Agen ini umumnya dilakukan oleh perusahaan efek dengan tugas;
38
a Melayani investor yang akan memesan saham;
b Melaksanakan pengembalian uang pesanan refund kepada investor;
c Menyerahkan sertifikat efek kepada pemesan investor
C. Penerbitan Obligasi dalam Pasar Modal
Sebagaimana dikemukakan, pembicaraan penulis tentang obligasi hanya terbatas pada obligasi yang diterbitkan dalam rangka penawaran umum public
offering melalui pasar modal Indonesia. Pembatasan ini dibuat, sebab ada juga obligasi yang tidak ditawarkan kepada
umum dan tidak diperdagangkan di bursa. Obligasi ini biasanya dikeluarkan melalui apa yang disebut dengan “private placement” atau penempatan terbatas
yang dilakukan melalui suatu private offering atau penawaran terbatas. Penawaran terbatas merupakan penawaran suatu surat berharga biasanya hanya berupa surat-
surat hutang yang dilakukan tidak kepada public, tetapi kepada pihak-pihak tertentu secara terbatas.
39
Suatu penawaran efek dikatakan sebagai penawaran terbatas apabila jumlah kepada efek yang ditawarkan dan jumlah pihak kepada
siapa efek tersebut ditawarkan tidak memenuhi ketentuan yang diharuskan oleh ketentuan tentang penawaran umum.
Menerbitkan obligasi atau dikenal dengan istilah emisi obligasi berarti menjual atau menawarkan kepada masyarakat obligasi yang bersangkutan. Untuk
dapat melakukan penawaran obligasi melaului pasar modal, maka harus ditempuh
38
Ibid.
39
Saban, Hairini, Corporate Debt Securitization : Regulation and Docementation, Buttherwoths Asia, Singapore, 1994, hlm. 401.
Universitas Sumatera Utara
suatu prosedur yang disebut sebagai penawaran umum. Penawaran umum menurut Undang-undang Pasar Modal didefinisikan sebagai berikut :
“penawaran Umum adalah kegiatan penawaran Efek yang dilakukan oleh Emiten kepada masyarakat berdasarkan tata cara yang diatur dalam
Undang-undang ini dan dalam peraturan pelaksanaannya.”
40
Dalam penjelasan undang-undang di atas pasal ini, dijelaskan lebih lanjut antara lain sebagai berikut :
“Penawaran Umum dalam rangka ini meliputi penawaran Efek oleh Emiten dilakukan dalam wilayah Republik Indonesia atau kepada Warga
Negara Indonesia dengan menggunakan media massa, atau ditawarkan kepada lebih dari 100 seratus atau telah dijual kepada 50 lima puluh
pihak dan dalam batas nilai serba batas.
41
Berbicara mengenai penawaran umum obligasi tidak akan lepas dari membicarakan mengenai ketentuan yang mengatur tentang prosedur penawaran
umum itu sendiri. Secara hierarkis ketentuan yang mengatur tentang penawaran umum obligasi dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Undang-undang
Ketentuan utama yang mengatur mengenai penawaran umum obligasi ialah Undang-undang Pasar Modal atau Undang-undang No. 8 Tahun1995.
Undang-undang ini merupakan pengganti dari Undang-undang tentang bursa, yaitu Undang-undang No. 15 Tahun 1952 tentang Penetapan
40
Pasal 1 angka 15 Undang-undang Pasar Modal.
41
Bandingkan dengan Pasal 1 angka 41 Keputusan Menkeu No. 1548 sebagaimana telah diubah dengan keputusan Menkeu No. 1199.
