2. Uji Hipotesis Dari hasil perhitungan data penelitian, diperoleh data sebagai
berikut:
Tabel 11 Hasil Uji Hipotesis
PD KKL
PD Pearson Correlation
Sig 1 –tailed
N 1,000
. 81,000
-0,687 0,000
81 KKL
Pearson Correlation Sig 1
–tailed N
-0,687 0,000
81 1,000
. 81,000
Hasil perhitungan diperoleh nilai r sebesar -0,687 dengan p sebesar 0,000 p0,01, maka kedua variabel tersebut berkorelasi.
Hasil hipotesis menyatakan bahwa ada hubungan negatif yang signifikan antara penerimaan diri dengan kecemasan pada karyawan
laki –laki pra pensiun, sehingga hipotesis dalam penelitian diterima.
Hal tersebut berarti semakin tinggi tingkat penerimaan diri, maka semakin rendah tingkat kecemasan, demikian sebaliknya.
D. HASIL PENELITIAN TAMBAHAN
1. Jabatan
Tabel 12 Perbandingan Mean Empirik Kecemasan Berdasarkan Jabatan
Jabatan Mean Empirik
Sig. p Sig 2-tailed
Pimpinan 30,22
0,673 0,331
Staf karyawan 27,52
Tabel 12 menunjukkan bahwa mean empirik pada subjek yang menjabat sebagai pimpinan sebesar 30.22, sedangkan mean empirik
pada subjek yang menjabat sebagai staf atau karyawan sebesar 27,52 dengan p sebesar 0,673. Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada
perbedaan kecemasan yang signifikan antara subjek yang sebagai pimpinan dengan subjek yang sebagai staf atau karyawan. Subjek
yang sebagai pimpinan memiliki tingkat kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan subjek yang sebagai staf atau karyawan.
Tabel 13 Perbandingan Mean Empirik Penerimaan Diri Berdasarkan Jabatan
Jabatan Mean Empirik
Sig. p Sig 2-tailed
Pimpinan 74,06
0,703 0,737
Staf karyawan 74,90
Tabel 13 menunjukkan bahwa mean empirik pada subjek yang sebagai pimpinan sebesar 74,06, sedangkan mean empirik pada subjek
yang sebagai staf sebesar 74,90 dengan p sebesar 0,703. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan penerimaan diri yang
signifikan antara subjek yang sebagai pimpinan dengan subjek sebagai staf atau karyawan. Subjek yang sebagai pimpinan memiliki
penerimaan diri yang lebih rendah dibandingkan dengan subjek yang sebagai staf atau karyawan.
E. PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan negatif antara penerimaan diri dengan kecemasan karyawan laki
–laki pra pensiun. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis korelasi Pearson Product Moment.
Variabel penerimaan diri sebagai variabel bebas dan variabel kecemasan sebagai variabel tergantung. Berdasarkan hasil perhitungan, diperoleh
koefisien korelasi r yang dihasilkan sebesar –0,687 dengan p sebesar 0,000
p0,01, maka hipotesis yang berbunyi ada hubungan negatif antara penerimaan diri dengan kecemasan karyawan laki
–laki pra pensiun dapat diterima. Semakin tinggi penerimaan diri karyawan laki
–laki pra pensiun, maka kecemasan yang dirasakan atau dialami semakin rendah atau berkurang.
Begitu sebaliknya, semakin rendah penerimaan diri karyawan laki –laki pra
pensiun, maka semakin tinggi kecemasan yang dirasakan atau dialaminya. Dalam penelitian ini, dapat diketahui bahwa penerimaan diri
memberikan sumbangan sebesar 47,2 dalam menurunkan kecemasan karyawan laki
–laki pra pensiun. Berdasarkan teori yang sudah dijelaskan, penerimaan diri hanya salah satu faktor yang mempengaruhi kecemasan,
sedangkan sisanya disebabkan karena faktor –faktor lain yang tidak tercakup
atau termuat dalam penelitian ini. Sebelumnya juga pernah ada penelitian yang meneliti tentang
penerimaan diri dan stres pada penderita diabetes mellitus. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara
penerimaan diri dan stres pada penderita diabetes mellitus Novvida, 2007.
