B. Peran Ismail Marzuki Masa Pemerintahan Jepang 1942-1945
Sejak tahun 1941, Jepang menunjukkan eksistensinya sebagai negara yang ingin menguasai wilayah jajahan. Setelah menghancurkan Pearl Harbour,
balatentara Jepang berhasil menaklukkan negeri-negeri di kawasan Asia Tenggara dalam Perang Pasifik. Di Indonesia, Jepang berhasil membuat Belanda menyerah
serta merebut Indonesia dari tangan kolonial Belanda. Tujuan Jepang menyerang dan menduduki Indonesia adalah untuk menguasai sumber-sumber alam, terutama
minyak bumi, guna mendukung potensi perang Jepang serta mendukung
industrinya.
Sebelum Jepang masuk ke Indonesia, Jepang berusaha menarik hati atau mencari simpati bangsa Indonesia, misalnya 1 setiap hari radio Tokyo
menyanyikan lagu Indonesia Raya, 2 Jepang menyatakan bahwa bangsa Indonesia dengan bangsa Jepang itu serumpun, sebagai Jepang sebagai saudara
tua, 3 sewaktu-waktu Jepang akan datang ke Indonesia untuk membebaskan saudaranya dari penjajahan Belanda, dan 4 Jepang menyatakan gerakan 3 A
yaitu Jepang sebagai pemimpin, pelindung dan cahaya Asia, 5 Jepang memberikan komisi dengan baik kepada pedagang-pedagang pribumi Indonesia
terutama yang bersedia menjual barang-barang Jepang, dan 6 Jepang mengundang pemuda-pemudi Indonesia untuk belajar di Jepang dengan
mendapatkan beasiswa.
53
Mulai Tahun 1942, pemerintahan yang sebelumnya dikuasi kolonial Belanda secara langsung diambil alih oleh Jepang. Jepang dalam menjalankan
53
A. Kardiyat Wiharyanto, op.cit., hal. 103.
kekuasaannya menghapus semua pengaruh Belanda di Indonesia politik, ekonomi, dan budaya. Semua peninggalan Belanda mulai dari sistem
pemerintahan, simbol-simbol kekuasaan kolonial, hingga nama-nama tempat berbahasa Belanda diganti oleh Jepang. Surat-surat kabar berbahasa Belanda,
Cina, dan Indonesia dilarang terbit. Semua karyawan berkebangsaan Belanda dijebloskan ke kamp-kamp tawanan perang. Jepang memberlakukan pemerintahan
militer yang sangat ketat.
Peraturan pemerintah Jepang yang sangat anti Barat juga diberlakukan di bidang musik. Semua syair-syair lagu berbahasa Belanda tidak boleh
dinyannyikan. Pemerintah Jepang menutup dan menghentikan stasiun radio yang berdiri pada masa kolonial Belanda. Jepang mengambil-alih stasiun radio
NIROM, VORO, PPRK, dll, setelah itu menggantinya dengan didirikannya Djawa Hoso Kanrikyoku pada tanggal 1 Oktober 1942. Badan yang mengurus dan
menyelenggarakan siaran radio ini memiliki delapan cabang hosokyoku yang tersebar di Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surakarta, Purwokerto, Semarang,
Surabaya, dan Malang.
Pada bulan April 1942, Jepang membentuk organisasi rakyat yang diberi nama ―Gerakan Tiga A‖, yang dipimpin oleh Mr.R. Samsudin. Gerakan Tiga A
berasal dari slogan bahwa Jepang adalah peimimpin Asia, Pelindung Asia, dan Cahaya Asia. Organisasi yang dimulai di Jawa ini bertujuan mengumpulkan
dukungan untuk tujuan perang Jepang dan Kemakmuran Bersama Asia Timur PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Raya. Secara Umum, Gerakan ini tidak berhasil mencapai tujuan-tujuannya. Hanya sedikit orang Indonesia yang tertarik dan terlibat di dalamnya.
54
Dalam menjalankan pemerintahannya, Jepang membagi Indonesia menjadi 3 koloni, yaitu: 1 Jawa-Madura, dengan pusatnya di Jakarta di bawah Tentara
XVI, 2 Sumatera, dengan pusatnya Bukittinggi di bawah Tentara XXV, dan 3 Pulau-pulau lain dengan pusatnya Ujung Pandang Makasar di bawah Angkatan
Laut, yang mempunyai penghubung di Jakarta. Dasar pembagian itu bersifat strategis militer, yang disesuaikan dengan organisasi pertahanan Jepang dan
bersifat politis yang disesuaikan dengan penilaian Jepang terhadap perkembangan sosial dan politik di Indonesia.
55
Dalam 3 koloni tersebut, Jawa menjadi daerah
yang lebih maju dari pada pulau-pulau lainnya.