Universitas Sumatera Utara
Undang-undang tentang Bursa LN Tahun 1951 Nomor 79 sebagai Undang-undang LN Tahun 1952 Nomor 67.
b. Peraturan Pelaksana di bawah Undang-undang
Peraturan pelaksanaan dari undang-undang Pasar Modal sampai saat ini belum ada. Namun demikian ada beberapa peraturan yang dikeluarkan
sebelum disahkannya Undang-undang pasar Modal yang sampai sekarang ini masih berlaku. Ketentuan tersebut terdiri dari Keputusan Menteri
Keuangan, Keputusan Ketua Bapepam dan Peraturan Bursa Efek. Peraturan-peraturan ini yang dalam praktek sekarang dijadikan landasan
operasional dalam penawaran umum obligasi. Sebelum penulis membicarakan lebih jauh mengenai prosedur penerbitan
obligasi berkaitan, maka ada baiknya kita membahas salah satu asas pokok yang sangat penting dalam pasar modal. Asas tersebut ialah apa yang disebut dengan
istilah prinsip keterbukaan secara penuh full disclosure. Asas ini sedemikian pentingnya sehingga apa yang akan dibahas dalam bab ini, yaitu mengenai
penawaran umum obligasi melalui pasar modal, merupakan sebagian dari penjabaran prinsip keterbukaan ini. Dalam Undang-undang Pasar Modal prinsip
keterbukaan didefinisikan sebagai berikut : “Prinsip Keterbukaan adalah pedoman umum yang mensyaratkan emiten,
Perusahaan Publik, dan Pihak lain yang tunduk pada Undang-undang ini untuk menginformasikan kepada masyarakat dalam waktu yang tepat
seluruh informasi Material mengenai usahanya atau Efeknya yang dapat berpengaruh terhadap keputusan pemodal terhadap Efek dimaksud dan
atau harga Efek tersebut.”
42
42
Pasal 1 angka 25 Undang-undang Pasar Modal.
Universitas Sumatera Utara
Prinsip keterbukaan merupakan asas pokok bahwa suatu pihak yang akan menerbitkan efek harus memberikan informasi mengenai dirinya kepada
masyarakat. Prinsip ini berlaku pula dalam rangka penawaran umum obligasi sebagaimana yang nanti bakal penulis uraikan di bawah ini. Prinsip keterbukaan
ini dapat dijumpai di semua pasar modal di berbagai Negara dalam kadar yang berbeda-beda. Konsep ini sebenarnya merupakan konsekuensi logis dari
penawaran umum. Sebagaimana diuraikan di depan, penawaran umum berarti suatu penawaran kepada masyarakat luas. Dengan penawaran umum, penerbit
obligasi mengundang semua lapisan masyarakat untuk membeli obligasi yang diterbitkannya. Membeli obligasi tidaklah semudah membeli komoditas lain yang
secara fisik dapat diteliti dan dinilai. Membeli obligasi pada hakikatnya melakukan investasi pada pihak penerbitnya. Dengan membeli obligasi
memberikan pemiliknya klim financial terhadap future earnings penerbit sebagai imbalan atas penggunaan dananya.
Sistem keterbukaan pada dasarnya merupakan mata rantai dalam aktivitas pasar modal yang mempertemukan kepentingan penerbit efek dan pemodal. Atas
konsep keterbukaan ini, diharapkan pemodal dapat memperoleh gambaran jelas, lengkap dan jujur guna mengambil keputusan investasi yang tepat.
Dalam ketentuan yang berlaku di pasar modal dewasa ini, prinsip keterbukaan atas emiten diwujudkan dalam tiga bentuk kewajiban, yaitu :
a. Kewajiban pengungkapan disclosure obligation pada waktu penawaran
perdana. Pada waktu ini, badan yang akan melakukan penerbitan efek diwajibkan mengajukan pernyataan pendaftaran kepada pemerintah yang
Universitas Sumatera Utara
dilampiri dengan dokumen pentng dalam menyajikan keterbukaan. Prinsip ini dalam Undang-undang Pasar Modal dituangkan dalam ketentuan Pasal
70 samapai dengan Pasal 79. b.
