1. Mencegah manajer tersesat dalam kerumitan struktur organisasi dan rincian pekerjaan. 2. Menyadari perlunya memiliki tujuan-tujuan yang baik.
3. Menekankan pentingnya kerjasama semua bagian dalam organisasi. 4. Mengakui keterkaitan organisasi dengan lingkungannya.
2.2.2. Pengendalian
Definisi pengendalian menurut Krismiaji 2005:215 adalah proses mempengaruhi atau mengarahkan aktivitas sebuah obyek, organisasi atau sistem..
2.2.2.1. Konsep Umum Pengendalian
1. Pengendalian Intern Internal Control
Pengendalian Intern Internal Control, adalah rencana organisasi dan metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat
dan dipercaya, memperbaiki efisiensi dan untuk mendorong kebijakan manajemen.
Antara sebuah tujuan dengan tujuan lainnya seringkali bertentangan. 2. Pengendalian Manajemen
Merupakan konsep yang lebih luas dibandingkan dengan pengendalian intern, yang memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Merupakan bagian yang integral dari tanggungjawab manajemen.
b. Dirancang untuk mengurangi terjadinya berbagai kesalahan error end irregularities
dan untuk mencapai tujuan organisasi.
c. Berorientasi kepada personil dan mencoba membantu karyawan mencapai tujuan
organisasi dengan mengikuti kebijakan organisasi. 3. Pengendalian Administrasi
Pengendalian Administrasi adalah pengendalian yang menjamin efisiensi operasional dan ketaatan kebijakan manajemen. Sebaliknya pengendalian akuntansi accounting
control adalah pengendalian yang bertujuan membantu menjaga aktiva dan menjamin akurasi dan daya andal catatan keuangan perusahaan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Potensi terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan atau kejadian yang berkebalikan dengan harapan, yang dapat menyakiti sistem informasi akuntansi atau organisasi, disebut
dengan ancaman threat. Potensi kerugian dalam rupiah jika ancaman tersebut benar-
benar, dan kemungkinan terjadinya ancaman disebut dengan risiko risk. 2.2.2.2.
Pengendalian Intern
Ada beberapa definisi pengendalian intern, antara lain sebagai berikut: Menurut Krismiaji 2005:215 pengendalian intern adalah rencana organisasi dan
metode yang digunakan untuk menjaga atau melindungi aktiva, menghasilkan informasi yang akurat dan dapat dipercaya.
Warren Reeve Fess 2005:235 mendefinisikan pengendalian intern adalah kebijakan dan prosedur yang melindungi aktiva perusahaan dari kesalahan penggunaan,
memastikan bahwa informasi usaha yang disajikan akurat dan meyakinkan bahawa hukum serta peraturan telah diikuti.
Menurut James A. Hall 2007:181 pengendalian intern adalah berbagai kebijakan, praktik dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk mencapai empat tujuan
umumnya, yaitu: 1. Menjaga aktiva perusahaan.
2. Memastikan akurasi dan keandalan catatan serta informasi akuntansi. 3. Mendorong efisiensi dalam operasional perusahaan.
4. Mengukur kesesuaian dengan kebijakan serta prosedur yang ditetapkan oleh pihak manajemen.
Unsur – Unsur Sistem Pengendalian Intern Dalam buku Akuntansi Keuangan Zaki, 1999; 15 Bahwa penerapan unsur-unsur
sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan tertentu harus mempertimbangkan biaya dan manfaatnya. Suatu Sistem Pengendalian Intern yang baik haruslah bersifat cepat,
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
murah dan aman, sehingga perusahaan dapat menjalankan operasinya dengan lancar, terjamin keamanannya dan biaya pengawasan yang dibutuhkan relatif tidak mahal.
Prinsip-prinsip umum sistem pengendalian intern hanya berlaku sebagai pedoman, bukan merupakan suatu keharusan yang ditetapkan secara baku. Meskipun demikian, AICPA
mengemukakan bahwa suatu sistem pengendalian intern yang memuaskan akan bergantung sekurang – kurangnya empat unsur pengendalia intern adalah sebagai berikut :
a. Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tepat. b. Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk
melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik , hutang-hutang, pendapatan dan biaya-biaya.
c. Praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan di dalam melakukan tugas-tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi.
d. Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.
