tinja sehingga tidak terjadi kelebihan kolesterol di dalam tubuh (Uranga and Keller, 2010).

Tabel III. Kategori Nilai Kadar HDL (National Cholesterol Education Program, 2001)

Kadar Kolesterol HDL (pria) Kategori

Kurang dari 40 mg/dL Rendah

Lebih dari 60 mg/dL Tinggi

F. Low-Density Lipoprotein (LDL)

LDL merupakan lipoprotein dalam plasma yang mengandung sedikit trigliserid, fosfolipid sedang, protein sedang dan kolesterol tinggi (Sutedjo, 2009).

Low-Density Lipoprotein berperan dalam mengangkut kolesterol ke jaringan perifer dan mempunyai aksi membentuk plak pada dinding arteri jika konsentrasinya dalam darah berlebih. Pembentukan plak ini kemudian dinamakan

atherosclerosis yang mempunyai dampak mempersempit pembuluh arteri dan menyebabkan serangan jantung atau stroke (AHA, 2012a). LDL dalam sirkulasi darah mampu menembus dinding endotelium dan masuk ke bagian intima pembuluh darah dengan bantuan lipoprotein lipase dan heparin sulfat proteoglikan. LDL yang masuk kedalam intima pembuluh darah matur menjadi

foam cells. Meningkatnya jumlah LDL dan foam cells di dalam intima, akan mengakibatkan menebal dan menghambatnya sirkulasi darah, sehingga meningkatkan risiko ischemic heart disease (Tomkin and Owens, 2012).


(36)

Tabel IV. Kategori Nilai Kadar LDL (National Cholesterol Education Program, 2001)

Kadar Kolesterol LDL Kategori Kurang dari 100 mg/dL Optimal

100 – 129 mg/ dL Di atas optimal 130 – 159 mg/dL Batas awal tinggi 160 – 189 mg/dL Tinggi lebih dari 190 mg/dL Sangat tinggi

G. Rasio Lipid

Rasio lipid didapatkan dengan membandingkan 2 kadar profil lipid, misal kolesterol total/HDL dan LDL/HDL. Kedua rasio ini menjadi prediktor terjadinya CVD. Rasio kolesterol total/ HDL dan LDL/HDL menunjukkan risiko

ateroschlerosis (NCEP, 2002). Nilai HDL yang meningkat akan menggeser risiko penyakit kardiovaskular. Nilai LDL dan kolesterol total yang meningkat akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Semakin rendah rasio kolesterol total/HDL dan LDL/HDL, maka akan semakin rendah pula risiko penyakit kardiovaskular (Soeharto, 2002).

Tabel V. Rasio Lipid yang Ideal pada Pria

(Millan, Pinto, Munoz, Zuniga, Rubies-Prat, Pallardo, et. al ., 2009)

Jenis Kelamin Rasio Lipid Ukuran Rasio Ideal Pria Kolesterol total/HDL < 3,5

LDL/HDL < 2,5

H. Obesitas

Obesitas merupakan manifestasi dari kelebihan berat badan yang artinya jumlah lemak tubuh terlalu banyak. Salah satu kriteria obesitas adalah berdasarkan Body Mass Index (BMI). BMI merupakan perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan. Obesitas terjadi karena ketidakseimbangan jumlah


(37)

kalori dalam tubuh, yakni jumlah kalori yang dikonsumsi lebih besar daripada jumlah kalori yang digunakan (WHO, 2014). Obesitas keseluruhan tubuh/ general dapat ditentukan dengan nilai lemak tubuh, persentase lemak tubuh dan BMI.

Obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat yang muncul di seluruh dunia yang meningkat selama masa kanak-kanak, remaja dan adulthood. Obesitas dikaitkan dengan hipertensi, osteoarthritis, dislipidemia, gangguan pencernaan, pernapasan dan gangguan muskuloskeletal, serta dapat menyebabkan efek psikologis yang mempengaruhi kualitas hidup. Status obesitas dapat ditentukan dengan BMI. Peningkatan BMI akan mengakibatkan terjadinya peningkatan LDL, kolesterol total dan HDL. Peningkatan kolesterol ini akan mempengaruhi rasio kolesterol total/HDL dan LDL/HDL dimana kedua rasio ini merupakan prediktor CVD. Konsentrasi homosistein plasma yang tinggi adalah faktor risiko yang kuatuntuk penyakit arteri koroner, penyakit arteri perifer dan stroke (Sanlier and Yabanci., 2007).

I. Landasan Teori

Obesitas merupakan keadaan terjadinya penimbunan jaringan lemak yang berlebihan dan terjadi ketidakseimbangan jumlah kalori di dalam tubuh. Obesitas tubuh secara keseluruhan dapat diketahui berdasarkan nilai BMI (Darmawan, dkk., 2007). BMI didapatkan dengan melakukan pengukuruan antropometri. Antropometri adalah suatu parameter status nutrisi yang meliputi pengukuran berat badan, tinggi badan, ketebalan lengan, dan lingkar lengan (Supariasa, dkk.,


(38)

2002). Pengukuran antropometri dengan tinggi badan dan berat badan akan didapatkan nilai BMI.

Obesitas dapat menyebabkan kadar kolesterol tubuh menjadi tidak normal yang ditandai dengan peningkatan kolesterol total, LDL dan rasio kolesterol total/HDL, serta penurunan kadar HDL. Obesitas menjadi faktor risiko beberapa penyakit antara lain hipertensi, hiperlipidemia, resistensi insulin, serta hiperurisemia yang akan memperburuk kardiovaskular dan menyebabkan Penyakit Jantung Koroner/ PJK (Zhang, Deng, He, Ling, Su, and Chen, 2013). Rasio lipid yang dapat digunakan sebagai prediktor CVD adalah Kolesterol Total/ HDL, dan LDL/HDL. Kedua rasio tersebut berasosiasi dengan faktor risiko CVD, untuk rasio kolesterol total/HDL menunjukkan risiko terkena ischemic heart disease, sedangkan untuk rasio LDL/HDL menunjukkan risiko ateroschlerosis

(NCEP, 2002). BMI merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PJK. Risiko terjadinya PJK pada kelompok overweight lebih besar dibandingkan kelompok ideal dan underweight (Mawi, 2011). Penurunan kadar HDL dalam darah < 40 mg/dL bukan merupakan faktor risiko terjadinya PJK (OR=1,3; 95% CI= 0,7-2,6) dan peningkatan kadar LDL dalam darah dengan kejadian PJK didapatkan tidak ada hubungan yang bermakna (p= 0,862) (Supriyono, 2008). Hasil dimana terdapat korelasi BMI terhadap rasio lipid (rasio kolesterol total/HDL atau LDL/HDL) juga terdapat pada penilitian oleh Herawati (2013) Sanlier, et al