Harapan akan datangnya kesejahteraan dan kemerdekaan bangsa Indonesia seperti yang dipropagandakan Jepang sebelumnya terbukti hanya kosong belaka.
Justru rakyat semakin tertindas akibat penjajahan yang dilakukan Jepang. Untuk mendapatkan keuntungan yang sebanyak-banyaknya, Jepang merampas semua
hasil bumi bangsa Indonesia. Rakyat diberlakukan tanam paksa, dimana hasilnya wajib diserahkan kepada Jepang untuk melengkapi kebutuhan perang. Tidak
hanya itu, Jepang memberlakukan sistem kerja paksaromusha terhadap rakyat untuk bekerja membuat tempat pertahanan, jembatan, jalan kereta api, dll. Mereka
bekerja tanpa upah dan tanpa makanan yang cukup. Akibatnya, kelaparan terjadi
dimana-mana dan penyakit pun merajalela.
54
M.C. Ricklefs. op.cit. hal. 411-412.
55
G. Moedjanto, op.cit., hal. 73.
Penindasan yang dilakukan Jepang semakin membuat Indonesia berada dalam kemiskinan. Keadaan ini mendorong rakyat untuk melakukan berbagai
perlawanan untuk bebas dari penjajahan Jepang. Perjuangan nasional pada masa itu dilakukan dengan dua cara, yaitu secara legal dan illegal. Pada saat itu,
pergerakan secara legal resmi dengan Jepang dipimpin oleh Soekarno-Hatta, dan pergerakan secara illegal bawah tanah dipimpin oleh Sutan Syahrir. Organisasi-
organisasi yang dibentuk baik legal maupun illegal ini sepakat untuk melakukan
tindakan serentak apabila Sekutu datang untuk melawan Jepang.
Di tahun 1944, Jepang berada dalam masa terancam ketika pasukan Sekutu bangkit kembali dan bergerak menuju Asia Tenggara. Kekuatan Jepang semakin
melemah ketika Sekutu mendarat di Irian Barat pada bulan April 1944 dan jatuhnya pulau Saipan ke tangan Sekutu pada bulan Juli 1944. Jepang mulai
menyadari bahwa mereka tidak lagi mendapat dukungan dari rakyat. Untuk mengatasi situasi ini, pada tanggal 7 September 1944 Perdana Menteri Koiso
mengucapkan pidato yang antara lain menjanjikan pemberian kemerdekaan kepada Indonesia di kemudian hari.
56
Hal ini kemudian ditanggapi langsung oleh
Soekarno-Hatta untuk menggembleng rakyatnya menuju kemerdekaan Indonesia.
Sementara itu kedudukan Jepang semakin hari semakin terdesak. Pada tanggal 6 Agustus dan 9 Agustus 1945, kota Hiroshima dan Nagasaki hancur oleh
karena bom atom dari pihak sekutu. Akibat kedua kota tersebut dibom, Jepang menjadi tidak berdaya. Hingga pada akhirnya Jepang menyerah kepada sekutu
56
Ibid., hal 84.
pada tanggal 15 Agustus 1945. Dua hari setelah itu, Indonesia di bawah Soekarno-
Hatta memproklamirkan kemerdekaannya pada tanggal 17 Agustus 1945.
Kreativitas Ismail Marzuki dalam penciptaan lagu terus berkembang disaat pendudukan Jepang di Indonesia. Di tengah pemerintah Jepang memberlakukan
peraturan baru, Ismail Marzuki sangat produktif dalam karya ciptaannya. Dia melakukan berbagai perlawanan untuk bebas dari penjajahan Jepang. Judul lagu
demi judul lagu pun muncul dengan konsep pemikirannya yang semakin mapan
dan berbobot.
Tidak hanya sebagai pencipta lagu saja, dalam aktivitasnya di periode ini, Ismail Marzuki juga terlibat dengan lembaga-lembaga Jepang yang bergerak di
bidang kebudayaan. Lembaga-lembaga tersebut adalah Keimin Bunka Shidosho Badan Pusat Kebudayaan dan Djawa Hoso Kanrikyoku Biro Pengawas Siaran
Jawa. Dalam perjalanannya, Keimin Bunka Shidosho memiliki tugas untuk menanamkan dan menyebarkan kesenian serta kebudayaan Jepang untuk seluruh
rakyat Indonesia. Sedangkan Djawa Hoso Kanrikyoku lah yang mengawasi serta membatasi berbagai program-program siaran radio. Kedua lembaga ini tidak
terlepas dari kepentingan militer Jepang selama menjalankan pemerintahannya di Indonesia.