Unsur-unsur tersebut diatas adalah sangat penting dan harus diterapkan secara bersama-sama dalam suatu perusahaan, agar terdapat adanya sistem
pengendalian intern yang baik, sebab kelemahan yang serius dalam salah satu diantaranya, pada umumnya akan merintangi sistem itu bekerja dengan lancar dan
sukses. Selanjutnya akan dibahas satu persatu unsur – unsur pengendalian intern
tersebut : a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu alat bagi manajemen atau pimpinan perusahaan
untuk mengendalikan
kegiatannya. Proses
pembentukannya mengendalikan kegiatannya. Proses pembentukannya dimulai dengan menetapkan
kegiatan-kegiatan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan, setiap kegiatan akan dibagi kedalam unit-unit kegiatan yang lebih
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
kecil, dengan disertai perincian tugas dari masing-masing karyawan yang menjalankan tugasnya, selanjutnya tugas tersebut dibagi-bagi dan ditentukan
bagian-bagian mana yang akan mengerjakan suatu tugas ataatau kelompok tugas tertentu. Apabila diperlukan didalam suatu bagian masih bisa dibentuk sub bagian
yang lebih kecil sesuai dengan bentuk bagian yang diperlukan dalam organisasi. Tahap terakhir adalah menentukan hubungan dan wewenang satuan kerja yang
berhubungan dengan satuan kerja lain dapat diselenggarakan dengan baik. Suatu dasar yang berguna dalam menyusun struktur organisasi perusahaan adalah
pertimbangan bahwa organisasi itu harus fleksibel dalam arti memungkinkan adanya penyesuaian-penyesuaian tanpa harus mengadakan perubahan total. Selain itu
organisasi yang disusun harus dapat menunjukan garis-garis wewenang dan tanggung jawab yang jelas, dalam arti jangan sampai terjadi adanya overlap fungsi
masing-masing bagian. Untuk dapat memenuhi syarat bagi adanya suatu pengawasan yang baik, hendaknya struktur organisasi dapat memisahkan fungsi-
fungsi operasional, penyimpanan dan pencatatatan. Pemisahan fungsi-fungsi ini diharapkan dapat mencegah timbulnya kecurangan-kecurangan dalam perusahaan.
b. Sistem Wewenang Dan Prosedur Pembukuan Sistem wewenang dan prosedur pembukuan dalam suatu perusahaan merupakan alat
bagi manajemen untuk mengadakan pengawasan terhadap operasi dan transaksi- transaksi yang terjadi dan juga untuk mengklasifikasikan data akuntansi dengan tepat.
Klasifikasi data akuntansi ini dapat dilakukan dalam rekening-rekening buku besar yang biasanya diberi nomer kode dengan cara tertentu dan dibuatkan buku pedoman
mengenai penggunaan debit dan kredit masing-masing rekening. Pada sistem penerimaan dan pengeluaran kas, sistem ini dapat memberikan
jaminan bahwa setiap penerimaan dan pengeluaran yang dilakukan benar-benar terjadi dan juga merupakan penerimaan dan pengeluaran yang berkaitan dengan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
aktivitas perusahaan dan prosedur yang dapat dirumuskan sebagai tata cara yang harus diikuti dan ditaati dalam melaksanakan suatu aktivitas.