(39)

Tabel VI. Penelitian Korelasional antara BMI terhadap Rasio Lipid

Peneliti Judul Responden Hasil

Herawati (2013)

“Korelasi Body

Mass Index terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL pada Mahasiswa Mahasiswi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta“ 129 responden usia17-24 tahun yang terdiri dari 69 responden pria dan 60 responden wanita

Korelasi positif bermakna antara BMI terhadap rasio

kolesterol total/HDL pada responden wanita dengan kekuatan korelasi sedang

(r=0,475; p=0,000) dan pada responden pria kekuatan korelasi lemah (r=0,390; p= 0,002). Sanlier, et

al (2011) Relationship between Body Mass Index, Lipids and Homocysteine levels in university student Responden usia 19-23 tahun 172 pria, 183 wanita

Korelasi BMI dengan rasio kolesterol total/HDL (p=<0,01; r=0,37) Ghorbanian (2012). “Relation between Anthropometric Indicators and Serum Lipid Profiles as Cardiovascular Risk Factors Personals of Iranian Azarbayjan University of Shahid Madani

110 responden , 65 pria, 45 wanita dengan usia 23-59 tahun

Korelasi bermakna BMI dengan rasio LDL/HDL kekuatan korelasi sangat kuat (p=<0,001; r=0,875)

Chehrei, et al. (2007)

Correlation of dyslipidemia with waist to height ratio, waist circumference, and body mass index in Iranian adults

170 responden dengan usia 43,6±17,4 tahun

Korelasi bermakna antara BMI dengan rasio kadar kolesterol total/HDL (r=0,111; p<0,05) dan dengan rasio kadar LDL/HDL (r = 0,099; p<0,001)


(40)

(2011) Mass Index

(BMI) dan

Triceps Skinfold Thickness

terhadap Rasio Kadar Kolesterol Total/HDL”

berusia 30-50 tahun

dengan rasio kolesterol total/HDL adalah bermakna dengan kekuatan korelasi sedang (r = 0,557; p=0,000)

Pada penelitian ini akan dilakukan analisis korelasi Body Mass Index

terhadap rasio lipid. Nilai BMI akan mengklasifikasikan status obesitas seseorang, karena obesitas merupakan salah satu faktor risiko dan rasio lipid sebagai efeknya.

J. Hipotesis

Ada korelasi yang bermakna antara BMI dengan rasio lipid pada staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.


(41)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang artinya penelitian ini menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan ini terjadi. Selanjutnya dilakukan analisis korelasi antara faktor risiko dan faktor efek. Pendekatan rancangan dilakukan secara cross sectional yang berarti penelitian dimana variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dilakukan pengumpulan data pada waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2010). Pada penelitian ini dilakukan dengan analisis korelasi antara Body Mass Index terhadap rasio lipid pada pria dewasa sehat. Nilai BMI merupakan faktor risiko/penyebab, sedangkan rasio lipid merupakan faktor akibat/ efek. Data yang didapat kemudian diolah secara komputerisasi.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel Bebas

Ukuran Body Mass Index (BMI) 2. Variabel tergantung

Rasio lipid (kolesterol total /HDL, LDL/HDL) 3. Variabel pengacau

a. Terkendali. Usia , jenis kelamin dan keadaan puasa

b. Tak terkendali. Aktivitas, keadaan patologis, dan gaya hidup responden


(42)

C. Definisi Operasional

1. Responden penelitian adalah staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang masih aktif dan bersedia bekerjasama dalam penelitian ini dengan memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi yang telah ditetapkan sebelumnya.

2. Karakteristik penelitian meliputi pengukuran antropometri dan hasil laboratorium. Karakteristik demografi adalah usia 40-50 tahun dan pekerjaan responden. Pengukuran antropometri meliputi tinggi badan dan berat badan untuk mendapatkan nilai Body Mass Index (BMI). Pemeriksaan profil lipid meliputi kadar HDL, LDL dan kolesterol total dalam darah.

3. Pengukuran Body Mass Index (BMI) didapat dengan perhitungan berat badan dalam kilogram (kg) dibagi dengan tinggi badan dalam meter persegi (m2).

4. Nilai pengukuran rasio lipid (HDL, LDL, dan kolesterol total) didapat dari hasil pemeriksaan laboratorium di Rumah Sakit Bethesda dengan kondisi responden yang berpuasa 10-12 jam sebelum pengambilan sampel darah dan dinyatakan dalam satuan mg/ dL, kemudian dihitung rasionya.

5. Standar dalam penelitian :


(43)

b. Kriteria kadar LDL, HDL, dan kolesterol total berdasarkan National Cholesterol Education Program (2001) .

c. Standar rasio lipid berdasarkan Millan, et al. (2009).

D. Responden Penelitian

Responden penelitian adalah subyek yang memenuhi kriteria inklusi yaitu staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang bersedia bekerjasama dalam penelitian ini dengan jumlah responden yang mengisi

informed consent 66 orang, jumlah minimal responden untuk penelitian 30 orang (Lodico, Spaulding, and Voegtle, 2006). Kriteria inklusi yang telah ditetapkan adalah staf Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pria berusia 40-50 tahun, bersedia menjadi responden, bersedia melakukan puasa 10-12 jam, bersedia untuk menandatangani informed consent, tidak memiliki penyakit degeneratif, dan tidak sedang melakukan pengobatan terkait kardiovaskular dan sindrom metabolik. Kriteria eksklusi meliputi hasil pemeriksaan responden yang tidak lengkap dan responden tidak hadir saat pengambilan data.

Pengambilan data dilakukan sebanyak dua kali. Pengambilan data pertama dilaksanakan pada tanggal 25 Oktober 2014 di Kampus III Paingan Universitas Sanata Dharma dengan jumlah responden yang hadir 31 orang dari 36 orang yang bersedia bekerja sama dan terdaftar dalam penelitian. Pengambilan data kedua bertempat di Kampus II Mrican Universitas Sanata Dharma dengan jumlah responden yang hadir 35 orang dari 42 orang yang bersedia bekerja sama dan terdaftar dalam penelitian. Pada saat pengambilan data ada beberapa


(44)

responden yang tidak hadir dikarenakan salah nomor telepon, sehingga informasi yang mengingatkan tanggal penelitian tidak tersampaikan, ada juga responden yang berhalangan hadir dikarenakan sedang mengajar atau di luar kota.

Gambar 2. Skema Jumlah Responden

E. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan selama dua hari dengan perincian waktu penelitian sebagai berikut :

1. Tanggal 25 September 2014 bertempat di Hall Utara Kampus III Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pukul 07.00 – 12.00.