Kewajiban pengungkapan secara terus menerus continuing disclosure obligation. Setelah selesai penawaran umum, efek memasuki pasar
sekunder secondary market yaitu bursa efek dimana efek yang bersangkutan dicatat. Dalam tahap ini, kewajiban pengungkapan
diwujudkan dalam bentuk kewajiban memberikan laporan berkala kepada Bapepam dan mengumumkannya kepada masyarakat. Prinsip ini
diwujudkan dalam Pasal 86 ayat 1 huruf a Undang-undang Pasar Modal. Dalam pasal terebut dinyatakan bahwa emiten yang pernyataan
pendaftarannya telah menjadi efektif wajib menyampaikan laporan secara berkala kepada bapepam dan mengumumkan laporan tesebut kepada
masyarakat. c.
Kewajiban pengungkapan insidentil timely disclosure. Kewajiban ini berupa pengungkapan suatu peristiwa yang dapat mempengaruhi jalannya
perusahaan atau nilai dari efek yang bersangkutan baik kepada Bapepam maupun masyarakat. Prinsip ini diwujudkan dalam Pasal 86 ayat 1 huruf
b Undang-undang Pasar Modal. Dalam pasal tersebut dikatakan bahwa emiten pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif wajib
menyampaikan laporan kepada Bapepam dan mengumumkan kepada masyarakat tentang peristiwa material yang dapat mempengaruhi harga
Universitas Sumatera Utara
efek selambat-lambatnya pada akhir hari kerja ke-2 kedua setelah terjadinya peristiwa tersebut.
Jadi pada dasarnya untuk menerbitkan dan menjual obligasi di Bursa efek, mengikuti prosedur sebagai berikut ;
a. i Apabila emitmen adalah sebuah perseroan terbatas,maka harus
diadakan Rapat Umum Para Pemegang Saham RUPS yang menyetujui penerbitan obligasi tersebut.ii Apabila emitmen adalah pemerintah
daerah maka rencana penerbitan dan penjualan obligasi tersebut.iii Apabila emitmen adalah negara misalnya Republik Indonesia maka
rencana penerbitan obligasi tersebut harus didasarkan pada suatu keputusan presiden,sebagai kepala eksekutif.
b. Setelah mendapatkan dasar peneguhan dalam bentuk hasil RUPS untuk
obligasi perusahaan,Perda untuk obligasi daerah, dan Keppres untuk obligasi negara seperti tersebut, maka calon emitmen mengajukan
pernyataan maksud letter of intent kepada Bapepam tentang keinginan untuk menerbitkan obligasi dan menjual melalui bursa efek.
c. Apabila Bapepam memberi persetujuan atas rencana misi
tersebut,emitmen segera menunjuk beberapa lembaga dan Profesi Penunjang Pasar Modal, seperti underwriter, trustee, guarantor, akuntan
publik, dan konsultan hukum. Penunjukan lembaga atau profesi penunjang tersebut dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu i penunjukan langsung , danii penunjukan melalui tender. Cara penunjukan langsung dilakukan bila emitmen sudah
Universitas Sumatera Utara
memiliki hubungan kerja yang dekat dan sudah mengenai reputasi dan kemampuan lembaga atau profesi penunjang. Sementara cara tender
biasanya dilakukan dengan meminta peserta tender mengajukan penawaran, dan emitmen kemudian menseleksi dan menentukan pilihan
pada lembaga atau profesi yang memberikan pelayanan terbaik dan imbalan yang murah.
d. Lembaga dan profesi Penunjang yang telah ditunjukan tersebut mulai
bekerja Berdasarkan suatu perjanjian misalnya, Perjanjian penjaminan Emisi,
Perjanjian Perwaliamanatan, Perjanjian Penangguhan, dan lain-lain yang mengatur tugas dan tanggung jawab masing-masing sehubungan dengan
rencana penerbitan obligasi. Antara lembaga dan profesi penunjang tersebut harus bekerja secara koordinatif untuk mendukung terlaksananya
penerbitan dan penjualan obligasi tersebut, tetapi masing-masing bertanggung jawab atas bidang tugasnya sendiri. Kegiatan-kegiatan yang
bersifat teknis umumnya dilakukan dalam periode ini, seperti percetakan surat obligasi
43
, pembuatan prospektus
44
, pembuatan laporan keuangan
45
, dan lain-lain.