Dalam proses berkarya, mulai tahun 1942 Ismail Marzuki kembali mencipta dan menggubah lagu. Diantaranya, Kampung Halaman, Kunang-kunang
Kelana Malam, Kalung Asmara syair oleh H Azhar, Kesuma Melati syair oleh Bachrum Rangkuti, Kembang Rampai dari Bali, Gagah Perwira, Seia Sekata,
Wanita Sejati, Jakarta Raya, Ratapan Kelana, Sri Jakarta, Stanmbul Sri Rama, PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
dan Selendang Pelangi. Selain itu masih di tahun 1942, Ismail Marzuki juga menggubah beberapa syair lagu milik orang lain, diantaranya Kaparinyo Baru
yang penciptanya tidak dikenal dan Laksana Merpati karya M Sagi.
57
Lagu lainnya juga dia ciptakan pada tahun 1943. Antara lain Sampul Surat, Sitinjau Laut, Gadis Lembah syair oleh Sjam Amir, Goyang Sago, Kroncong
Melamun, Mari Berdayung, Nyiur Melambai, Alunan Ombak, Angin Utara, Pelangi syair oleh MD Alief, Parangtritis, Pulau nan Permai, Putera Delima,
Di Balik Awan, Dari Mana Datang Asmara, Jantung Hati, Senja Kala, Setangkai Bunga, Sri Budiman, Semalam di Lembang, dan Sri Palembang. Sementara lagu
yang digubahnya pada tahun itu adalah Cincin Permata dan Terpikat, yang keduanya tidak dikenal penciptanya
58
.
Dari sejumlah lagu yang dia ciptakan pada periode 1942-1943 ini, lagu- lagu Ismail Marzuki mengkisahkan tentang keadaan Indonesia yang memiliki
berbagai kekayaan, kesuburan, serta keindahan alamnya. Dia juga mulai mengarah pada penciptaan lagu-lagu perjuangan yang bertemakan tentang cinta
sepasang manusia. Semua itu didorong atas dasar kecintaannya yang besar terhadap Tanah Air Indonesia. Sebagian syairnya berbentuk puisi lembut yang
b ersifat menghibur dan cenderung mengarah pada bentuk musik ―seriosa‖
59
.
Ketika tahun 1944, pendudukan Jepang berada dalam masa terancam ketika pasukan Sekutu bergerak menuju Asia Tenggara. Kehidupan rakyat
Indonesia pun semakin menderita akibat keikutsertaan Jepang dalam perang Asia
57
Firdaus Burhan, op.cit., hal. 80.
58
Ibid., hal. 80-81.
59
Seriosa, menurut KBBI edisi ke-3, adalah jenis irama lagu yang dianggap serius karena membutuhkan teknik suara yang lebih tinggi.
Timur Raya. Melihat hal itu, Ismail Marzuki kembali mencipta lagu dengan syair yang membangkitkan semangat juang rakyat untuk meraih kemerdekaan. Untuk
selanjutnya karyanya lebih mengarah pada penciptaan lagu perjuangan Indonesia.
Saat berusia 30 tahun, muncullah lagu perjuangan yang berisi tentang cinta kasih terhadap Tanah Air. Lagu tersebut dia ciptakan pada bulan Oktober 1944,
yang diberi judul Rayuan Kelapa. Lagu lainnya masih di tahun yang sama antara lain, Gegap Gempita, Sarinah Adinda, Karangan Bunga dari Selatan, Suara
Kecapi, Sunting Melati syair oleh MD Alief, Sampai Jumpa Pula, Putri Ladang syair oleh Sjaiful Bahri, Pelipur Lara syair oleh M Sardi, dan Telaga Warna
60
.
Memasuki tahun 1945, para kaum pergerakan semakin disibukkan dengan persiapan kemerdekaan Indonesia, Ismail Marzuki pun semakin berkobar dalam
mencipta lagu perjuangan. Mars Gagah Perwira, dia ciptakan untuk membangkitkan semangat juang para tentara PETA Pembela Tanah Air. Selain
itu, Ismail Marzuki juga menggubah lagu Bisikan Tanah Air dan Indonesia Tanah Pusaka. Namun, kedua lagu tersebut menimbulkan ancaman setelah disiarkannya
melalui stasiun radio di Jakarta.
61
Lagu-lagu itu dianggap tidak sejalan dengan kepentingan Jepang dalam memenangkan perang Asia Timur Raya, dan
bertentangan dengan pendudukan Jepang di Indonesia. Keadaan tersebut menjadi akhir penciptaan Ismail Marzuki sebelum proklamasi kemerdekaan Indonesia
dikumandangkan.
60
Ibid., hal. 86.
61
Ahmad Naroth, op.cit., hal. 183-184.
41
BAB IV PERJUANGAN ISMAIL MARZUKI SESUDAH