2. Tanggal 26 September 2014 bertempat di Ruang Seminar Gedung LPPM Kampus II Mrican Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pukul 07.00 – 10.00.

F. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian payung yang berjudul “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap Rasio Lipid dan HbA1c pada Staf Pria dan

Wanita Dewasa Sehat di Universitas Sanata Dharma”, serta “ Laju Filtrasi

Glomerulus Pada Staf Pria dan Wanita Dewasa Sehat dengan Formula

Cockroft-78 responden menandatangai

informed consent

66 responden

12 responden tidak hadir


(45)

Gault, Modification of Diet in Renal Disease, dan Chronic Kidney Disease Epidemiology di Universitas Sanata Dharma”, serta telah mendapatkan izin dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran UGM.

Penelitian payung ini bertujuan untuk mengkaji korelasi antara pengukuran antropometri terhadap rasio lipid dan kadar HbA1c pada individu dewasa sehat, serta untuk menganalisis adanya perbedaan antara tiga formula penghitungan laju filtrasi glomerulus. Penelitian dilakukan berkelompok dengan anggota sebanyak 14 orang dengan kajian berbeda. Pada penelitian kali ini, peneliti hanya mengkaji korelasi antara BMI dengan rasio lipid pada staf pria dewasa sehat. Kajian yang diteliti dalam penelitian payung ini adalah:


(46)

G. Teknik Sampling

Sampel pada penelitian ini diambil secara non-random sampling

(pengambilan sampel secara tidak acak) dengan jenis purposive sampling. Pengambilan sampel secara non-random sampling berarti tidak semua orang memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sebagai responden, melainkan harus memenuhi kriteria inklusi yang telah dibuat sebelumnya. Pengambilan sampel secara purposive sampling artinya sampel diambil berdasarkan pada pertimbangan tertentu yang telah dibuat peneliti berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Peneliti awalnya mengidentifikasi semua karakteristik populasi, kemudian peneliti menetapkan berdasarkan pertimbangan peneliti sendiri sebagian dari anggota populasi untuk menjadi sampel penelitian (Notoatmodjo, 2010).

H. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan yang digunakan untuk mendapatkan nilai BMI. Timbangan berat badan merk Nagako® dan alat pengukur tinggi badan merk

Height®, pengukuran kadar lipid menggunakan Cobas C 581®. Pemeriksaan rasio lipid dari sampel darah responden dilakukan oleh tenaga ahli dari Laboratorium Rumah Sakit Bethesda.

Suatu instrumen perlu dilakukan pengujian validitas dan reliabilitas, bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat. Validitas intrumen merupakan suatu pengujian untuk melihat sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur suatu data. Reliabilitas intrumen adalah suatu indeks yang


(47)

menunjukkan sejauh mana suatu instrumen dapat dipercaya atau diandalkan, artinya bahwa hasil pengukuran tetap konsisten dan ajeg apabila dilakukan sebanyak 2 kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan instrumen yang sama (Notoatmodjo, 2010). Ketelitian atau presisi suatu alat dilakukan dengan cara menghitung nilai coefficient variance (CV). Suatu alat

dikatakan memenuhi nilai presisi jika nilai CV ≤ 5% (Departemen Kesehatan

Republik Indonesia, 2011).

I. Tata Cara Penelitian 1. Observasi awal

Observasi awal dilakukan dengan mencari informasi mengenai jumlah staf pria dewasa sehat di Universitas Sanata Dharma. Dilakukan observasi tempat yang akan digunakan untuk melakukan pengukuran beberapa parameter pada responden yang meliputi kriteria inklusi.

2. Permohonan Izin dan Kerja Sama

Permohonan izin penelitian diajukan ke Wakil Rektor I Universitas Sanata Dharma. Surat nomor 068C/WR I/F/VIII/2014 peneliti dapatkan tanggal 4 Agustus 2014 dengan tembusan ke Kepala Biro Personalia untuk pendataan calon responden. Permohonan izin berupa Ethical Clearance diajukan ke Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada Yogyakarta untuk memenuhi etika penelitian dengan menggunakan sampel biologis manusia yaitu darah. Ethical Clearance: KE/FK/896/EC diterima peneliti tanggal 14 Agustus 2014. Izin peminjaman alat diajukan ke Biro Layanan Umum, izin penggunaan tempat diajukan ke Kepala Bagian Rumah Tangga. Permohonan


(48)

kerja sama diajukan ke responden berupa informed consent dan diajukan pula permohonan kerja sama dengan laboratorium patologi Rumah Sakit Bethesda.

3. Pembuatan Leaflet dan Informed Consent

Leaflet diberikan kepada calon responden untuk mempermudah peneliti memberikan penjelasan. Isi leaflet mengenai pengukuran antropometri (body mass index, body fat percentage, abdominal skinfold thicknes, lingkar pinggang dan rasio lingkar pinggang-panggul) sebagai suatu metode deteksi dini beberapa penyakit, serta informasi mengenai pengukuran laju filtrasi glumerolus nilai normal pengukuran laboratorium pada profil lipid, klirens kreatinin dan HbA1c.

Surat persetujuan merupakan bukti tertulis yang berisikan pernyataan kesediaan responden untuk ikutserta dalam penelitian ini. Responden yang menyetujui bekerja sama dalam penelitian ini diminta untuk mengisi informed consent mengenai nama, usia, alamat dan juga menandatangani sebagai tanda persetujuan. Informed consent yang dibuat telah memenuhi persyaratan Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada.

4. Pencarian responden

Pencarian responden dilakukan setelah peneliti mendapatkan surat izin penelitian dari Wakil Rektor I. Surat izin penelitian disertakan tembusan ke Biro Personalia untuk mendapatkan data staf yang berisikan nama, tanggal lahir, jenis kelamin, dan bagian kerja. Data calon responden merupakan data dari biro personalia yakni seluruh staf pria yang berjumlah 446 orang, namun belum dikelompokkan berdasarkan kriteria inklusi. Teknik sampling adalah non-random


(49)

sampling dengan pendekatan purposive sampling. Calon responden kemudian disortir berdasarkan usia yang masuk dalam kriteria inklusi yaitu usia 40-50 tahun saja dan didapatkan sejumlah 194 orang. Calon responden yang berusia 40-50 tahun dicari satu per satu untuk diberi penjelasan mengenai penelitian ini, diberi

leaflet dan wawancara. Pada akhirnya tidak semua staf yang ada di dalam daftar nama dapat ditemui dan bersedia untuk mengikuti penelitian ini. Calon responden yang bersedia dan memenuhi kriteria inklusi akan menandatangani informed consent sebagai pernyataan tertulis kesanggupan menjadi responden dalam penelitian ini dan mengisi beberapa data seperti usia, alamat, nomor telepon agar bisa dihubungi kembali. Responden akan dihubungi 1 hari sebelum pengukuran dilakukan untuk mengingatkan akan adanya penelitian dan mengingatkan untuk berpuasa. Responden yang tidak hadir pada saat pengukuran akan dikonfirmasi kehadirannya.