43
Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-61PM1996 tentang Persyaratan Surat Efek, ditegaskan bahwa surat obligasi yang diterbitkan harus memenuhi syarat: i dicetak di atas kertas
yang tahan disimpan minimal 30 tahun, ii jenis serat dari kertas yang digunakan harus terdiri dari kapas dan atau linen, iii berat dasar kertas minimal 80 gram per meter persegi, iv kertas harus
memiliki tanda khusus, yaitu tanda air watermark danatau benang pengaman security thread atau serat berwarna silurian fibers atau bintik-bintik berwarna coloured planchetters, dan v
tinta yang dipergunakan harus tahan cahaya. pembuatan prospektus,Mengenai bentuk dan isi prospektus, lihat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-51PM1996 tanggal 17 Januari 1996.
44
Mengenai bentuk dan isi prospectus, lihat ketentuan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-51PM1996 tanggal 17 Januari 1996.
Universitas Sumatera Utara
e. Tahap berikutnya adalah tugas penjamin emisi underwriter untuk
menyampaikan pernyataan pendaftaran emisi obligasi kepada Ketua Bapepam, yang dilampiri dengan beberapa dokumen seperti;
i. Rancangan Prospektus, ii Laporan keuangan,
iii akta perjanjian antara underwriter dengan emitmen, iv akta perkanjian perwliamanatan,
v akta penangguhan yang ditanda tangani bersama guarantor. serta beberapa dokumen lain yang dibuat dalam rangka emisi
obligasi.Selengkapnya lihat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-43 dan 50PM1996 tanggal 17 Januari 1996.
f. Setelah dokumen-dokumen tersebut diteliti dan diperiksa oleh Bapepam
dan dinyatakan memenuhi syarat, kemudian Bapepam mengadakan final hearing dengan pendapat akhir dengan semua Lembaga dan Profesi
penunjang yang terlibat dalam rencana penerbian obligasi.Bapepam mengajukan pertanyaan menyangkut aspek hukum, aspek
produksikebursaan. Dari hasil final hearing ini,Bapepam atas nama Menteri Keuangan RI, kemudian mengeluarkan Surat Izin Emisi.
g. Tahap selanjutnya adalah penjualan obligasi di Pasar Perdana,yang
kemudian diikuti dengan penjualan di Pasar Sekunder.
45
Mengenai Pedoman Penyajian Laporan Keuangan, lihat Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-97PM1996 tanggal 28 Mei 1996.
Universitas Sumatera Utara
Mekanisme Penjualan Obligasi di pasar Perdana
Pasar Perdana atau Primary Market adalah pasar yang memperdagangkan obligasi yang baru dikeluarkan emitmen. Pemesanan atau pembeli obligasi pada
dasarnya tidak dibatasi, yaitu baik warga negara Indonesia atau warga negara asing, baik badan hukum Indonesia maupun badan hukum negara asing
dimanapun tempat kedudukan atau domisili hukum mereka. Karena luasnya jangkauan pembeli obligasi ini, penjualan obligasi merupakan instrumen yang
paling mudah menarik dana. Pasar Perdana berlangsungdalam waktu tertentu sesuai dengan ketentuan dalam prospektus.Harga obligasi yang ditawarkan di
Pasar Perdana adalah harga nominal sesuai dengan yang tertulis dalam surat obligasi.