Pengawasan terhadap operasi dan transaksi-transaksi dapat dilakukan melalui prosedur-prosedur yang ditetapkan lebih dahulu dan prosedur yang akan disusun
untuk seluruh kegiatan dalam perusahaan. Dengan demikian sistem wewenang dan prosedur pembukuan merupakan suatu tata
cara pencatatan, pelaporan, serta pengesahan operasi-operasi dan transaksi- transaksi perusahaan yang sedemikian rupa sehingga adanya tercipta keabsahan dan
ketelitian pencatatan harta, hutang, modal, penghasilan dan biaya-biaya perusahaan. Dalam pelasanaan sistem wewenang dan prosedur pembukuan diperlukan adanya
alat-alat untuk pengawasan akuntansi terhdap operasi-operasi dan transaksi-transaksi yang ada dalam perusahaan serta alat untuk mengklasifikasikan data dalam struktur
rekening yang formal. Alat-alat yang digunakan untuk pengawasan akuntansi terhadap operasi-operasi dan transaksi-transaksi, diciptakan melalui perancangan catatan-
catatan dan formulir-formulir yang tepat, serta melalui perencanaan arus prosedur yang logis dalam melakukan pencatatan dan prosedur otorisasi di antara departemen-
departemen dan seksi-seksi dalam departemen. Alat yang digunakan untuk melaksanakan data disebut dengan nama daftar susunan
rekening Chart of Account yaitu suatu daftar susunan keterangan bagaimana rekening yang telah tersusun dengan baik akan lebih banyak memberikan kegunaan
masing-masing rekening Zaki, 1998;15 Rekening – rekening yang telah dipilih beserta urutan nya minimal adalah
sebagai berikut: Zaki, 1998:15 1. Membantu mempermudah penyusunan laporan-laporan keuangan dan laporan-laporan
lainnya dengan ekonomis. 2. Meliputi rekening-rekening yang diperlukan untuk menggambarkan dengan baik dan teliti
harta-harta milik, hutang-hutang, pendapatan-pendapatan, harga pokok dan biaya-biaya
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
yang harus diperinci sehingga memuaskan dan berguna bagi manajemen di dalam melakukan pengawasan operasi perusahaan.
3. Menguraikan dengan teliti dan singkat apa yang harus dimuat di dalam setiap rekening. 4. Memberikan batas sejelas-jelasnya antara pos-pos aktiva, modal, persediaan-persediaan
dan biaya – biaya. 5. Membuat rekening-rekening control apabila diperlukan.
c. Praktek-praktek Yang Sehat Setelah struktur organisasi dan sistem wewenang serta prosedur pembukuan disusun
dengan baik, , maka diperlukan adanya praktek-praktek yang sehat untuk menjalankannya. Praktek – praktek yang sehat dapat dirumuskan sebagai ketaatan dan
kejujuran karyawan di dalam melaksanankan tugas yang dibebankan kepadanya, sehingga hasil yang diharapkan perusahaan dapat tercapai dengan efisien dan efektif.
d. Pegawai Yang Cukup Cakap Yang dimaksud dengan pegawai yang cukup cakap adalah pegawai yang mampu
melaksanakan tugas, tanggung jawab, dan wewenang yang dibebankan kepadanya, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efisien. Pegawai dengan cukup cakap
untuk suatu pekerjaan bukan berarti pegawai yang tingkat pendidikannya tinggi, sehingga gajinya juga besar tetapi mungkin dengan pendidikan menengah sudah cukup, yang
penting adalah latar belakang pendidikannya cukup memadai untuk pekerjaaan yang dilakukannya. Hal ini perlu dipertimbangkan agar dapat diperoleh pegawai yang cukup
cakap tetapi juga ekonomis. Untuk memperoleh pegawai yang cukup cakap sesuai dengan kebutuhan
perusahaan, diperlukan adanya usaha usaha yang tepat. Secara umum usaha ini akan mencakup tiga proses, dimulai sejak penerimaan pegawai dilanjutkan dengan
peningkatan keterampilan
melalui program
pendidikan dan
latihan yang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
berkesinambungan dan diakhiri dengan penilaian atas pelaksanaan pekerjaan dan pegawai. Ketiga proses ini berlangsung terus menerus, mengingat usaha mendapatkan
pegawai yang cukup cakap merupakan usaha yang selalu berkesinambungan.
Model Pengendalian Intern
Ada beberapa model pengendalian intern untuk pencegahan pendeteksian perbaikan James A. Hall, 2007:182
a. Pengendalian Pencegahan Pencegahan adalah pertahankan pertama dalam struktur pengendalian. Pengendalian
pencegahan adalah teknik pasif yang didesain untuk mengurangi frekuensi terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan. Mencegah kesalahan dan penipuan jauh lebih efektif
dari segi biaya daripada mendeteksi serta memperbaiki masalah setelah terjadi. Dalam hal ini, dokumen sumber dapat mencegah data yang dibutuhkan dihilangkan. Akan
tetapi, tidak semua masalah dapat diantisipasi dan dicegah. Beberapa akan lepas dari jaringan pengendalian pencegahan yang komprehensif.