Gambar 4. Skema pencarian responden

5. Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini yang divalidasi adalah timbangan berat badan merk Nagako® dan alat pengukur tinggi badan merk Height®. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan baik apabila nilai CV atau koefisien variansi < 5 %, nilai CV ini didapat dengan melakukan pengukuran reliabilitas sebanyak 5

446 staff pria di USD 194 Orang (usia 40-50) 78 orang menandata ngani informed consent 12 orang tidak hadir 66 orang responden


(50)

kali. Timbangan didapat nilai CV 0,455 %, alat pengukur tinggi badan didapat nilai CV 0,173 %, berdasarkan nilai CV tersebut maka dapat disimpulkan bahwa instrumen timbangan berat badan dan pengukur tinggi badan memenuhi syarat validasi.

6. Pengukuran Parameter

Untuk mendapatkan nilai BMI (Body Mass Index) perlu dilakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan.

a. Berat badan . Responden menimbang berat badan dengan timbangan, harus melepas alas kaki untuk mengurangi faktor koreksi. Responden harus berdiri di atas posisi timbangan dengan posisi tegak lurus. b. Tinggi badan . Responden diukur tinggi badan dengan menempelkan

meteran pada dinding datar. Responden harus melepas alas kaki untuk mengurangi faktor koreksi, berdiri tegak lurus sampai meteran menyentuh ujung kepala responden.

c. Kadar kolesterol total, HDL, LDL, rasio kadar kolesterol total/ HDL, LDL/HDL. Pengambilan darah responden yang telah berpuasa 10-12 jam sebelum waktu pengambilan darah, dilakukan oleh analis dari Laboratorium Patologi Klinik Rumah Sakit Bethesda.

7. Pembagian hasil

Pembagian hasil pemeriksaan diberikan langsung ke responden, meliputi hasil laboratorium dan pengukuran antropometri. Peneliti memberikan penjelasan makna dari hasil pemeriksaan dan memberikan saran untuk menjaga kesehatan, pola makan jika ditemukan hasil pemeriksaan yang tidak normal.


(51)

8. Pengolahan Data

Data diolah dengan menyusun data yang sejenis, kemudian menggolongkan berdasarkan yang telah ditetapkan dan kemudian melakukan analisis data menggunakan ibm spss 22.

J. Analisis Data Statistik

Langkah awal analisis data adalah mendeskripsikan data. Data yang dianalisis meliputi usia, BMI, kadar LDL, HDL, kolesterol total, rasio kolesterol total/HDL, dan rasio LDL/HDL. Uji normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov, dikarenakan seluruh data lebih dari 50 data. Langkah selanjutnya dilakukan uji komparatif, dimana pada uji ini diawali dengan mengelompokkan data kadar LDL, HDL, kolesterol total, rasio kolesterol total/HDL, dan rasio

LDL/HDL berdasarkan nilai BMI ≥25 kg/m2

dan BMI <25 kg/m2. Tiap-tiap kelompok diuji normalitasnya, jika kedua kelompok data terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji t tidak berpasangan. Apabila salah satu atau kedua kelompok data tidak terdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji Mann - Whitney. Uji korelasi dilakukan untuk melihat adanya korelasi antara BMI terhadap rasio kolesterol total/HDL, dan LDL/HDL. Seluruh data yang akan diuji korelasi terdistribusi normal, maka digunakan uji Pearson. Taraf kepercayaan yang digunakan sebesar 95 % (Dahlan , 2011).


(52)

Tabel VII. Interpretasi Uji Statistik (Dahlan,2011)

No Parameter Nilai Interpretasi

1 Kekuatan korelasi (r)

0,00 - 0,199 0,20 - 0,399 0,40 - 0,599 0,60 - 0,799 0,80 - 1,000

Sangat lemah Lemah Sedang Kuat Sangat kuat 2 Nilai signifikansi

(p)

p < 0,05 P > 0,05

Korelasi bermakna antara 2 variabel yang diuji Tidak terdapat korelasi yang bermakna antara 2 variabel yang

di uji

3 Arah korelasi +

(positif) - (negatif)

Searah, makin besar nilai 1 variabel, makin besar pula

variabel lainnya

Berlawanan arah, makin besar nilai 1 variabel, makin kecil nilai

variabel lainnya

K. Keterbatasan Penelitian

Kesulitan yang dialami selama penelitian ini adalah data yang dimiliki Biro Personalia kurang update, sehingga ada beberapa data yang tidak sesuai. Kesulitan menemui calon responden dan penyesuaian jadwal responden karena tiap staf memiliki jadwal yang berbeda sehingga sulit bagi peneliti untuk langkah awal mencari responden, kemudian kesulitan juga untuk menentukan tanggal penelitian. Peneliti juga tidak bisa menjamin apakah responden berpuasa atau tidak pada saat pengukuran.


(53)

32 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Profil Karakteristik Responden

Penelitian ini dilakukan di wilayah kampus Universitas Sanata Dharma Yogyakarta untuk mengetahui profil kesehatan staf pria dewasa sehat Universitas Sanata Dharma serta untuk mengetahui adanya korelasi BMI terhadap rasio kolesterol total/HDL, dan rasio LDL/HDL. Penelitian ini merupakan penelitian

payung dengan judul “Korelasi Pengukuran Antropometri terhadap rasio lipid

dan HbA1c pada Staf Pria dan Wanita di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta”. Responden terdiri dari 66 orang pria. Profil karakteristik responden

meliputi usia, BMI (Body Mass Index), kolesterol total, LDL, HDL, rasio kolesterol total/HDL, dan rasio LDL/HDL.

Tabel VIII. Profil Karakteristik Responden

No Karakteristik Pria(n= 66)

Mean±SD

p

1 Usia (tahun) 44,48 ± 2,93 0,070

2 BMI(kg/m2) 24,96 ± 3,39 0,200

3 Kolesterol total(mg/dL) 195,03 ± 35,25 0,200

4 HDL(mg/dL) 43,07 ± 8,91 0,200

5 LDL(mg/dL) 118,98± 30,10 0,200

6 Kolesterol total/ HDL 4,69 ± 1,16 0,200

7 LDL/HDL 2,84 ± 0,82 0,200

p>0,05 menunjukkan bahwa data terdistribusi normal

Pengambilan sampel menggunakan teknik non-random. Karakteristik responden diolah secara statistik menggunakan uji normalitas Kolmogorov-Smirnov karena responden berjumlah lebih dari 50 orang. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui distribusi data, data terdistribusi normal apabila nilai


(54)

signifikansi p >0,05, normalitas juga tergambar pada histogram. Gambar histogram akan menggambarkan data terdistribusi normal apabila berbentuk simetris, yaitu tidak miring ke kiri ataupun ke kanan dan tidak terlalu tinggi maupun terlalu rendah (Dahlan, 2011). Karakteristik responden ini diuji normalitas dan didapat semuanya terdistribusi normal yang dibuktikan dengan nilai p >0,05.