Selanjutnya mengenai mekanisme transaksi jual beli oblogasi di Pasar Perdana dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Di Pasar Perdana ini,penawaran obligasi dilakukan oleh underwriter yang
dibantu oleh agen penjual.Mereka menyebarkan prospektus, melayani pemesanan, membagikan formulir pemesanan, melakukan penjatahan dan
pengembalian uang pesanan kepada para pemesanan atau calon pembeli, apabila obligasi yang dipesan tidak cukup atau sesuai dengan dana yang
sudah diserahkan. b.
Para pemesan atau calon pembeli menyerahkan formulir pesanan yang telah diisi kepada underwriter atau agen penjual. Penyerahan itu dilakukan
langsung ditempat dimana pertama kali formulir itu diperoleh. Tahap berikutnya adalah underwriter atau agen penjual yang menerima pesanan
Universitas Sumatera Utara
menyerahkan kembali kepada pemesan, salinan copy formulir pesanan yang telah ditandatangani sebagai bukti atau tanda terima pesanan obligasi
bersangkutan. Namun demikian, bukti atau tanda terima pesanan tersebut bukan merupakan jaminan bahwa pesanan akan dipenuhi.
c. Emitmen bersama-sama dengan underwriter melakukan penjatahan
obligasi. Dalam hal terjadi kelebihan pesanan, maka biasanya diputuskan untuk melakukan pemerataan, yaitu dengan cara pengurangan porsi
pesanan pihak-pihak yang mengajukan lebih dari satu pesanan. Pihak- pihak yang melakukan lebih dari satu pesanan akan diberlakukan satu
pesanan. Agar tujuan pemerataan tercapai, maka pihak-pihak yang memesan dalam jumlah bukan merupakan jaminan bahwa pesanan akan
dipenuhi. d.
Setelah menerima pemberitahuan tentang penjatahan obligasi, maka pihak- pihak yang melakukan pesanan obligasi bersangkutan harus segera
melakukan pembayaran dengan menyerahkan uang tunai, cek, atau giro, baik dalam mata uang rupiah ataupun mata uang asing sesuai dengan
ketentuan yang tercantum dalam protektus. Pembayaran tersebut dilakukan melalui underwriter atau agen penjual, dengan menyerahkan bukti tanda
terima pesanan obligasi. Pada saat pembayaran, para pemesan juga langsung menerima surat obligasi sesuai dengan jumlah yang dibeli
beserta kupon bunga. Jika uang obligasi sudah diserahkan pada saat pemesanan sementara terjadi kelebihan pesanan dan penjatahan tidak
Universitas Sumatera Utara
memenuhi pesanan, maka pengembalian uang harus dilakukan bersamaan dengan obligasi.
Mekanisme Penjualan Obligasi di Pasar Sekunder
Pengertian Pasar Sekunder Secondary Market adalah penjualan obligasi yang dilakukan oleh emitmen issuer setelah selesainya periode penjualan saham
melalui pasar perdana. Dengan berakhirnya periode pemasaran obligasi melalui pasar perdana, maka tugas underwriter adalah menyampaikan laporan kepada
Bapepam tentang jumlah obligasi yang terjual dan belum terjual.Laporan tersebut dilakukan bersamaan dengan dilakukannya pencatatan listing obligasi tersebut di
bursa efek,dan membayar biaya listing.
Sistem transaksi di dalam pasar sekunder pada awalnya dikenal ada dua macam, yaitu i sistem kol call system, dan ii sitem terus menerus continuous
trading system. Call system tidak diberlakukan lagi di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 1980, karena sistem ini tidak efisien. Dalam sistem ini, para perantara jual-
belibroker berlomba-lomba mengangkat tangan sambil menyebut kurs harga yang ditawarkan. Petugas bursa memperhatikan dan mencatat kode dari masing-
masing broker. Transaksi terjadi apabila terjadi kesepakatan mengenai kurs yang ditawarkan dan yang dibeli. Sejak tahun 1980 hingga 1995, Bursa Efek Indonesia
sudah memberlakukan sistem terus menerus continuous trading system. Dalam sistem terus menerus, para broker menuliskan kurs untuk amanat-amanat yang
mereka terima dalam setiap slip order yang tersedia, lalu menyerahkan kepada petugas bursa. Petugas tersebut lalu menuliskan pada kurs yang diminta dan kode
Universitas Sumatera Utara
keanggotaan broker di papan tulis. Apabila terjadi transaksi, maka perdagangan dilanjutkan lagi dan berlangsung seperti itu secara terus-menerus.
