Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Gambaran Umum Lokasi Penelitian

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 16 Januari – 12 Februari 2005 bertempat pada saluran pembuangan air lindi TPA sampah Galuga, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor Lampiran 1 dan Gambar 2. Kemudian sampel yang didapatkan dianalisis pada Laboratorium Produktifitas dan Lingkungan Perairan, serta Laboratorium Lingkungan Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah botol sampel air, botol gelap steril untuk sampel mikrobiologi, botol BOD 125 ml, termometer alkohol, tongkat berskala, stopwatch, vacuum pump, spektrofotometer, pH-meter , kertas millipore 0,45 µm, kertas saring Whatman no. 42, plastik polybag hitam, kertas alumunium dan coolbox. Bahan yang dipakai adala h bahan kimia untuk titrasi DO dan bahan-bahan kimia untuk analisis laboratorium.

C. Metode Kerja 1. Stasiun penelitian dan pengambilan contoh

Air contoh yang diteliti diambil dari 5 stasiun pengamatan Gambar 2. Stasiun 1 merupakan saluran irigasi yang mengalirkan air ke persawahan penduduk. Stasiun 2 adalah saluran pembuangan air lindi menuju ke perairan umum dari kolam-kolam pengendapan lindi TPA Galuga. Stasiun 3 merupakan saluran pertemuan air irigasi dengan air lindi. Air irigasi masuk kedalam saluran melalui pipa paralon dengan ketinggian yang sedikit lebih tinggi dari pada saluran air lindi. Stasiun 4 merupakan saluran perairan umum yang ditutupi dengan pepohonan rimbun di sepanjang pinggir saluran. Jarak antara stasiun 1, 2, 3 dan 4 sekita r 15 – 25 meter. Stasiun 5 merupakan sumur penduduk yang terdekat ± 20 m dengan TPA Galuga dengan kedalaman 3 m. Pengambilan contoh dilakukan sebanyak 2 dua kali dengan 4 empat kali pengulangan pada setiap stasiun. Pada setiap stasiun dilakukan pe ngamatan langsung parameter suhu, oksigen terlarut, dan debit aliran air buangan lindi. Pengambilan contoh dilakukan pada pukul 06.00 pagi, 11.00 siang, 18.00 sore dan 24.00 malam. Pada stasiun 5 dilakukan hanya pada pukul 11.00 WIB. Setiap pengambilan contoh, parameter yang langsung diukur adalah suhu, debit, dan oksigen terlarut, kemudian air contoh dimasukkan kedalam botol sampel untuk dilakukan analisa parameter yang lain pada laboratorium.

2. Pengukuran parameter fisika, kimia dan mikrobiologi

Pengukuran dan analisa parameter fisika, kimia, dan biologi dilakukan secara in-situ maupun di laboratorium. Parameter-parameter yang dianalisa dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Parameter yang dianalisa Parameter Satuan MetodeAlat Keterangan Fisika 1. Suhu C Pemuaian Termometer alkohol In-situ 2. TSS mgl Gravimetrik millipore 0,45µm Laboratorium Kimia 1. pH - Potensiometrik pH-meter Laboratorium 2. Oksigen terlarut mgl Modifikasi Winkler botol DO In-situ 3. BOD 5 mgl Modifikasi Winkler dan inkubasi 5 hari botol DO Laboratorium 4. COD mgl Titrimetrik K 2 Cr 2 O 7 buret titran Laboratorium 5. Amonia total mgl Phenate Spektrofotometer ë = 640 nm Laboratorium 6. Nitrat mgl Brucine Spektrofotometer ë = 410 nm Laboratorium 7. Sulfat mgl Turbidimetrik Spektrofotometer ë = 420 nm Laboratorium 8. Besi mgl Phenantroline Spektrofotometer ë = 510 nm Laboratorium Mikrobiologi Total koliform MPN100ml MPN tabel MPN Laboratorium Gambar 2. Sketsa lokasi stasiun penelitian Keterangan : Tumpukan sampah Batas tumpukan sampah Tempat pengolahan sampah menjadi kompos Pos jaga TPA Ga luga Rumah penduduk Kampung Lalamping Kolam pengumpul air lindi Penyekat Kolam pengolahan A Kolam pengolahan B Kolam pengolahan C Kolam pengolahan D Stasiun 1 saluran irigasi Stasiun 2 saluran air lindi Stasiun 3 saluran pertemuan air lindi dengan air irigasi Stasiun 4 saluran perairan umum Sumur penduduk Persawahan A B C D

