Rumusan Masalah Tujuan Penelitian

berasal dari kebahagiaan hedonic yang kita kenal juga sebagai kebahagiaan itu sendiri. Sedangkan pada konsep kebahagiaan eudaimonic kemudian berkembang menjadi konstruk psikologis yang bernama psychological well-being. Konstruk psychological well-being tersebut pertama kali dimunculkan oleh Bradburn pada tahun 1969. Hanya saja konstruk yang dimunculkan oleh Bradburn memiliki kemiripan dengan konstruk subjective well-being karena membedakan afek positif dan negatif Ryff, 1989. Konstruk tersebut kemudian berkembang menjadi suatu alat ukur yang dinamakan Life Satisfaction Index LSI. LSI sendiri tidak menggambarkan kondisi puncak individu seperti yang diharapkan kebahagiaan eudaimonic. Hal tersebut kemudian membuat peneliti lain untuk mengembangkan konsep well-being, meskipun begitu konsep-konsep tersebut hanya berfokus terhadap evaluasi individu terhadap diri mereka sendiri Dodge, Daly, Hutton Sanders, 2012. Evaluasi terhadap diri sendiri merupakan syarat agar individu dapat mengetahui apakah dirinya bahagia atau tidak. Akan tetapi dalam kebahagiaan eudaimonic, kebahagiaan tidak hanya berasal dari evaluasi terhadap diri sendiri semata karena setelah evaluasi dilakukan diperlukan tahap lain yakni tumbuh bersama hasil evaluasi tersebut. Pertumbuhan tersebut kemudian dirumuskan oleh Carol Ryff menjadi model psychological well-being yang kita kenal saat ini. Model yang dibangun oleh Ryff merupakan model yang menekankan pada perkembangan individu Baumgardner Crothers, 2009. Model tersebut terdiri dari enam unsur yang saling berhubungan yakni : 1. Autonomy atau otonomi, yaitu kemampuan individu untuk dapat mengendalikan dirinya sendiri dan independen. Individu juga mampu bertahan dari tekanan sosial mengenai cara untuk berpikir dan berperilaku. Individu juga mengendalikan perilaku dari dalam dirinya sendiri serta mengevaluasi diri menggunakan standar yang dikembangkan sendiri. 2. Environmental mastery atau penguasaan atas lingkungan, yaitu kemampuan untuk menguasai serta mengendalikan lingkungan di sekitarnya. Individu mampu mengendalikan serangkaian aktifitas di luar dirinya yang kompleks. Individu juga mampu menggunakan kesempatan disekitarnya secara efektif serta mampu memilih atau menciptakan situasi yang sesuai dengan kebutuhan dan nilai pribadi. 3. Personal growth atau pertumbuhan pribadi, yaitu kondisi dimana individu merasakan adanya petumbuhan yang terus berlanjut. Individu juga melihat dirinya terus bertumbuh dan berkembang. Individu terbuka dengan pengalaman baru dan mampu menyadari potensi dalam dirinya. Individu juga mampu melihat perkembangan dalam diri dan perilakunya seiring berjalannya waktu. Serta berkembang menjadi individu yang lebih mencerminkan pengetahuan akan diri sendiri dan efektif. 4. Positive relations with others atau hubungan positif dengan orang lain, yaitu kondisi dimana individu memiliki hubungan yang hangat, memuaskan, dan terpercaya dengan orang lain. Individu juga memiliki kekhawatiran dengan kesejahteraan orang lain serta memiliki empati yang kuat. Individu memiliki