Sejak awal tahun 1995,Bursa Efek Jakarta sudah memperkenalkan sistem perdagangan efek saham,obligasi,surat berharga lainnya melalui mekanisme
operasional komputer, yang disebut dengan Jakarta Automated Trading System JATS. Dalm system ini sudah tercakup sistem penyelesaian transaksi, sistem
depositori terpusat, dan sistem akuntansi pialang. Ketiganya didukung oleh sistem pengawasan, sistem keanggotaan, sistem pencatatan, dan sistem pengolahan data
statistik yang semuanya diolah melalui komputerisasi. Para investor yang tidak dapat membeli obligasi di pasar perdana mendapat
kesempatan untuk membeli obligasi di pasar sekunder. Pembelian obligasi di pasar sekunder melibatkan peran broker profesi penunjang perdagangan efek,
yang mengatur mekanisme transaksi, baik penjualan untuk kepentingan pemodal tangan pertama maupun pembeli, untuk kepentingan pemodal yang tidak
mendapat kesempatan membeli obligasi dalam pasar perdana. Transaksi jual beli di pasar sekunder adalah transaksi yang bersifat investasi dan spekulasi, karena
selain pemodal bermaksud melakukan investasi juga ada pihak-pihak tertentu yang justru memakai pasar modal sebagai sarana mencari keuntungan secara
spekulatif atau sarana berusaha yang bersifat untung-untungan. Pihak broker mengetahui benar, pada saat kapan harga obligasi akan turun dan dalam keadaan
atau kondisi bagaimana harga obligasi akan naik. Dengan mengetahui keadaan yang mempengaruhi turun-naiknya harga obligasi di pasar modal, maka broker
Universitas Sumatera Utara
dapat melakukan transaksi jual beli yang memberi keuntungan berdasarkan margin harga.
Penawaran Obligasi di Bursa Efek Luar Negeri
Obligasi yang diterbitkan oleh emiten Indonesia, selain ditawarkan di pasar modal dalam negeri, misalnya di Bursa Efek Jakarta, dapat juga ditawarkan di
Bursa Efek luar negeri, seperti di New York Stock Exchange, London Stock Exchange atau di Tokyo Stock Exchange. Penawaran obligasi di Bursa Efek di
luar negeri tersebut pada prinsipnya memiliki dua tujuan, pertama, dimaksudkan untuk mempermudah perolehan denominasi mata uang yang dimaksud dan juga
memperpendek jarak transaksi antara investor dengan emiten issuer. Misalnya Pemerintah Daerah Otonomi Papua menerbitkan obligasi dengan denominasi mata
uang dolar Amerika Serikat sebesar US 500.000.000. untuk mempermudah perolehan mata uang dollar Amerika Serikat, maka obligasi tersebut dapat
dipasarkan di Amerika Serikat melalui New York Stock Exchange. Hal ini dimaksudkan agar pemilik mata uang dollar yang berminat membeli obligasi
dapat secara langsung melakukan transaksi di Amerika Serikat. Mereka tidak perlu datang ke Indonesia. Dengan cara demikian diharapkan bahwa penawaran
tersebut mampu menjaring investor pemilik dollar di Amerika Serikat, baik skala kecil maupun skala besar sehingga dalam tempo yang tidak terlalu lama, penerbit
emiten sudah mengumpulkan uang untuk membiayai pembangunan. Tujuan kedua dari penawaran obligasi di luar negeri adalah untuk meningkatkan gengsi
atau prestise penerbit emiten di dunia internasional. Apabila penawaran tersebut
Universitas Sumatera Utara
