Adaptasi PWBS di Indonesia

4. Melakukan analisis statistik untuk memeriksa construct bias Pada tahap ini, peneliti akan melakukan analisis faktor terhadap data PWBS. Hal tersebut diperlukan untuk mengetahui apakah konstruk PWBS yang disusun oleh Ryff dapat digunakan di Indonesia. Setelah mengetahui hasil tersebut, peneliti akan berusaha untuk mendapatkan data penelitian di negara lain untuk melihat apakah terdapat ekuivalensi antara PWBS versi Indonesia dengan versi bahasa lain. Metode ini dipilih karena dengan metode ini peneliti dapat memeriksa terlebih dahulu konstruk dari PWBS. Setelah pemeriksaan konstruk selesai dilakukan, peneliti akan memeriksa kembali item-item dalam PWBS. Setelah pemeriksaan tersebut, maka peneliti akan membandingkan hasil pemeriksaan dengan hasil dari budaya lain. Hanya saja data dari budaya lain merupakan analisis tambahan yang akan dilakukan peneliti. Tahap-tahap tersebut merupakan tahap adaptasi yang akan dilakukan dalam penelitian ini. Tahap-tahap ini merupakan tahap yang disesuaikan dengan pedoman yang dibuat oleh ITC ITC, 2010. Hal tersebut diharapkan dapat memberikan suatu alat ukur baru yang dapat digunakan dengan baik di Indonesia. 34

BAB III Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan adaptasi sebuah alat ukur psikologis yang bernama Psychological Well-Being Scale PWBS. Adaptasi meliputi kegiatan penerjemahan dan pemeriksaan konstruk alat ukur pada budaya yang berbeda, dimana kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan untuk menemukan suatu kondisi yang dinamakan equivalence Hambleton, Merenda Spielberger, 2004. Adaptasi ini menggunakan metode kualitatif maupun kuantitatif. Metode kualitatif yang dilakukan pada proses adaptasi ini dilakukan pada tahap penerjemahan dan decentering. Pada tahap penerjemahan, peneliti meminta bantuan para ahli bahasa untuk menerjemahkan PWBS. Setelah penerjemahan dilakukan, peneliti meminta bantuan para pengguna dua bahasa bilingual untuk memeriksa kualitas penerjemahan PWBS secara kualitatif. Setelah tahap kualitatif selesai dilaksanakan, peneliti kemudian melanjutkan penelitian pada tahap kuantitatif. Pada tahap kuantitatif, peneliti memeriksa bias dan ekuivalensi yang terdapat dalam hasil adaptasi Hambleton, Merenda Spielberger, 2004. Teknik pemeriksaan yang digunakan merupakan teknik pemeriksaan construct bias menggunakan confirmatory factor analysis CFA.

B. Identifikasi Variabel

Variabel utama dalam penelitian ini adalah psychological well-being sebagaimana dirumuskan oleh Ryff dan diukur dengan PWBS yang diciptakannya.

C. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan penjelasan atas satu konsep secara prosedural agar dapat digunakan untuk menghasilkan dan mengukur konsep tersebut Shaughnessy, Zechmeister Zechmeister, 2012. Menurut Stangor 2007, definisi operasional merupakan sebuah pernyataan yang bersifat pasti mengenai bagaimana sebuah variabel konseptual dapat diukur atau dimanipulasi. Berdasarkan uraian tersebut, peneliti mencoba untuk merumuskan definisi operasional variabel penelitian berdasarkan rumusan sang pembuat alat ukur. Berikut merupakan rumusan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan rumusan Carol Ryff. Psychological Well-being Psychological well-being merupakan suatu kondisi dimana individu melakukan evaluasi terhadap dirinya sendiri dan dapat berkembang berdasarkan evaluasi tersebut. Kondisi tersebut ditandai ketika individu memiliki kemandirian, hubungan positif dengan orang lain, penerimaan diri, penguasaan atas lingkungan, pertumbuhan pribadi dan tujuan hidup. Keenam kondisi tersebut, merupakan dimensi-dimensi yang menyusun psychological well-being Ryff, 1989, 1995. Berikut merupakan definisi dari dimensi-dimensi psychological well-being menurut Ryff 1995:

1. Otonomi autonomy

Individu yang memiliki skor yang tinggi pada dimensi ini dapat dikatakan sebagai individu yang dapat mengendalikan dirinya sendiri dan independen. Individu juga mampu bertahan dari tekanan sosial mengenai cara berpikir dan