Tujuan hidup purpose in life Penerimaan diri self-acceptance

Suatu hasil adaptasi dapat dikatakan bebas dari bias apabila konsisten antara hasil adaptasi dengan versi aslinya. Konsistensi tersebut diperiksa dalam tiga tingkatan yaitu konsistensi konstruk, konsistensi administrasi, dan konsistensi item. Pemeriksaan tersebut dilakukan dengan menggunakan beberapa cara seperti penerjemahan yang baik dan analisis statistik yang cukup mendalam mengenai konstruk maupun item dalam adaptasi yang dilakukan. Apabila pemeriksaan tersebut menunjukkan bahwa terdapat inkonsistensi, maka dapat dikatakan bahwa terdapat bias dalam adaptasi yang dilakukan Hambleton, Mereda Spielberger, 2004. Di sisi lain, apabila didapatkan hasil yang konsisten, maka dapat dikatakan bahwa terdapat ekuivalensi antara hasil adaptasi dengan versi asli. Ekuivalensi yang muncul tersebut merupakan ekuivalensi pada tingkat construct equivalence. Hal tersebut dikarenakan ekuivalensi ini menekankan mengenai kesamaan konstruk antara alat ukur versi asli dengan alat ukur adaptasi Van de Vijver Tanzer, 2004. Berdasarkan pertimbangan akan bias dan ekuivalensi, peneliti kemudian merumuskan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam rangka menghilangkan kemunculan dari bias dan memunculkan ekuivalensi dari adaptasi. Langkah- langkah tersebut terdiri dari dua bagian yakni pemeriksaan sebelum pengambilan data dan pemeriksaan setelah pengambilan data. Pada pemeriksaan sebelum pengambilan data, peneliti mencoba untuk menyusun suatu adaptasi yang baik secara bahasa dan konten. Hal tersebut dikarenakan dapat menurunkan potensi terjadinya bias dalam hasil adaptasi. Pemeriksaan ini dilakukan pada tahap pertama hingga tahap keempat adaptasi. Sedangkan pada pemeriksaan setelah pengambilan data, peneliti dapat memeriksa apakah adaptasi yang dilakukan bias ataukah tidak. Pemeriksaan ini dilakukan pada tahap kelima dari adaptasi yang dilakukan. Berikut merupakan tahapan dari proses yang akan dilakukan peneliti :

1. Direct-translation

Pada tahap ini, peneliti akan menerjemahkan PWBS dalam bahasa Inggris menjadi PWBS dalam versi bahasa Indonesia. Proses penerjemahan menggunakan jasa dari penerjemah dari lembaga bahasa Universitas Sanata Dharma. Proses penerjemahan ini dilakukan sepenuhnya oleh sang penerjemah yang telah mengenal budaya Amerika dan Indonesia. Setelah didapatkan hasil terjemahan, peneliti kemudian melanjutkan adaptasi pada tahap berikutnya, yaitu back-translation.

2. Back-translation

Pada tahap ini, peneliti akan menerjemahkan kembali PWBS versi bahasa Indonesia kembali menjadi bahasa Inggris. Proses penerjemahan ini menggunakan jasa penerjemah yang merupakan lulusan jurusan pendidikan bahasa Inggris universitas Sanata Dharma. Proses penerjemahan ini dilakukan sepenuhnya oleh sang penerjemah. Setelah didapatkan hasil terjemahan, peneliti kemudian melanjutkan adaptasi pada tahap berikutnya.

3. Decentering Generalisasi konsep dan bahasa dari dua budaya yang berbeda

Pada tahap ini, peneliti akan membandingkan PWBS versi asli dengan PWBS hasil back-translation. Perbandingan tersebut dilakukan oleh para native speaker yang telah dipilih oleh peneliti. Para native-speaker menentukan apakah terdapat ekuivalensi antara hasil back- translated dengan bentuk asli penelitian. Hasil penilaian tersebut akan