b. Pengendalian Pemeriksaan Pengendalian pemeriksaan adalah sebagai alat, teknik dan prosedur yang didesain
untuk mengidentifikasi serta mengekspos berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan yang lepas dari pengendalian pencegahan. Pengendalian ini mengungkapkan berbagai
jenis kesalahn tertentu melalui perbandingan kejadian sesungguhnya dengan standar yang ditetapkan. Ketika pengendalian pemeriksaan mengidentifikasi penyeimpangan
dari standar, maka pengendalian akan membuat peringatan untuk menarik perhatian pada masalah tersebut.
c. Pengendalian Perbaikan Pengendalian perbaikan adalah tindakan yang diambil untuk membalik berbagai
pengaruh kesalahan yang terdeteksi dalam tahap sebelumnya. Terdapat beberapa perbedaan penting antara pengendalian pemeriksaan dengan pengendalian perbaikan.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Pengendalian pemeriksaan mengidentifikasi berbagai peristiwa yang tidak diinginkan dan menarik perhatian atas masalah tersebut.
Tujuan dilakukannya pengendalian intern adalah untuk mencegah timbulnya kerugian bagi sebuah organisasi, yang timbul antara lain karena sebab-sebab sebagai
berikut: 1. Penggunaan sumber daya yang tidak efisien dan boros.
2. Keputusan menajemen yang tidak baik. 3. Kesalahan yang tidak disengaja dalam pencatatan dan pemrosesan data.
4. Kehilangan atau kerusakan catatan secara tidak sengaja. 5. Kehilangan aktiva karena kecerobohan karyawan.
6. Tidak ditaatinya kebijakan manajemen dan peraturan lainnya oleh para karyawan. 7. Perubahan secara tidak sah terhadap SIA atau komponen-komponennya.
Komponen Deskripsi
Lingkungan Pengendalian
Tulang punggung sebuah perusahaan adalah karyawan, meliputi atribut individu, seperti integrasi, nilai etika, dan
kompetensi dan lingkungan tempat karyawan tersebut bekerja. Mereka merupakan mesin penggerak organisasi dan
merupakan fondasi untuk komponen lainnya.
Aktivitas Pengendalian
Perusahaan harus menetapkan prosedur dan kebijakan pengendalian dan melaksanakannya, untuk membantu
menjamin bahwa manajemen dapat menetapkan tindakan- tindakan yang diperlukan untuk menghadapi ancaman-
ancaman yang muncul, sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efektif.
Perhitungan Resiko
Organisasi harus menyadari dan waspada terhadap berbagai resiko yang dihadapinya. Oleh karena itu, perusahaan harus
menetapkan serangkaian tujuan, yang terintegrasi dengan kegiatan penjualan, produksi, pemasaran, keuangan dan
kegiatan lainnya sehingga organisasi dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Organisasi harus pula menetapkan
mekanisme
untuk mengidentifikasi,
menganalisis, dan
mengelola risiko-risiko terkait. Informasi dan
Komunikasi Sistem
informasi dan
komunikasi mengitari
kegiatan pengawasan. Sistem tersebut memungkinkan karyawan
organisasi untuk memperoleh dan menukar informasi yang dibutuhkan
untuk melaksanakan,
mengelola dan
mengendalikan kegiatan organisasi. Pemantauan
Seluruh proses bisnis harus dipantau dan dilakukan modifikasi seperlunya. Dengan cara ini, sistem akan bereaksi secara
dinamis, yaitu
berubah jika kondisinya menghendaki
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
perubahan.
Tabel 1. Komponen Unsur-unsur Pengendalian Intern Krismiaji, 2005:215
2.2.2.3. Struktur Pengendalian Intern Internal Control Structure
Adalah kebijakan dan prosedur yang diterapkan untuk memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai. Krismiaji 2005:219 menyatakan
bahwa struktur pengendalian intern ini memiliki 3 elemen, yaitu: 1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian menggambarkan efek kolektif dari berbagai faktor pada penetapan, peningkatan atau penurunan efektivitas prosedur dan kebijakan
khusus. Faktor-faktor tersebut berupa: a. Komitmen terhadap integritas dan nilai etika.
b. Filosofi dan gaya operasi manajemen. c. Struktur organisasi.
d. Komite audit dewan direktur. e. Metode penetapan wewenang dan tanggungjawab.
