32 Dua  dosis  lainnya  diperoleh  dengan  menurunkan  3  dan  6  kalinya
dari  dosis  tertinggi  sehingga  didapatkan  dosis  1280  mgKg  BB  dan  426 mgKg  BB.  Dosis  yang  akan  digunakan  dalam  penelitian  adalah  426  ;
1280 ; dan 3840 mgkg BB.
7. Pembuatan suspending agent CMC-Na 1
Suspending agent CMC-Na 1 dibuat dengan cara mendispersikan lebih  kurang  1,0  g  CMC-Na  yang  telah  ditimbang  seksama  ke  dalam  air
mendidih  sampai  volume  100,0  ml  dan  digunakan  untuk  membuat suspensi parasetamol.
8. Pembuatan larutan CCl4
Larutan  CCl
4
dalam  olive  oil  dibuat  dengan  cara  melarutkan  1 bagian  CCl
4
ke  dalam  1  bagian  olive  oil  sehingga  didapatkan  dosis  2 mlKg BB tikus.
9. Uji pendahuluan
a. Penetapan dosis hepatotoksin karbontetraklorida
Pemilihan  dosis  karbontetraklorida  dilakukan  untuk  mengetahui pada  dosis  berapa  karbontetraklorida  mampu  menyebabkan  kerusakan
pada  hati  tikus  yang  ditandai  dengan  peningkatan  aktivitas  GPT-serum paling  tinggi.  Dosis  hepatotoksik  yang  digunakan  dalam  penelitian  ini
mengacu  pada  penelitian  Janakat  dan  Al-Merie  2002,  bahwa  dosis  2 mlkg  BB  sudah  terbukti  mampu  meningkatkan  aktivitas  ALT  serum
secara  signifikan  pada  tikus  bila  diberikan  secara  intraperitonial  tanpa menyebabkan kematian pada hewan uji.
33
b. Penetapan waktu pencuplikan darah
Menurut Janakat dan Al-Merie 2002, kenaikan serum ALT paling signifikan  akan  terjadi  pada  24  jam  setelah  ingesti  karbontetraklorida.
Oleh karena itu akan dilakukan penetapan waktu pencuplikan darah tikus jantan dengan cara membagi  tikus jantan dikelompokan dengan jumlah  5
ekor.  Diambil  darahnya  pada  jam  ke  6  dengan  berbagai  variasi  dosis. Serum darah diambil untuk diukur aktivitas serum ALT dan AST.
10. Pengelompokan dan perlakuan hewan uji
Hewan  percobaan  yang  dibutuhkan  sebanyak  30  ekor  tikus  jantan dibagi  secara  acak  dalam  6  kelompok  sama  banyak.  Kelompok  I
merupakan kontrol hepatotoksin karbontetraklorida dengan dosis 2 mlKg BB secara intra peritonial.  Kelompok  II  merupakan kontrol  negatif,  yaitu
pemberian  olive  oil  secara  intra  peritonial.  Kelompok  III  merupakan kontrol  ekstrak  etanolik  daun  M.  tanarius.  Kelompok  IV-VI,  diberikan
ekstrak  etanol  daun  M.  tanarius  dengan  dosis  3840  ;  1280  ;  dan  426 mgKg  BB  kemudian  pada  6  jam  setelah  perlakuan  diberikan  dosis
hepatotoksik  karbon  tetraklorida  2  mlKg  BB.  Pada  jam  ke-24  setelah ingesti karbontetraklorida, semua kelompok diambil darahnya pada daerah
sinus orbitalis mata untuk penetapan aktivitas serum ALT dan AST.
11. Pembuatan serum
Darah  mencit  diambil  melalui  sinus  orbitalis  mata  dengan  pipa kapiler  dan  ditampung  dalam  tabung  sentrifugasi  melalui  dinding  tabung
34 kemudian disentrifugasi dengan kecepatan 3000 rpm selama 15 menit dan
diambil supernatannya serum.
12. Pengukuran aktivitas serum ALT dan AST