Dari hal tersebut kita menjadi tahu manfaat mampu melakukan penerimaan diri dengan baik, yaitu karyawan laki
–laki pra pensiun mampu menyesuaikan diri dengan baik untuk mengurangi kecemasan saat menghadapi masa pra
pensiun. Sheerer dalam Cronbach 1963 mengatakan bahwa seseorang yang memiliki penerimaan diri yang baik memiliki keyakinan akan kemampuan
dirinya, merasa dirinya berharga, berani bertanggungjawab, mampu menerima pujian, percaya akan prinsip hidupnya, mampu mengenali
kelemahan dan tidak merasa bersalah atas dorongan dan emosi pada dirinya. Hal tersebut diperkuat dengan adanya hasil deskripsi data penelitian yang
menunjukkan bahwa mean teoretis pada variabel penerimaan diri sebesar 49,5, sedangkan mean empiris sebesar 74,72. Nilai tersebut menunjukkan
bahwa penerimaan diri dalam diri subjek cenderung tinggi. Pada variabel kecemasan menunjukkan bahwa mean teoretisnya sebesar 54, sedangkan
mean empirisnya sebesar 28,12. Nilai tersebut menunjukkan bahwa kecemasan pada karyawan laki
–laki pra pensiun cenderung rendah. Dengan kata lain, semakin tinggi penerimaan diri yang dimiliki oleh karyawan laki
– laki pra pensiun, maka semakin rendah kecemasan yang dirasakan oleh
karyawan laki –laki pra pensiun. Begitu sebaliknya, semakin rendah
penerimaan diri yang dimiliki oleh karyawan laki –laki pra pensiun, maka
semakin tinggi kecemasan yang dirasakan oleh karyawan laki –laki pra
pensiun. Apabila seorang karyawan tidak mengelola penerimaan dirinya
dengan baik, maka kecemasan yang dirasakan tetap tinggi. Jika, rasa cemas
tersebut dibiarkan terus –menerus dalam waktu yang cukup lama dapat
menimbulkan penyakit kronis seperti darah tinggi, kolestrol, liver, jantung koroner, kanker dan stroke Nabari, 2009. Penerimaan diri yang tinggi
sangat membantu seorang karyawan laki –laki pra pensiun dalam mengatasi
perasaan –perasaan cemas menjelang pensiun.
Karyawan laki –laki pra pensiun memang seharusnya mampu
mengenali diri apa adanya termasuk sifat yang baik maupun buruk dan mampu menyesuaikan diri dengan baik. Kemampuan mengenali diri dan
menyesuaikan diri tersebut dapat membantu karyawan laki –laki pra pensiun
untuk mengetahui dan mengatasi perubahan –perubahan yang akan terjadi
setelah pensiun nanti. Perubahan –perubahan tersebut dapat menyebabkan
seorang karyawan merasa cemas menjelang pensiun, seperti cemas karena akan mengalami perubahan status, peran, penghasilan, harga diri dan
kesempatan untuk berinteraksi dengan rekan kerja Bradbury, 1987. Mengelola diri dengan penerimaan diri secara tepat dan efektif dapat
membuat kondisi karyawan laki –laki pra pensiun menjadi terbebas dari
perasaan cemas. Dari hasil penelitian tambahan menunjukkan bahwa kecemasan pada
subjek yang sebagai pimpinan lebih tinggi dibandingkan dengan kecemasan pada subjek yang sebagai karyawan atau staf. Hasil tersebut didukung dengan
teori yang menyatakan bahwa ketika menjelang masa pensiun seseorang seseorang yang saat bekerja menduduki suatu jabatan yang tinggi, seperti
sebagai pimpinan akan mengalami kecemasan yang tinggi yang berdampak
pada penurunan fisik maupun mental saat menjelang pensiun Suardiman, 2011; Solinge, 2007; Tarigan, 2009. Hal tersebut juga dapat membuat
mereka sulit untuk menerima dan menyesuaikan diri dengan situasi pensiun. Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerimaan diri
memiliki pengaruh setidaknya meningkatkan atau mengurangi kecemasan karyawan laki
–laki pra pensiun.
53
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dalam penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan negatif antara penerimaan diri
dengan kecemasan karyawan laki –laki pra pensiun. Dari hasil perhitungan
diperoleh nilai r sebesar -0,687 dengan p sebesar 0,000 p0,01. Hal tersebut diperkuat dengan hasil mean teoretis pada variabel
penerimaan diri sebesar 49,5, sedangkan mean empirisnya sebesar 74,72. Hal tersebut menunjukkan bahwa mean teoretis lebih kecil daripada mean
empirisnya, sehingga dapat diartikan penerimaan diri pada subjek penelitian cenderung tinggi.
Selain itu, pada variabel kecemasan mean teoretisnya sebesar 54, sedangkan mean empirisnya sebesar 28,12. Hal tersebut menunjukkan bahwa
mean teoretis lebih besar daripada mean empiris, sehingga dapat disimpulkan kecemasan pada subjek penelitian cenderung rendah.
B. SARAN
1. Bagi karyawan laki
–laki pra pensiun dapat menyesuaikan diri dengan baik dan mampu menerima aspek pada dirinya termasuk sifat yang baik
maupun buruk, sehingga kecemasan yang dirasakan menjelang pensiun dapat dikurangi. Oleh karena itu, karyawan laki
–laki pra pensiun