1. Usia

Menurut Santrock (2004), kategori dewasa pertengahan adalah dari usia 40-60 tahun. Responden penelitian ini termasuk dalam kategori middle aged yakni staf pria Universitas Sanata Dharma dengan rentang usia 40-50 tahun, nilai tengah 45 tahun dan rerata usia 44,48 tahun. Uji normalitas usia responden menggunakan uji Kolmogorov-Smirnorv pada taraf kepercayaan 95%. Uji normalitas usia responden memperoleh nilai signifikansi p=0,070 dan disimpulkan distribusi usia responden terdistribusi normal (p>0,05).

Usia memegang peranan penting dalam kejadian sindrom metabolik karena semakin meningkatnya usia, maka prevalensi sindrom metabolik semakin meningkat. Semakin bertambahnya usia seseorang, maka fungsi organ tubuh akan semakin menurun. Jumlah lemak akan meningkat sesuai dengan terjadinya peningkatan usia (Jalal, Indrawaty, Susanti, dan Oenzil, 2008). Kolesterol akan menyebabkan penebalan dinding pembuluh darah arteri, sehingga lumen pembuluh darah menyempit. Penyempitan ini akan menghambat bahkan menyumbat aliran darah yang memberi oksigen (Anwar, 2004). Penelitian oleh Darmawan, dkk (2007) didapatkan hasil semakin meningkatnya usia akan


(55)

semakin meningkatnya juga kolesterol total,HDL, dan LDL. Kolesterol darah mulai meningkat setelah berusia 20 tahun (Hasselbring, 2014) dan pada usia 40-49 tahun akan memiliki risiko 3 kali lebih besar sindrom metabolik dibandingkan pada usia 20-39 tahun.

Penelitian oleh Jalal, dkk (2008) berdasarkan kategori usia, jumlah penderita sindroma metabolik pada kelompok usia 30-40 tahun yaitu 4 dari 24 orang (16,7%), meningkat persentasenya pada kelompok usia >40-50 tahun menjadi 25 %, persentase yang sama pada usia >50-60 tahun.

2. BMI (Body Mass Index)

Pada penelitian ini didapatkan hasil rerata BMI responden pada penelitian ini yaitu sebesar 24,96 kg/m2 (normal), nilai tengah 25,10 kg/m2 (overweight) , nilai BMI berkisar antara 15,98 kg/m2 - 34,32 kg/m2.. Subyek penelitian ini masuk dalam kategori rendah, normal, overweight, dan obesitas kelas 1. BMI pada penelitian ini terdistribusi normal dengan nilai signifikansi p = 0,200.

Status gizi dapat dikatakan sebagai bentuk ketidakseimbangan antara asupan (intake) dengan kebutuhan tubuh yang mengakibatkan kurangnya gizi maupun gizi berlebih. Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan perhitungan BMI sebagai indikator untuk menilai obesitas. BMI ditunjukkan dengan perhitungan kilogram per meter kuadrat (kg/m2), berkorelasi dengan lemak yang terdapat dalam tubuh (Demy, 2009). Kadar kolesterol total yang tinggi disertai dengan obesitas berhubungan dengan kondisi patologis, seperti aterosklerosis dan


(56)

penyakit kardiovaskular (Wongkar, Kepel, dan Hamel, 2013). Obesitas dapat menyebabkan beberapa penyakit antara lain hipertensi, osteoartritis, dan dislipidemia. Peningkatan BMI merupakan salah satu faktor risiko terjadinya CVD (Sanlier, et al., 2007).

3. Kolesterol total

Rerata kadar kolesterol total pada penelitian ini sebesar 195,03 mg/dL dengan nilai tengah 198,35 mg/dL, dan kadar kolesterol responden berkisar antara 99,80 mg/dL – 283,50 mg/dL. Berdasarkan NCEP (2001) rerata kadar kolesterol total pada responden tergolong normal yakni dengan kadar <200 mg/dL. Beberapa responden memiliki kadar kolesterol total pada kategori batas atas dengan kadar 200- 239 mg/ dL dan dalam kategori tinggi dengan kadar lebih dari 240 mg/dL. Uji normalitas didapat nilai signifikansi p=0,200 yang artinya kadar kolesterol total terdistribusi normal.

Status gizi yang menunjukkan terjadinya obesitas akan mengakibatkan pada peningkatan risiko hipertensi, resistensi insulin/diabetes melitus tipe 2, penyakit jantung koroner (PJK), dan dislipidemia. Komponen dislipidemia meliputi kadar kolesterol total tinggi, kadar trigliserida tinggi, kadar HDL yang rendah, dan kadar LDL tinggi. Kolesterol total termasuk salah satu indikator untuk menentukan risiko penyakit kardiovaskular (Shah, Devrajani, Devrajani,

and Bibi, 2010). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mawi (2011) menunjukkan bahwa kolesterol merupakan indikator penyakit jantung koroner. Kolesterol total akan semakin meningkat dengan peningkatan nilai BMI.


(57)

4. LDL

Rerata kadar LDL pada penelitian ini sebesar 118,98 mg/dL, nilai tengah 122,95 mg/dL, kadar LDL responden berkisar antara 40,30 mg/dL – 191,60 mg/dL. Uji normalitas didapat nilai signifikansi p= 0,200 yang artinya data terdistribusi normal. LDL merupakan jenis kolesterol yang bersifat buruk, karena kadar LDL yang tinggi akan mengakibatkan penebalan dinding pembuluh darah (Anwar, 2004). LDL berasal dari pemecahan VLDL (very-low density lipoprotein). LDL merupakan peran utama dalam peningkatan aterosklerosis dan penyakit kardiovaskular (Shah, et al., 2010). Kadar LDL yang berlebih dalam darah akan meningkatkan risiko CVD melalui proses atherosclerosis. Jenis kolesterol ini merupakan penyusun terbesar dari total kolesterol darah, dikarenakan jumlahnya yang sangat banyak di sirkulasi tubuh manusia (Rolfes, Pinna, and Whitney, 2011).