f. Praktik dan kebijakan sumber daya manusia. g. Berbagai pengaruh eksternal lainnya yang mempengaruhi kegiatan dan praktik
organisasi. 2. Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi terdiri atas metode dan catatan yang ditetapkan untuk mengidentifikasi, merangkai, menganalisis, menggolongkan, mencatat dan melaporkan
transaksi-transaksi perusahaan dan untuk memelihara akuntabilitas aktiva dan kewajiban yang terkait. Sistem akuntansi yang efektif memberikan dasar yang memadai
untuk penetapan metode dan catatan yang akan berfungsi sebagai berikut: a. Mengidentikasi dan mencatat seluruh transaski yang sah.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
b. Menguraikan secara tepat waktu transaski bisnis secara rinci sehingg memungkinkan klasifikasi transaksi secara tepat untuk pelaporan keuangan.
c. Mengukur nilai transaksi secara tepat sehingga memungkinkan pencatatan sebesar nilai moneternya dalam laporan keuangan.
d. Menentukan periode waktu terjadinya transaksi sehingga memungkinakn pencatatan transaksi dalam periode akuntansi yang tepat.
e. Menyajikan secara tepat transaksi dan pengungkapan lain yang terkait dalam laporan keuangan.
3. Prosedur Pengendalian. Prosedur pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang ditambahkan ke
lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi yang telah ditetapkan oleh manajemen untuk memberikan jaminan yang layak bahwa tujuan khusus organisasi akan dicapai.
Cakupan prosedur pengendalian tersebut adalah sebagai berikut: a. Otorisasi yang tepat terhadap transaksi dan aktivitas.
b. Pemisahan tugas yang mengurangi peluang bagi seseorang untuk melakukan kesalahan dalam tugas rutinnya, yaitu dengan menempatkan orang yang berbeda
pada fungsi otorisasi, pencatatan transaksi dan penjagaan aktiva. c. Perencanaan dan penggunaan dokumen dan catatan untuk membantu menjamin
pencatatan transaksi secara tepat. d. Penjagaan yang memadai terhadap akses dan penggunaan aktiva dan catatan.
e. Pengecekan independen terhadap kinerja dan penilain yang tepat terhadap nilai yang tercatat.
2.2.2.4. Sistem Pengendalian Intern atas Penerimaan Barang
Penerimaan barang adalah suatu prosedur pengadaan barang atau persediaan lain yang dibutuhan dalam pelaksanaan kegiatan perusahaan yang terdiri dari: permintaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
pembelian, surat permintaan penawaran harga, surat order pembelian, laporan penerimaan barang, penyimpanan barang serta catatan lain yang diperlukan.
Bagian penerimaan barang bertugas untuk menerima semua barang yang dibeli perusahaan. Pada waktu menerima barang, bagian ini harus melakukan perhitungan fisik
atas barang-barang yang diterima baik dengan cara menghitung, menimbang, atau dengan cara-cara lain apakah sudah sesuai dengan order pembelian. Disamping itu, bagian
penerimaan juga harus mengadakan pemeriksaan kualitas barang yang diterima.
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
PT. Riza Fadila Yogyakarta
LAPORAN PENERIMAAN BARANG Nomor LPB :
Nomor Order Pembelian : Nomor Permintaan Pembelian:
Diterima dari : Via :
Jumlah Peti
Berat Jumlah
Unit Keterangan
Tempat Dalam Gudang Bagian
Bin
Dihitung oleh: Tanggal :
Ditempatkan ke gudang oleh: Tanggal :
Gambar 3. Laporan Penerimaan Barang Zaki Baridwan, Sistem Akuntansi 1991:178 2.2.2.5.
Sistem Pengendalian Intern atas Pembelian Barang
Bagian pembelian barang berfungsi dan bertanggungjawab untuk melakukan pembelian barang setelah menerima permintaan pembelian barang secara tertulis request
order, dalam melakukan pembelian, bagian pembelian harus memilih pembelian dengan harga yang meguntungkan bagi perusahaan, namun memiliki kualitas yang terbaik, selain itu
pembelian harus memperhatikan ketepatan waktu pemesanan dengan penerimaan barang, agar tidak menimbulkan keterlambatan yang nantinya dapat merugikan perusahaan.
