4.2.1 Fungsi Sosial
Fungsi sosial ini dikaitkan dengan adanya kegotong-royongan masyarakat Ngadha dalam menyukseskan upacara Reba dari proses awal hingga akhir, karena
dalam menyukseskan upacara ini, tidak mungkin bisa dilaksanakan oleh satu orang saja. Banyak peralatan dan bahan-bahan yang di perlukan dalam upacara ini
berupa hewan kurban, dan pengumpulan hasil panen lainnya. Dengan adanya unsur tersebut secara tidak langsung mengajarkan kepada kita agar saling
mendukung dan saling membantu. Selain itu, dalam upacara ini juga terutama pada upacara hari terakhir para anggota klan yang berselisih paham diharuskan
berdamai. Siapa yang melanggar akan mendapatkan malapetaka seperti: ¾
Mati golo meninggal tidak wajar, seperti meninggal karena jatuh dari pohon, meninggal karena tenggelam, meninggal di
bunuh orang, dsbnya. ¾
Senu sintinggila ¾
Kelaparan melanda kampung. Wawancara Bapak Yohanes Wawo, 29 Desember 2012
4.2.2 Fungsi Magis
Fungsi magis ini terungkap dalam proses upacara Reba yang berlangsung hikmat. Para peserta upacara dengan tenang, mengikuti proses ini, sehingga
suasana hening ini menyebabkan tuturan yang dituturkan oleh ketua adat semakin mendengung di dalam hati pendengar. Lantunan syair yang diungkapkan dengan
irama yang merdu membuat tuturan ini hadir bagaikan mantra yang dapat
membawa para pendengar ke dalam suasana kegaiban. Selain itu, kegaiban ini juga tercipta karena banyaknya larangan kepada para peserta sebelum upacara
atau proses penuturan itu di mulai yang juga disertai dengan pemberitahuan akibat yang ditimbulkan bila ada yang melanggar. Hal ini di ungkapkan oleh
Nono 38, salah seorang tokoh masyarakat asal desa Watumanu kecamatan Bajawa, ia mengatakan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap mite masih
sangat kuat, dan mereka percaya bahwa roh nenek moyang, selain dapat membantu manusia yang masih hidup, juga dapat mencelakakannya apabila yang
di perbuatnya tidak berkenan dihadapan para leluhur.
4.2.3 Fungsi Ajaran Hidup
Menurut Yohanes Wawo 58 tahun, mengatakan bahwa sebenarnya fungsi ini tertuang dalam semua proses pelaksanaan upacara. Keharusan untuk
melakukan upacara Reba setiap tahun, secara tidak langsung mengingatkan kita agar tidak boleh melupakan tanah kelahiran kita, tidak boleh melupakan sanak
saudara, dan untuk membina paersaudaraan itu kita perlu berkumpul bersama- sama dan duduk bertukar pikiran. Selain itu lewat tuturan O’ Uwi, kita dapat
mengetahui bahwa tanaman ubi, pernah menjadi tanaman penopang hidup manusia.
Pada saat sekarang ini, beras sudah menjadi makanan pokok manusia, ubi bukanlah sesuatu yang penting bagi kita. Namun dengan tuturan ini, kita di ajak
untuk rendah hati, tidak boleh sombong, dan saling berbagi dengan sesama, sebagaimana tokoh Sili yang membagi-bagikan ubi secara cuma-cuma kepada
orang yang memerlukannya. Diharapkan, kita juga sebagai turunannya dapat berbuat hal yang sama kepada orang lain.
4.2.4 Fungsi Estetis