3. Kekerasan – simulasi – Berasal dari dunia virtual, misal : dalam permainan video, permainan on-line. Kekerasan – simulasi
memiliki dampak yang sangat besar terhadap anak-anak yaitu dapat melhirkan masalah psikologis diantaranya kemarahan,
kegelisahan, kekecewaan yang lahir dari permainan video. Ketiga bentuk kekerasan diatas sering dikondisikan sebagai
kekerasn simbolik Haryatmoko, 2007:127. Kekerasan simbolik berlangsung karena system informasi dan media besar berjalan
mengikuti aturan tertentu dalam bentuk keseragaman, tuntutan reportase langsung pada kejadian, sensasionalisme, dan
penempatan prioritas informasi yang penuh kepentingan Haryatmoko, 2007: 128.
2.1.5. Respon Psikologi Warna
Warna merupakan simbol yang menjadi penandaan dalam suatu hal. Warna juga dianggap sebagai suatu fenomena
psikologi. Respon psikologi dari masing-masing warna:
1. Merah : Power, energi, kehangatan, cinta, nafsu,
agresif, bahaya. Merah jika dikombinasikan dengan putih, akan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
mempunyai arti “Bahagia” di budaya Oriental.
2. Biru : Kepercayaan,
konservatif, keamanan,
teknologi, kebersihan, keteraturan. 3.
Hijau : Alami, sehat,
keberuntungan pembaharuan.
4. Kuning : Optimis, harapan, filosofi, ketidakjujuran,
pengecut untuk budaya barat, pengkhianat.
5. UnguJingga : Spiritual,
misteri, kebangsawanan, tranformasi, kekerasan, keangkuhan
6. Orange : Energi, keseimbangan, kehangatan.
7. Coklat : TanahBumi, reability, comfort, daya
tahan. 8.
Abu-abu : Intelektual, masa depan kaya warna millenium, kesederhanaan, kesedihan.
9. Putih
: Kesucian, kebersihan, ketepatan,
ketidakbersalahan, kematian,ketakutan,kesedihan,keanggunan
. httpwww.toekangweb.or.id07-tips- bentukwarna.1html.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.1.6. Semiotika
Secara etimologis, istilah Semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri
didefinisikan sebagai sesuatu yang atasa dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain.
Eco, dalam Alex Sobur 2002:95
Menurut John Fiske 2004:282, semiotika adalah studi tentang pertandaan dan makna dari sitem tanda, ilmu tentang tanda,
tentang bagaimana makna dibangun dalam “teks” media, atau studi tentang bagaimana tanda dari jenis karya apapun dalam masyarakat
yang mengkomunikasikan makna.
Secara terminologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-
peristiwa, seluruh kebudayaan sebagai tanda. Eco, dalam Alex Sobur 2002:95. Pengertian lain juga dikemukakan oleh Van
Zoest, dalam Alex Sobur 2002:96 mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda sign dan segala yang berhubungan dengannya, cara
berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya, dan penerimaannya oleh mereka yang
mempergunakannya. Menurut Preminger 2001, ilmu ini menganngap bahwa fenomena sosial atau masyarakat kebudayaan
itu meupakan tanda-tanda. Semiotik mempelajari sistem-sistem,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
aturan-aturan, konvensi-konvensi yang memungkinkan tanda-tanda tersebut mempunyai arti.
Didalam sejarah perkembangan semiotika, berasal dari dua induk yang memiliki dua tradisi dasar yang berbeda. Pertama,
Charles Sanders Pierce, seorang filsuf Amerika yang hidup diperalihan abad yang lalu 1839-1914. Sebagai seorang filsuf dan
ahli logika, Pierce berkehendak untuk menyelidiki apa dan bagaimana proses bernalar manusia. Teori Pierce tentang tanda
dilandasi oleh tujuan besar ini sehingga tidak mengherankan apabila dia menyimpulkan bahwa semiotika tidak lain dan tidak
bukan adalah sinonim bagi logika Budiman, 2005:33
Logika, secara umum adalah … sekedar nama lain dari semiotika .., suatu doktrin formal atau Quasinecessary tentang
tanda-tanda. Yang saya maksud dengan mengatakan doktrin ini sebagai “Quasinecessary” atau formal adalah bahwa kita
mengamati karakter tanda tersebut sebagaimana yang kita tahu, dan dari pengamatan tadi .. kita diarahkan kepada pernyataan
yang bisa saja keliru dan, dengan demikian, dalam arti tertentu sama sekali niscaya. Pierce, 1986:4 dalam Budiman, 2005:34
Disisi lain, kedua, terdapat pula tradisi semiotik yang dibangun berdasarkan teori kebahasaan Ferdinand de Saussure
1857-1913 sebagai seorang sarjana languistik di Perancis. Sebuah
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
ilmu yang mengkaji kehidupan tanda-tanda di dalam masyarakat. Akan menjadi bagian di psikologi sosial, sebagai konsekuensinya,
psikologi general. Dan diberi nama semiologi dari bahasa Yunani “Semeon” “tanda”. Semiologi akan menunjukkan hal-hal apa
yang membentuk tanda-tanda, kaidah-kaidah apa yang mengendalikannya. Saussure, 1966:16 dalam Budiman, 2005:35.
2.1.7. Teori Semiotika – John Fiske