Setelah bagian pembelian menentukan supplier yang dipilih, maka dibuatlah pesanan pembelian yang menguraikan barang-barang yang dipesan, jumlah barang, harga
barang dan waktu pengiriman. Arus prosedur pembelian dapat dilihat pada gambar berikut:
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Gambar 4.Sistem Akuntansi Pembelian
Mulai
Membuat surat
permintaa n
pembelian
Surat permintaan
1 2
1
Pada saat order
point
1
Order surat
pembelia
N 6
Laporan Penerima
aanan
T
Kartu
gudan
2
Bagian Gudang
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
1
Surat Permintaan
1
Membuat surat
penawaran harga
Surat Permintaan
Penawaran Harga
Surat Penawaran
Harga
Membuat Perbandingan
harga
Perbandingan Harga
1 Dikirim ke
pemasok
Dikirim ke pemasok
2
Membuat surat order
pembelian
Surat Order
1 2
3 4
5 6
7
SPH SPH
SPH
3 4
5 T
Dikirim pemasok
A 6
Laporan Penerimaan
1
8 Mencatat tanggal
penerimaan pada SOB lembar 6
dan 7 Dari
pemasok
Faktur
Memeriksa faktur
Faktur
1
Bagian Pembelian
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
3
SOP 1
Menerima barang dari pemasok yang disertai
dengan surat pengantar
Dari pemasok
Surat
Memeriksa barang yang
dikirim
Membuat laporan
penerimaan barang
Laporan penerimaan
1 2
3 4
5
SOP SP
7 6
Dikirim ke bagian gudang bersamaan
dengan barang
N 4
SOP 4
8
LPB 4
9
Faktur
Membandingkan faktur dari
pemasok dengan SPO LPB
Membuat bukti kas
keluar
Surat order
1 2
3 4
5
LPB Faktur
Arsip bukti kas keluar yang
belum dibayar
T
6
Register bukti kas
10 10
Bukti kas
2
Kartu persediaan
N
Bagian Penerimaan Bagian Utang
Persediaan
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
2.2.2.6. Sistem Pengendalian Intern atas Pengeluaran Barang
Pengeluaran barang adalah suatu prosedur pengeluaran atau penjualan barang yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional perusahaan. Prosedur penjualan adalah
urutan kegiatan sejak diterimanya pesanan dari pembeli, pengiriman barang, pembuatan faktur dan pencatatan penjualan.
Petugas gudang tidak mempunyai wewenang untuk mengeluarkan barang tanpa perintah dari bagian lain, jadi inisiatif untuk mengeluarkan barang harus datang dari pihak
lain, dan pengeluaran barang harus didukung bukti atau formulir permintaan pengeluaran barang, untuk mempertanggungjawabkan setiap penyerahan.
Bukti permintaan request order dibuat rangkap 3 tiga. Lembar pertama untuk bagian gudang, lembar kedua untuk bagian administrasi, dan lembar ketiga untuk bagian
yang meminta barang sebagai arsip. Bagian gudang akan menyerahakan barang yang diminta sesuai yang tercantum
dalam surat permintaan request order, namun sebelumnya perlu diteliti dulu kebenarannya, setelah itu bagian gudang akan mencatat pengeluaran tersebut dalam kartu
stock barang, yang pada akhir bulan dilaporkan kepada bagian pembukuan di kantor pusat untuk diperiksa validitasnya
2.2.2.7. Keterbatasan Pengendalian Intern
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart 2003:313 ada beberapa keterbatasan pengendalian intern, antara lain sebagi berikut:
1. Kesalahan dalam pertimbangan Management salah ambil keputusan bisnis atau penyusunan tugas rutin karena tidak
memadainya informasi. 2. Gangguan
Adanya gangguan dalam pengendalian yang tidak ditetapkan dapat terjadi karena personel tidak dapat memahami perintah atau membuat kesalahan dalam menajalankan
tugas. 3. Kolusi
Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber.
Adalah tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan, dapat berakibat bahaya pada pengendalian intern yang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan
tidak terungkapnya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang. 4. Pengabaian oleh manajemen
Manajemen dapat mengabaikan kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah, seperti keuntungan pribadi manager.
5. Biaya lawan manfaat Biaya yang diperlukan dalam mengoperasikan pengendalian intern tidak boleh melebihi
manfaat yang diharapkan pengendalian intern. Management harus bisa memperkirakan dan mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan
mafaat suatu pengendalian.
2.3. Kerangka Pemikiran