dilakukan oleh pemerintah daerah otonom maka dampak positif dari penawaran tersebut adalah masuknya berbagai perusahaan multinasional ke daerah otonomi
tersebut untuk melakukan kegiatan investasi. Penawaran obligasi di luar negeri pada prinsipnya terbagi dua macam, yaitu
dual tranche offer dan multijurisdictional offer. Yang dimaksudkan dengan dual tranche offer, adalah penawaran obligasi yang selain dilakukan di pasar modal
domestik, penawaran tersebut juga dilakukan di salah satu pasar modal di luar negeri. Misalnya penawaran obligasi yang dilakukan di pasar modal Indonesia
dan di New York Stock Exchange. Adapun multijurisdictional offer adalah penawaran obligasi di pasar modal dalam negeri dan juga di beberapa pasar modal
luar negeri. Kendala yang dihadapi oleh penerbit emiten untuk melakukan penawaran obligasi di pasar luar negeri adalah besarnya biaya-biaya yang
dikeluarkan untuk membiayai profesi-profesi penunjang yang bekerja untuk merealisasikan transaksi tersebut. Misalnya biaya untuk underwriter, trustee,
auditor, agen penjual, dan konsultan hukum. Setiap negara memiliki mekanisme penawaran dan ketentuan hukum yang berbeda, sehingga untuk mengetahui
syarat-syarat dan prosedur penawaran di luar negeri, emiten harus melibatkan atau meminta bantuan profesi penunjang yang ada di masing-masing negara. Untuk itu
emiten perlu mengkalkulasikan secara cermat keuntungan yang diperoleh dan kemampuannya untuk membayar semua profesi penunjang itu jika ingin
melakukan penawaran di luar negeri.
Universitas Sumatera Utara
BAB III KEDUDUKAN WALI AMANAT DALAM PENERBITAN OBLIGASI DI
PASAR MODAL
A. Terminologi Dan Pengaturan Tentang Wali Amanat
Penggunaan kata-kata “Wali Amanat” dalam Undang-undang Pasar Modal merupakan penggantian dari rumusan “Trustee”, yang sebelumnya digunakan
dalam Pasal 1 butir c Keputusan menteri Keuangan No. 696KMK.0111985 tentang Lembaga Penunjang Pasar Modal. Penggunaan istilah “Trustee” ini
selanjutnya diubah dengan nama “Trustee Agent” dalam Pasal 1 butir 73 Keputusan menteri Keuangan No. 1548KMK.0131990. Dalam konteks tersebut,
pemilik dari Efek bersifat utang tersebut adalah investor pasar modal, sedangkan wali amanat berdasarkan definisi yang diberikan adalah pihak yang mewakili
investor pemegang Efek bersifat utang ini. Dengan demikian Wali amanat, meskipun bukan kreditor pemilik Efek bersifat utang, adalah “satu-satunya” pihak
yang berwenang untuk bertindak sehubungan dengan efek bersifat utang tersebut. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa Trust dalam tradisi hokum Common
Law adalah
46
”legal relationship created under the laws of equity whereby property the corpus is held by one party the trustee for the benefit of other
cestui que trust or beneficiaries” Rumusan tersebut memperlihatkan bahwa Trust pada Negara-negara dengan tradisi hukum common law adalah produk dari
equity, yang berada di luar court of common law. Common law sendiri tidaklah mengakui satu kepemilikan, yaitu dominium plenum atau pemilikan sejati. Pihak-
46
AR Fullarton, “The Common Law and Taxation of Trusts in Auatralia in the Twenty- First Century”, hlm. 3., http:www.arfullartonassociates.com.autrusts20paper.htm.
Universitas Sumatera Utara