5. HDL

Nilai rerata kadar HDL pada penelitian ini sebesar 43,07 mg/dL, nilai tengah 43,40 mg/dL, kadar HDL responden berkisar antara 24,30 mg/dL – 63,90 mg/dL. Uji normalitas data HDL didapat nilai signifikansi p= 0,200 yang artinya data terdistribusi normal .

Kolesterol baik (HDL) dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. HDL dapat mengurangi kadar LDL dalam darah dengan cara membawa LDL menuju ke hati untuk diproses kembali. HDL juga dapat menjaga kondisi pembuluh darah dengan membawa kolesterol yang berlebih dalam darah ke hati


(58)

untuk dimetabolisme sehingga tidak terbentuk plak. Plak yang berada di dinding pembuluh darah dapat menimbulkan atherosclerosis & menyebabkan terjadinya serangan jantung serta stroke (Dinkes, 2013).

Penelitian oleh Supriyono (2008), jumlah responden dengan kadar HDL <40 mg/dl pada kelompok kasus sebesar 55,4% dan pada kelompok kontrol sebesar 48,5%. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kenaikan kadar HDL dalam darah dengan kejadian PJK (p=0,489). Penurunan kadar HDL dalam darah < 40 mg/dl bukan merupakan faktor risiko untuk terjadinya PJK (OR=1,3 ; 95% CI = 0,7-2,6) pada usia < 45 tahun.

6. Kolesterol total/HDL

Rerata rasio Kolesterol total/HDL pada penelitian ini sebesar 4,69, nilai tengah 4,70; rasio Kolesterol total/HDL responden berkisar antara 2,71 – 8,45. Uji normalitas data rasio Kolesterol total/HDL didapat nilai signifikansi p= 0,200 yang artinya data terdistribusi normal .

Menurut Millan, et al. (2009), rasio kolesterol total/ kolesterol HDL pada pria sebaiknya < 3,5. Makin tinggi rasio kolesterol total/ HDL, maka makin meningkat juga risiko PJK. Pada beberapa orang dengan kadar kolesterol total yang normal pun dapat menderita PJK, dan didapatkan rasio kolesterol total/ HDL yang meninggi. Tidak hanya kadar kolesterol total yang meninggi saja yang berbahaya, akan tetapi rasio kolesterol total/ kolesterol HDL yang meninggi juga merupakan faktor risiko PJK (Anwar, 2004).


(59)

7. LDL/HDL

Rerata rasio LDL/HDL pada penelitian ini sebesar 2,84; nilai tengah 2,94; rasio LDL/HDL responden berkisar antara 1,37 – 4,94. Uji normalitas data rasio LDL/HDL didapatkan nilai signifikansi p=0,200 yang artinya data terdistribusi normal. Rasio kadar LDL/HDL merupakan faktor risiko PJK, semakin tinggi nilai rasio maka menunjukkan semakin besar risiko PJK (Cahanar dan Suhanda, 2006).

Asam lemak trans dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL, menurunkan kadar kolesterol HDL, meningkatkan kadar trigliserida, mengurangi ukuran partikel kolesterol LDL, serta meningkatkan rasio kolesterol LDL/HDL. Efek negatif yang ditimbulkan oleh asam lemak trans terhadap rasio kolesterol LDL/HDL dua kali lebih besar daripada asam lemak jenuh (Sartika, 2008). Perubahan rasio kolesterol LDL/HDL merupakan nilai yang paling prediktif untuk insiden aterosklerosis dan PJK, dibandingkan hanya kadar kolesterol total yang tinggi maupun kolesterol LDL saja yang tinggi. Setiap peningkatan 1% energi total asupan asam lemak trans dapat menurunkan kadar kolesterol HDL sebanyak 0,013 mmol/liter dan menaikkan kadar kolesterol LDL sebesar 0,04 mmol/liter (Eckel, Borra, Lichtenstein, and Yin-Piazza, 2007).

B. Perbandingan Kolesterol Total, HDL, LDL, Kolesterol total/ HDL, LDL/HDL pada Kelompok BMI ≥ 25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2

Analisis komparatif bertujuan untuk mengetahui adakah perbedaan yang bermakna antara variabel bebas (BMI) dengan kolesterol total, HDL, LDL, rasio kolesterol total/ HDL, dan LDL/ HDL. Responden akan dibedakan menjadi dua


(60)

kelompok menurut BMI yaitu kelompok dengan BMI< 25 kg/m2 dan kelompok dengan BMI 25 kg/m2. Penelitian ini membandingkan kadar kolesterol total, LDL, HDL, rasio kolesterol total/HDL, dan LDL/HDL pada kelompok BMI 25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2.Pada kedua kelompok ini dilakukan uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk karena jumlah responden kedua kelompok ≤ 50 orang, dengan jumlah responden dengan BMI ≥ 25 kg/m2 sejumlah 35 orang, BMI <25 kg/m2 sejumlah 31 orang. Data tersebut kemudian dinilai perbandingan dengan menggunakan uji t tidak berpasangan jika data terdistribusi normal atau mengggunakan uji Mann-Whitney jika data terdistribusi tidak normal (Dahlan, 2011).

Tabel IX. Uji Hipotesis Komparatif Kadar Kolesterol Total, HDL, LDL, Kolesterol Total/HDL, LDL/HDL

Profil lemak BMI ≥25 (n = 66)

BMI <25 (n = 66)

P

Kolesterol Total 192,41 ± 36,97 197,99 ± 33,55 0,525

HDL 40,82 ± 8,36 45,62 ± 8,95 0,028*

LDL 117,19 ± 32, 68 120,99 ± 27,29 0,862 Kolesterol Total/HDL 4,86 ± 1,22 4,49 ± 1,07 0,316

LDL/HDL 2,91 ± 0,84 2,76 ± 0,80 0,438

* p<0,05 menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna

1. Perbandingan Kolesterol Total pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2

Data kadar kolesterol total dibagi menjadi 2 kelompok, BMI tinggi (≥25 kg/m2) dan BMI rendah (<25 kg/m2), kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan menggunakan Shapiro Wilk. Nilai signifikansi pada uji normalitas didapat 0,154 dan 0,067 artinya keduanya terdistribusi normal karena nilai p>0,05 maka dilakukan uji komparatif dengan uji t tidak berpasangan. Hasil


(61)

uji t tidak berpasangan didapat nilai signifikansi 0,525 artinya ada perbedaan yang

tidak bermakna antara kadar kolesterol total dengan BMI ≥25 kg/m2

dan BMI <25 kg/m2 .

