NIROM Kontribusi Ismail Marzuki di Lief Java, NIROM, dan VORO

Dalam perjalanan bermusik, Orkes Lief Java jarang tampil di acara pesta perkawinan. Ini terjadi karena pilihan sikap Ismail Marzuki sendiri. Sebagai pemusik, Ismail Marzuki selalu berusaha menjaga diri dan tampil profesional. Dia menolak apabila ada permintaan tampil di acara pesta perkawinan dengan maksud ingin mengangkat derajat musikus dan menghapus citra buruk yang terlanjur melekat pada diri mereka. Karena sikap itulah Ismail sempat dijuluki ―musikus salon‖. Selanjutnya oleh karena pergantian pemerintahan pada masa pendudukan Jepang, nama Lief Java diganti menjadi Kireina Djawa.

2. NIROM

Pertunjukkan musik Indonesia pada zaman itu tidak hanya sebatas lewat panggung saja. Sejak tahun 1925 Belanda mulai mendirikan stasiun radio di Indonesia. Stasiun radio yang pertama ialah Bataviase Radio Vereniging BTV di Batavia yang didirikan pada tanggal 16 Juni 1925. Setelah BTV didirikan, muncullah beberapa stasiun-stasiun radio lainnya. Salah satu stasiun radio yang berkembang pesat ialah Nederlandsch Indische Radio Omreop Maatschappij NIROM di Batavia. Siaran pertama radio ini dipancarkan pada tanggal 31 Maret 1934 dengan membagi siaran dalam dua kelompok, yaitu untuk pendengar bangsa Eropa dan bagian ―ketimuran‖. Pada saat itu orkes Lief Java menjadi salah satu orkes pengisi acara siaran bagian ketimuran. NIROM berperan cukup besar dalam menyebarluaskan lagu-lagu, termasuk mempopulerkan nama-nama penyanyi dan pemusik Lief Java. Khususnya Ismail Marzuki, dia mempunyai banyak sekali penggemar setelah karya-karya lagunya disiarkan di NIROM. Para penggemar Ismail sering mendesak penyiar radio NIROM untuk selalu memutar lagu-lagu ciptaan Ismail Marzuki. Mereka tambah senang lagi jika Ismail menyanyikan lagu tersebut secara langsung. Untuk setiap bulannya Ismail juga mendapatkan ratusan surat yang diterima dari para penggemarnya. Isi surat tersebut beraneka ragam. Mulai dari permintaan lagu, kritikan dan pujian, hingga ada pula penggemar wanita yang ingin berkenalan secara serius. Pada bulan pertama, surat-surat itu dibalas dengan sopan dan halus, namun karena dia tidak mempunyai sekretaris untuk membantunya membalas surat-surat tersebut, akhirnya dia membiarkan surat-surat tersebut menumpuk dan tidak terbalas. Tidak hanya popularitas Ismail Marzuki saja, melalui siaran yang diadakan rutin, NIROM sangat banyak berperan bagi orkes Lief Java. Lagu-lagu yang dibawakan Lief Java pada zaman itu sering diputar, keberadaan Lief Java pun mulai dikenal oleh masyarakat luas. Bahkan ketika waktu itu sedang musim Band Hawaiian, para pendengar radio menganjurkan agar Lief Java membawakan lagu- lagu Hawaii, jenis musik yang juga sedang populer sejak pertengahan tahun 1930- an. Lief Java kemudian memenuhi permintaan mereka dengan membentuk sebuah Band Hawaiian, bernama The Sweet Java Islander, yang beranggotakan Ismail Marzuki, Victor Tobing, Hassan Basri, Pak De Rosario, dan Hardjomuljo. 23 Namun di tengah perjalanan kariernya, sebuah insiden terjadi antara The Sweet Java Islander dengan stasiun radio NIROM. Mulai dari jatah siaran ketimuran yang kurang diperhatikansangat dibatasi, hingga masalah soal hak cipta. Masalah ini semakin serius ketika lagu pembukaan dari The Java Islander 23 Ibid., hal. 40. yang begitu bersemangat, telah diambil oleh NIROM untuk pembukaan siaran setiap pukul 17.00, tanpa seijin Band Hawaiian itu. The Sweet Java Islander kemudian mengajukan protes, tetapi NIROM tidak melayaninya. Alhasil The Sweet Java Islander tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak ada hak cipta. Oleh karena terjadi insiden tersebut, Ismail dan sejumlah temannya kemudian mengundurkan diri dari NIROM, walaupun Lief Java dan The Sweet Java Islander masih tampil mengisi acara siaran di radio NIROM Batavia sampai dengan tahun 1937. Disaat akhir pemerintahan kolonial Belanda, dibentuklah stasiun radio khusus bagian ketimuran PPRK Perserikatan Perkumpulan Radio Ketimuran, yang merupakan pecahan dari NIROM. PPRK dipimpin oleh Mr. Achmad Soebardjo dan Mr. Oetoyo Ramelan, dengan kepala studio Adang Kadaroesman. Di stasiun radio ini Ismail Marzuki berperan untuk membentuk, menyusun, memimpin, dan mengatur siaran ketimuran. Dia memimpin orkes radio ini sampai dengan kedatangan balatentara Jepang.

3. VORO