Konsep Penelitian Metode Penelitian

Penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal - Badung 9

BAB II POTENSI DAN PERMASALAHAN DESA WISATA

BONGKASA PERTIWI Pada bab ini akan dibahas mengenai Tinjauan Umum Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, Potensi, Permasalahan, Kondisi Lingkungan, Kondisi Fisik Fasilitas, dan Potensi Pengembangan.

2.1 TINJAUAN UMUM DESA BONGKASA PERTIWI

Desa Bongkasa Pertiwi merupakan satu dari sebelas desa wisata yang di oleh Pemerintah Kabupaten Badung, melalui Peraturan Bupati No 47 Tahun 2010. Desa ini telah masih tergolong muda, karena baru berdiri sejak 2003. Desa ini awalnya merupakan satu desa dinas dengan Desa Bongkasa, namun karena perkembangan penduduk akhirnya dengan musyawarah dari seluruh lapisan pejabat desa, maka desa ini resmi dimekarkan dan ditetapkan oleh bupati badung dalam SK No 1067 tahun 2003 dan I Made Suardana, selaku pejabat Kepala Desa Bongkasa Pertiwi saat itu. Desa ini terdiri dari tiga banjar Dinas, yaitu Banjar Karang Dalem I, Banjar Karang Dalem II, dan Tegal Kuning. Banjar Karang Penataan Desa Wisata Bongkasa Pertiwi, Kecamatan Abiansemal - Badung 10 Dalem I ditetapkan sebagai lokasi untuk pengembangan desa wisata oleh Pemkab Badung.

2.1.1 Potensi Budaya

Masyarakat desa ini mayoritas adalah Agama Hindu. tradisi dan budaya masih dipertahankan turun-temurun. Masyarakat disini juga melakukan kegiatan tradisional Bali pada umumnya layaknya di daerah-daerah lainnya di Bali. Walaupun desa ini sudah dimekarkan, namun Desa Bongkasa Pertiwi dan Desa Bongkasa, masih terikat dalam satu desa adat, yaitu Desa Adat Bongkasa, sehingga adat dan budayanya masih sama atau satu kesatuan. Menurut cerita Kepala Desa Bongkasa Pertiwi, I Wayan Suarjana, Oktober 2015, Desa Bongkasa sebelum dimekarkan diibaratkan sebagai salah satu sumber mata air kesenian di Bali, terbukti dari banyaknya maestro seni yang berasal dari desa ini, antara lain: 1. Ki Dalang Tangsub, pendiri Desa Bongkasa yang dikenal dengan munculnya geguritan di Bali, dan salah satu yang terkenal adalah “Eda Ngaden Awak Bisa”; 2. Ida Pedanda Sagra atau yang lebih dikenal dengan Dalang Ore, merupakan sesepuh pedalangan di Bali yang terkenal mahir menirukan suara monyet dan setiap pertunjukkannya suasana pertunjukkan dapat dirubahnya seperti berada di sebuah hutan. Oleh karena itu beliau dijuluki Dalang Ore karena dapat menirukan suara monyet ore; 3. Dalang Jagra, beliau juga terkenal dengan seni pedalangannya dan menjadi panutan. Di Desa Bongkasa terkenal pewayangan dengan epos Ramayananya dan menjadi salah satu pakem dalam ilmu pewayanganpedalangan di Bali. Pada saat upacara agama odalan masyarakat desa ini sering mengadakan pertunjukan “Calonarang”, yaitu tari-tarian yang mengisahkan tentang Bali yang sengsara oleh kekuatan jahat. Memang jenis tarian ini sering dipentaskan di hampir setiap wilayah di Bali, namun menurut masyarakat desa, tarian di desa ini memiliki tingkat kesakralan yang tinggi. Selain itu Desa Adat Bongkasa juga memiliki tarian sakral khas daerah yaitu “Tari Beringin” yang hanya dipentaskan