Penelitian dengan hasil serupa dilakukan oleh Herawati (2013) melibatkan 60 responden dengan rentang usia 17- 24 tahun menunjukkan adanya perbedaan yang tidak bermakna antara kolesterol total pada kelompok < 23 kg/m2

dan kelompok BMI ≥23 kg/m2 dengan nilai p=0,300. Hasil yang sejalan juga

ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Prayogie (2011), melibatkan 70 responden yakni dosen dan karyawan pria Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan rentang usia 30-50 tahun. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara kolesterol total pada kelompok BMI <23

kg/m2dan kelompok BMI ≥ 23 kg/m2 (p=0,938). Penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh Setiono (2012) dengan data kelompok sampel obesitas terdapat 121 sampel (52,2%) hiperkolesterolemia dan tidak obesitas terdapat 111 sampel (47,8%) hiperkolesterolemia. Hiperkolesterolemia antara obesitas dan tidak obesitas berbeda tetapi tidak bermakna (p=0,457).

2. Perbandingan HDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2

Data kadar HDL dibagi menjadi 2 kelompok, yakni kadar HDL dengan BMI tinggi dan kadar HDL dengan BMI rendah, kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan menggunakan Shapiro-Wilk. Nilai signifikansi didapat 0,952 dan 0,339 artinya keduanya terdistribusi normal karena nilai p>0,05 maka dilakukan uji komparatif dengan uji t tidak berpasangan. Hasil uji t tidak


(62)

berpasangan didapat signifikansi 0,028 yang artinya ada perbedaan yang

bermakna antara kadar HDL dengan BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2 .

Hasil penelitian yang serupa dilakukan oleh Setiono (2012) pada kelompok HDL rendah pada jenis kelamin laki-laki dengan 55 sampel obesitas (54,2%) dan 33 sampel tidak obesitas (37,5%) sedangkan pada jenis kelamin perempuan didapakan 23 sampel obesitas (42,6%) dan 31 sampel tidak obesitas (57,4%). HDL yang rendah pada jenis kelamin laki-laki antara 2 kelompok didapatkan perbedaan yang bermakna dengan nilai p=0.010 sedangkan pada jenis kelamin perempuan berbeda tetapi tidak bermakna dengan nilai p=0,097. Penelitian oleh Ercho, Berawi, dan Susantiningsih (2014) juga didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan yang bermakna kadar HDL mahasiswa obesitas dengan mahasiswa tidak obesitas dengan nilai p=0,000. Dapat disimpulkan pada penelitian ini bahwa rata-rata kadar HDL mahasiswa tidak obesitas lebih tinggi dari mahasiswa obesitas dengan selisih kadar HDL tersebut sebesar 14.24 mg/dL. Berdasarkan penelitian oleh Mamat (2010) hasil analisis data didapat dari 7974 responden yang tidak mengalami obesitas sebanyak 76,6% kadar kolesterol HDLnya tidak normal, sedangkan dari 1640 mereka yang mengalami obesitas sebanyak 78,6% kadar kolesterolnya tidak normal. Berdasarkan nilai jumlah persentase kejadian kadar kolesterol HDL tidak normal menunjukkan adanya perbedaan persentase sebesar 2%, walaupun perbedaannya sedikit namun bila melihat hasil uji statistik chi-square diperoleh nilai p= 0,004 yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara obesitas dengan kadar kolesterol HDL. Didapatkan hasil (OR=1,121 ; 95% CI=1,037 – 1,211) yang berarti responden


(63)

yang mengalami obesitas mempunyai risiko sebesar 1,121 lebih sering untuk mengalami kadar kolesterol yang tidak normal dibanding responden yang tidak obesitas.

Hasil penelitian yang berbeda dilakukan Sanlier, et al. (2007) yang membandingkan perbedaan HDL pada tiga kelompok BMI yaitu BMI<18,5 kg/m2

(underweight), BMI 18,5-24,9 kg/m2 (normal) dan BMI >25,0 kg/m2 (overweight)

diperoleh hasil yang dengan nilai p=0,52 yang artinya tidak ada perbedaan yang bermakna kadar HDL pada ketiga kelompok BMI ini. Berdasarkan penelitian ini rerata kadar HDL tertinggi didapat pada kelompok underweight dan kelompok normal, rerata kadar HDL terendah pada kelompok overweight. Hasil yang berbeda dikarenakan jumlah responden penelitian ini lebih sedikit, usia responden, dan pembagian kelompok BMI.

3. Perbandingan LDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2

Data kadar LDL dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan nilai BMI, BMI tinggi dan BMI rendah kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan menggunakan Shapiro Wilk. Nilai signifikansi didapat 0,010 yang artinya terdistribusi tidak normal pada BMI tinggi dan 0,256 pada BMI rendah artinya terdistribusi normal karena nilai p>0,05 maka dilakukan uji komparatif dengan uji

Mann-Whitney. Hasil uji Mann-Whitney didapat signifikansi 0,862 yang artinya ada perbedaan yang tidak bermakna antara kadar LDL dengan BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2 .

Hasil penelitian yang sejalan dilakukan oleh Setiono (2012) dengan kelompok obesitas terdapat 55 sampel kadar LDL tinggi (55,6%) dan tidak


(64)

obesitas terdapat 44 sampel LDL tinggi (44,4%). Hasil distribusi LDL tinggi antara 2 kelompok (obesitas dan tidak obesitas) berbeda tetapi tidak bermakna (p=0,256). Penelitian oleh Supriyono (2008), proporsi responden dengan kadar LDL >130 mg/dL pada kelompok kasus sebesar 60,7% nilai dan pada kelompok kontrol (68,6%). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kenaikan kadar LDL dalam darah dengan kejadian PJK (p=0,862).

4. Perbandingan Kolesterol total/ HDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2

Data rasio kolesterol total/ HDL dibagi menjadi 2 kelompok, BMI tinggi dan BMI rendah kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan menggunakan Shapiro Wilk. Nilai signifikansi didapat 0,301 yang artinya terdistribusi normal pada BMI tinggi dan 0,029 pada BMI rendah artinya terdistribusi tidak normal karena nilai p<0,05 maka dilakukan uji komparatif dengan uji Mann- Whitney. Hasil uji Mann- Whitney didapat signifikansi 0,316 yang artinya ada perbedaan yang tidak bermakna antara rasio kolesterol total/

HDL dengan BMI ≥25 kg/m2

dan BMI <25 kg/m2 .

Penelitian yang serupa hasilnya dilakukan oleh Herawati (2013) didapatkan hasil rasio kolesterol total/HDL responden pria pada kelompok BMI <23 kg/m2 dan kelompok BMI ≥23 kg/m2 mendapatkan nilai p=0,051 sehingga dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang tidak bermakna antara rasio kolesterol total/HDL pada kelompok BMI <23 kg/m2dan kelompok BMI ≥23 kg/m2. Hasil penelitian Prayogie (2011) membandingkan nilai rasio kolesterol


(65)

total/HDL pada BMI tidak normal (BMI≥23 kg/m2) dibandingkan kelompok BMI normal (BMI<23 kg/m2) memperoleh p= 0,200 yang artinya terdapat perbedaan yang tidak bermakna.

