Amati Dan Perhatikan Penasaran ? Buka Cakrawalamu

43 Sejarah Kebudayaan Islam - Kelas IX

A. Amati Dan Perhatikan

Amati dan perhatikan gambar berikut Syaikh Abdur Rauf as-Singkili Aceh Masjid Raya Banda Aceh ski siswa kls 9.indd 43 61616 7:29 PM Di unduh dari : Bukupaket.com 44 Buku Siswa Madrasah Tsanawiyah B. Penasaran ? Pasti kalian penasaran dengan gambar di atas. Sekarang tulis dan buatlah pertanyaan dari gambar yang kalian amati di atas No Tentang Pertanyaan 1. Apa Apa hubungan gambar Syaikh Abdur Rauf as-Singkili dengan Masjid Raya Banda Aceh? 2. 3.

C. Buka Cakrawalamu

Baca dan renungkan kisah berikut Syaikh Abdur Rauf As-Singkili S yaikh Abdur Rauf as-Singkili atau Abdur Rauf Singkel w. 1105 H1693 M adalah ulama besar dan tokoh tasawuf dari Aceh yang pertama kali membawa dan mengembangkan Tarekat Syattariah di Indonesia. Nama aslinya adalah Abdur Rauf al-Fansuri. Pada sekitar tahun 1604 H1643 M, ketika kesultanan Aceh berada dalam pemerintahan Sultanah Ratu Saiatuddin Tajul Alam w. 1675, Abdur Rauf berangkat ke tanah Arab dengan tujuan mempelajari agama. Ia mengunjungi pusat-pusat pendidikan dan pengajaran agama di sepanjang jalur perjalanan haji antara Yaman dan Mekah. Ia kemudian bermukim di Mekah dan Madinah untuk menambah pengetahuan tentang ilmu Al-Qur’an, Hadis, Fikih, dan Tafsir, serta mempelajari tasawuf. Ia mempelajari Tarekat Syattariyah pada Syaikh Ahmad Qusasi w. 1661, memperoleh ijazah, hingga memiliki hak untuk mengajarkan tarekat tersebut kepada orang lain. Ia kembali ke Aceh sekitar tahun 1083 H1662 M dan segera mengajarkan serta mengembangkan tarekat ini. Tarekat yang diajarkannya bertujuan untuk membangkitkan kesadaran akan Allah Swt. dalam batin manusia. Hal ini dicapai melalui pengamalan beberapa macam zikir. Murid yang berguru kepadanya amat banyak dan berasal dari berbagai daerah di Nusantara. Saat itu Aceh merupakan tempat persinggahan para jamaah haji. Ketika di Banda Aceh, tidak sedikit jamaah haji yang kemudian belajar agama dan tasawuf. Di antara murid-muridnya banyak yang kemudian menjadi ulama terkenal, ski siswa kls 9.indd 44 61616 7:29 PM Di unduh dari : Bukupaket.com 45 Sejarah Kebudayaan Islam - Kelas IX seperti Syaikh Burhanuddin dari Ulakan Pariaman, Sumatra Barat. Ia juga sering berkunjung ke berbagai daerah di Sumatra dan Jawa. Syaikh Abdur Rauf menjadi Mufti Kerajaan Aceh yang ketika itu masih diperintah oleh Sultanah Saiatuddin Tajul Alam. Dengan dukungan kerajaan ia berhasil menghapus ajaran Salik Buta tarekat yang sudah ada sebelumnya dalam masyarakat Aceh, yaitu ajaran yang menyatakan bahwa Para salik pengikut tarekat yang tidak mau bertobat, harus dibunuh. Abdur Rauf memiliki sekitar 21 karya tertulis, yang terdiri dari 1 kitab tafsir, 2 kitab hadis, 3 kitab ikih, dan sisanya kitab tasawuf. Kitab tafsirnya yang berjudul Tarjuman al-Mustaid Terjemah Pemberi Faedah merupakan kitab tafsir pertama yang dihasilkan di Indonesia dan berbahasa Melayu. Salah satu kitab ikihnya berjudul Mir’at at-Tullab i Tahsil Ma’rifatil Ahkam asy-Syar’iyah li al- Malik al-Wahhab Cermin bagi Penuntut Ilmu Fikih Pada Memudahkan Mengenal Segala Hukum Syariah Allah. Di dalamnya dimuat berbagai masalah ikih mazhab Syai’i yang merupakan panduan bagi seorang kadi. Kitab ini ditulis atas perintah Sultanah. Di bidang tasawuf, karyanya antara lain ‘Umdat al-Muhtajin Tiang orang-orang yang memerlukan, Kifayat al-Muhtajin Pencukup Para Pengemban Hajat, Daqaiq al-Huruf Detail-Detail Huruf, dan Bayan Tajalli Keterangan tentang Tajalli. ‘Umdat al-Muhtajin ila Suluk Maslak al-Mufridin merupakan karya Abdur Rauf yang terpenting. Buku ini terdiri atas tujuh bab, memuat antara lain mengenai zikir, sifat-sifat Allah Swt. dan Rasul-Nya, dan asal-usul ajaran mistik. Di akhir bukunya, Abdur Rauf menceritakan riwayat hidupnya dan guru-gurunya. Di antara gurunya itu, ia sangat memuji Ahmad Qusasi. Gurunya ini disebutnya sebagai “Pembisik Spiritual dan Guru di Jalan Allah”. Abdur Rauf as-Singkili meninggal dunia pada tahun 1693, dalam usia 73 tahun. Ia dimakamkan di samping masjid yang dibangunnya di Kuala Aceh, desa Deyah Raya Kecamatan Kuala, sekitar 15 km dari Banda Aceh. Ia kemudian juga terkenal dengan nama Teungku Syiah Kuala. Ia juga sering disebut sebagai Wali Tanah Aceh. Oleh masyarakat setempat, makamnya dianggap tempat suci dan setiap harinya ramai dikunjungi para peziarah.

D. Kembangkan Wawasanmu