D. Analisis Data 1. Analisis beban bahan pencemar

Analisis ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui besarnya beban bahan pencemar parameter tertentu BOD, COD atau TSS pada air lindi yang terbuang keperairan umum Metcalf dan Eddy, 1991. Beban bahan pencemar tersebut dihitung dengan menggunakan rumus: L = C x Q Keterangan : L = Beban bahan pencemar dari parameter tertentu kghari C = Konsentrasi bahan pencemar dari parameter tertentu mgl Q = Debit air limbah m 3 hari

2. Metode STORET

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pencemaran air akibat masuknya air lindi pada saluran perairan umum. Penggunaan metode STORET memberikan keuntungan dalam mengetahui baik buruknya kualitas badan air untuk suatu peruntukkan, serta dapat diketahui pula parameter yang tidak memenuhi persyaratan baku mutu tertentu Canter, 1977. Langkah-langkah dalam penggunaan STORET antara lain : 1. Membuat tabel hasil analisis kualitas fisika, kimia, biologis yang terukur selama pengamatan yang mencakup nilai maksimum, minimum dan rata- rata. 2. Pada tabel yang sama, dicantumkan nilai baku mutu kelas III untuk budidaya perikanan dan pengairan tanaman, sesuai dengan Peraturan Pemerintah R.I. No. 82 tahun 2001 untuk masing-masing parameter. 3. Membandingkan nilai minimum, maksimum dan rata-rata dengan nilai baku mutu yang ditetapkan. 4. Memberikan skor terhadap masing-masing parameter tersebut sebagai berikut: a. Skor nol 0, jika nilai-nilai parameter hasil pengukuran memenuhi baku mutu atau masih dibawah nilai baku mutu. 16 b. Skor -1 sd -9, jika nilai-nilai parameter hasil pengukuran telah melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan dan jumlah contoh air yang diukur 10. c. Skor -2 sd -18, jika nilai-nilai parameter hasil pengukuran telah melebihi nilai baku mutu yang ditetapkan dan jumlah contoh air yang diukur lebih dari atau sama dengan 10 10. Untuk rincian pemberian skor pada butir b dan c dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Penentuan sistem nilai untuk menentukan status mutu perairan berdasarkan metode STORET Canter, 1977 Parameter Jumlah contoh Nilai Fisika Kimia Biologi Minimum -1 -2 -3 maksimum -1 -2 -3 10 Rata -rata -3 -6 -9 Minimum -2 -4 -6 maksimum -2 -4 -6 10 Rata -rata -6 -12 -18 d. Setelah masing-masing memiliki skor, nilai-nilai skor dari seluruh parameter fisika, kimia, biologi tersebut dijumlahkan dan dibandingkan dengan nilai berdasarkan baku mutu air yang ditentukan US-EPA United State-Environmental Protection Agency seperti tercantum dalam Tabel 7. Tabel 7. Klasifikasi mutu air berdasarkan US-EPA Kelas Jumlah total skor Mutu air A Baik sekali B -1 sd -10 Baik C -11 sd -30 Sedang D -31 Buruk 17 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Tempat Penampungan Akhir TPA sampah Galuga terletak di Kampung Lalamping, Desa Galuga, Kecamatan Cibungbulang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat sekitar 25 km dari pusat kota Bogor. TPA sampah Galuga ini sudah beroperasi menerima