5. Perbandingan Rasio LDL/HDL pada BMI ≥25 kg/m2 dan BMI <25 kg/m2

Data rasio LDL/HDL dibagi menjadi 2 kelompok, BMI tinggi dan BMI rendah kemudian diuji normalitasnya. Uji normalitas dilakukan menggunakan

Shapiro Wilk. Nilai signifikansi didapat 0,552 dan 0,126 artinya keduanya terdistribusi normal karena nilai p>0,05 maka dilakukan uji komparatif dengan uji t tidak berpasangan. Hasil uji t tidak berpasangan didapat signifikansi 0,438 yang artinya ada perbedaan yang tidak bermakna antara rasio kadar LDL/HDL dengan

BMI ≥25 kg/m2

dan BMI <25 kg/m2 .

Penelitian yang sejalan dilakukan oleh Ristiana (2013) dengan responden mahasiswa berjumlah 60 orang, nilai p=0,349 rasio LDL/HDL pada responden

dengan BMI <23 kg/m2 dan 0,798 pada rasio LDL/ HDL dengan BMI≥ 23 kg/m2.

Terdapat perbedaan yang tidak bermakna dengan nilai p= 0,075. Namun penelitian oleh Sanlier ,et al. (2007) didapatkan hasil yang berbeda yakni terdapat perbedaan yang bermakna antara rasio LDL/ HDL pada BMI underweight (<18,5 kg/m2, normal (BMI 18,5- 24,9 kg/m2) dan overweight (BMI > 25kg/m2) dengan nilai signifikansi 0,03. Hasil yang berbeda dikarenakan penelitian Sanlier ,et al.

(2007) dilakukan pada mahasiswa, sedangkan penelitian ini dilakukan pada responden usia 40-50 tahun. Usia akan mempengaruhi kadar LDL maupun HDL sehingga akan mempengaruhi rasio LDL/HDL.


(1)

Lampiran 32. Data deskriptif uji komparatif rasio LDL/HDL pada kelompok BMI

≥25 kg/m2

dan BMI <25 kg/m2

LDL.per.H DL

BMI >= 25 Mean 2,9149 ,14142 95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound 2,6275 Upper

Bound 3,2022 5% Trimmed Mean 2,8965

Median 3,0700

Variance ,700

Std. Deviation ,83663

Minimum 1,37

Maximum 4,94

Range 3,57

Interquartile Range 1,15

Skewness ,118 ,398 Kurtosis -,166 ,778 BMI < 25 Mean 2,7571 ,14358

95% Confidence Interval for Mean Lower

Bound 2,4639 Upper

Bound 3,0503 5% Trimmed Mean 2,7561

Median 2,7200

Variance ,639

Std. Deviation ,79941

Minimum 1,41

Maximum 4,10

Range 2,69

Interquartile Range 1,53

Skewness ,072 ,421 Kurtosis -1,292 ,821


(2)

Lampiran 33. Uji normalitas pada kelompok BMI ≥25 kg/m2

dan BMI < 25 kg/m2

Lampiran 34. Uji Mann- Whitney

Tests of Normality

Klasifikasi.BMI

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic df Sig. Statistic df Sig. HDL BMI >= 25 ,072 35 ,200* ,987 35 ,952

BMI < 25 ,114 31 ,200* ,963 31 ,339 Kolesterol.Total BMI >= 25 ,121 35 ,200* ,954 35 ,154 BMI < 25 ,118 31 ,200* ,937 31 ,067 LDL BMI >= 25 ,182 35 ,005 ,915 35 ,010 BMI < 25 ,089 31 ,200* ,958 31 ,256 Total.per.HDL BMI >= 25 ,090 35 ,200* ,964 35 ,301 BMI < 25 ,128 31 ,200* ,923 31 ,029 LDL.per.HDL BMI >= 25 ,098 35 ,200* ,974 35 ,552 BMI < 25 ,120 31 ,200* ,947 31 ,126

LDL Total.per.HDL Mann-Whitney U 529,000 464,500 Wilcoxon W 1025,000 960,500 Z -,173 -1,002 Asymp. Sig. (2-tailed) ,862 ,316


(3)

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df

Sig. (2-tailed) Mean Difference Std. Error Difference 95% Confidence Interval of the

Difference

Lower Upper

HDL Equal variances

assumed ,252 ,617 -2,248 64 ,028 -4,79327 2,13185 -9,05213 -,53441

Equal variances not

assumed -2,239 61,727 ,029 -4,79327 2,14092 -9,07328 -,51327

Kolesterol.Total Equal variances

assumed ,438 ,510 -,640 64 ,525 -5,58498 8,73303

-23,03120 11,86125

Equal variances not

assumed -,643 63,955 ,522 -5,58498 8,68128

-22,92806 11,75811

LDL.per.HDL Equal variances

assumed ,074 ,786 ,781 64 ,438 ,15776 ,20209 -,24597 ,56149

Equal variances not


(4)

Lampiran 36. Uji Korelasi

Correlations

Kolesterol.Total HDL LDL Total.per.HDL LDL.per.HDL BMI Pearson Correlation ,110 -,362** ,090 ,364** ,277* Sig. (2-tailed) ,381 ,003 ,475 ,003 ,024

N 66 66 66 66 66

Lampiran 37. Standard Operating Procedure Pengukuruan Tinggi Badan


(5)

Lampiran 38. Standard Operating Procedure Pengukuruan Berat Badan


(6)

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Angela Irena Sumartono, lahir di Yogyakarta, 19 September 1993. Penulis merupakan putri pertama dari 3 bersaudara. Pendidikan penulis dimulai dari TK Mutiara Persada (1997-1999), kemudian lanjut SD Tarakanita Bumijo (1999- 2005), SMP Stella Duce 1 Yogyakarta(2005- 2008), dan SMA Bopkri 1 Yogyakarta( 2008- 2011). Pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan Tinggi di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis aktif sebagai divisi Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi selama 2 periode. Penulis mengikuti beberapa kepanitiaan antara lain sebagai panitia sumpahan apoteker, temu alumni akbar, dan bendahara Pharmacy Performance Road to School tahun 2013. Pada tahun 2014, penulis dan tim PKM (Program Kreatifitas Mahasiwa) menerima hibah dari dikti untuk menjalankan PKM-P, yakni pengabdian masyarakat dengan judul “ Pendampingan Masyarakat Dusun Sabrang Desa Argomulyo Kecamatan Dukun Kabupaten Magelang untuk Mewujudkan Kebersihan Lingkungan melalui Peningkatan Pengetahuan dan