yang begitu bersemangat, telah diambil oleh NIROM untuk pembukaan siaran setiap pukul 17.00, tanpa seijin Band Hawaiian itu. The Sweet Java Islander
kemudian mengajukan protes, tetapi NIROM tidak melayaninya. Alhasil The Sweet Java Islander tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada hak cipta. Oleh
karena terjadi insiden tersebut, Ismail dan sejumlah temannya kemudian mengundurkan diri dari NIROM, walaupun Lief Java dan The Sweet Java Islander
masih tampil mengisi acara siaran di radio NIROM Batavia sampai dengan tahun 1937.
Disaat akhir pemerintahan kolonial Belanda, dibentuklah stasiun radio khusus bagian ketimuran PPRK Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran,
yang merupakan pecahan dari NIROM. PPRK dipimpin oleh Mr. Achmad Soebardjo dan Mr. Oetoyo Ramelan, dengan kepala studio Adang Kadaroesman.
Di stasiun radio ini Ismail Marzuki berperan untuk membentuk, menyusun, memimpin, dan mengatur siaran ketimuran. Dia memimpin orkes radio ini sampai
dengan kedatangan balatentara Jepang.
3. VORO
Oleh karena NIROM mulai membatasi siaran ketimuran, kebutuhan pendengar bangsa Timur pun juga mulai dilupakan. Masalah ini mendorong para
kaum pergerakan untuk mendirikan siaran radio. Dengan semangat yang tinggi dan untuk mengimbangi siaran yang diselenggarakan oleh NIROM, para kaum
nasionalis kemudian mendirikan siaran radio Vereeniging voor Oostersche Radio Omroep VORO.
VORO didirikan dengan modal seadanya oleh kaum nasionalis Indonesia yang berlokasi di Jalan Kramat Raya nomor 96, Batavia Centrum, terletak
bersebelahan dengan Pa brik Rokok ―Dieng‖. Menurut Abdulrahman Saleh
pimpinan VORO tahun 1937, VORO bertujuan untuk memperhatikan dan memajukan seni ketimuran dengan mengirim macam-macam lagu ke udara
dengan zender pemancar. Seni dalam arti yang seluas-luasnya bukanlah hanya macam-macam lagu, melainkan segala yang meninggikan kebatinan manusia.
24
Tujuan yang diutarakan Abdoelrachman Saleh tersebut tidak berbeda sesuai Pasal 2 tentang Anggaran Dasar VORO bahwa ―Perkumpulan bermaksud mamajukan
kebudayaan dan kesenian Timur dengan arti yang luas, dengan perantara penyiaran radio‖.
25
Stasiun radio ini menggunakan sebuah rumah tinggal, antenanya terbuat dari bambu betung yang disambung-sambung dan diikat dengan tali ijuk. Dinding
ruang studio dilapisi karung goni, lantainya dihampari karpet sisal
26
, dan hanya mempunyai dua mikrofon model kotak. VORO merupakan pemancar radio yang
pertama milik bumiputra di seluruh Indonesia. Seluruh program acara yang disiarkan VORO ―serba ketimuran‖, yaitu siaran dalam bahasa Jawa, bahasa
Sunda, lagu keroncong, gambus dan harmomium, wayang Betawi, hawaiian, tonil, Minangkabau, agama, dan pidato.
VORO dapat berkembang melalui dukungan sumbangan dari para dermawan, karena pada masa itu belum dikenal iklan radio yang mendatangkan
24
Ninok Leksono, op.cit., hal. 40-41.
25
Dieter Mack, op.cit., hal. 26
26
H. Ahmad Naroth, op.cit., hal. 174
uang.
27
Donatur tetap berjumlah 77 orang Indonesia dan 7 orang Tionghoa. Dapat disimpulkan bahwa 7 orang Tionghoa ini adalah mereka yang lahir dan menetap
di Indonesia, yang sesungguhnya memiliki andil dalam proses menuju Indonesia merdeka. Ismail Marzuk
i dengan nomor keanggotaan ―458‖ membayar iuran satu gulden setiap bulan secara teratur. Hal ini sesuai dengan Pasal 3 tentang Anggaran
Rumah Tangga VORO, ―Anggota biasa yakni orang yang telah diterima oleh pengurus membayar kontribusi 1 gulden setiap bulan memiliki hak suara dalam
setiap persidangan‖. Pada masa itu, VORO merupakan tempat berkumpulnya musisi muda yang
mempunyai semangat kebangsaan. Setiap sabtu malam Orkes Lief Java mengadakan siaran live dengan diperkuat oleh Miss Annie Landouw, penyanyi
tunanetra yang terkenal. Pemain Lief Java tampil di VORO tanpa menerima bayaran, hanya diberi uang transport secukupnya. Di VORO, Ismail Marzuki
sendiri kerap menyanyi serta memainkan saxophone atau akordeon. Selain itu, Ismail juga sering menggubah ―radio-tooneel‖ sandiwara radio khususnya
cerita-cerita horor yang mulai digemari banyak pendengar. Tidak hanya itu, Ismail juga sering mengisi acara dagelan dengan sebagai Paman Lengser salah satu
tokoh dalam pertunjukkan Topeng Betawi.
28
Hal ini menyebabkan Ismail dikenal sebagai pelawak oleh sebagian besar pendengarnya.
Bersama kawannya Memet alias Botol Kosong, Ismail selalu menyisipkan sindiran halus dalam bahasa Belanda yang diarahkan kepada pemerintah kolonial,
sehingga VORO dikatakan sebagai Vereneinging Oostersche Rebel Omroep atau
27
Ibid.
28
H. Ahmad Naroth, Agustus 1982, op.cit., hal. 192.
Radio Pemberontak.
29
Kata Rebel atau pemberontak ditujukan kepada seniman, anggota, dan pengurus VORO, termasuk Ismail Marzuki. Istilah tersebut
mengartikan bahwa Ismail dan teman-temannya adalah pejuang kemerdekaan Indonesia yang bernyali besar. Mereka berani berposisi sebagai orang yang anti
penjajahan dengan menerima segala kosekuensi dan resiko yang ada, lembaga penyiaran mereka bisa saja ditutup, hingga terjadi pembunuhan dan sebagainya.
Tetapi itu tidak membuat Ismail bersama teman-temannya mundur dalam memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
C. Ismail Marzuki dan Eulis Zuraida