buangan sampah dari kota Bogor sejak tahun 1992. Secara administratif TPA sampah Galuga ini berbatasan dengan : Sebelah utara : Areal pertanian Desa Cijujung, Kecamatan Cibungbulang Sebelah timur : Perbukitan Kampung Cimangir Sebelah selatan : Kampung Moyan, Desa Cemplang, Kecamatan Cibungbulang Sebelah barat : Kampung Lalamping, Desa Galuga Keseluruhan luas TPA sampah Galuga sebesar 9,8 Ha, dengan luas areal buang areal pembongkaran dan penampungan sampah sebesar 8,24 Ha. Sedangkan luas infrastruktur penunjang lainnya sebesar 1,56 Ha. Sebagai tempat pembuangan akhir, TPA sampah Galuga menerima masukan sampah dari Kota Bogor dan sebagian sampah dari Kabupaten Bogor. Berdasarkan sumbernya sampah yang masuk TPA sampah Galuga sangat beragam, seperti sampah pemukiman, sampah pasar, pertokoan, sampah sapuan jalan raya dan sampah dari kawasan industri. Sampah tersebut kemudian diangkut ke TPA sampah Galuga dengan armada truk yang berjumlah 65 - 70 unit. Berdasarkan data dari DKP 2001 sampah yang dapat terangkut per harinya sebesar 1.391 m 3 Tabel 8. Sebesar 1.092 m 3 per hari jenis sampah yang masuk merupakan sampah organik Tabel 9. Sampah yang masuk kedalam TPA langsung diratakan oleh petugas dari Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bogor dengan alat berat dan sebagian pemulung melakukan penyortiran barang- barang yang dapat didaur ulang. Kampung Lalamping merupakan pemukiman penduduk yang letaknya paling dekat dengan TPA sampah Galuga. Mata pencaharian sebagian besar penduduk Kampung Lalamping adalah sebagai pemulung yang bergantung hidupnya dari keberadaan TPA sampah Galuga. Untuk kebutuhan sehari-harinya mereka menggunakan sumber air dari sumur dan tangki air bersih yang disediakan Pemerintah Kota Bogor. Penduduk Kampung Lalamping yang berada di sebelah barat TPA Galuga sering mengeluhkan mengenai bau yang ditimbulkan TPA Galuga yang sesekali terasa sangat menyengat, akan tetapi karena sudah turun temurun menempati daerah tersebut mereka menganggap sudah biasa dan mereka harus menjalaninya. Salah satu kompensasi yang diterima penduduk Kampung Lalamping dari Pemerintah Kota Bogor adalah adanya pengobatan gratis setiap tiga bulan sekali. Tabel 8. Timbulan dan jumlah sampah terangkut per hari ber dasarkan sumber sampah Terangkut Sumber sampah Timbulan m 3 m 3 Pemukiman 64,2 1.347 765 36,4 Pasar 12,5 262 233 11,1 Pertokoan, restoran dan hotel 7,1 149 125 6,0 Fasilitas umum dan sosial 4,2 88 73 3,5 Sapuan jalan 7,3 154 120 5,7 Kawasan industri 4,7 99 75 3,6 Jumlah 2099 1.391 66,3 Sumber : DKP Kota Bogor, 2001 Tabel 9. Komposisi dan timbulan sampah yang terangkut per hari berdasarkan jenis sampah Terangkut Jenis sampah Timbulan m 3 m 3 Organik 75,2 1.580 1.092 52,0 Kertas 6,05 127 79 3,8 Plastik 8,53 179 86 4,1 Logam 1,76 37 22 1,0 Kacagelas 2,10 44 29 1,4 Karet 1,67 35 26 1,2 Kaintekstil 1,91 40 25 1,2 Kayu 1,91 25 15 0,7 Lain- lain 1,52 32 17 0,8 Jumlah 2.099 1.391 66,3 Sumber : DKP Kota Bogor, 2001

B. Lindi Sampah TPA Galuga