yang konstan antara 7,36 – 7,58 yang masih bisa digolongkan dalam nilai pH yang netral.
Baku mutu
Gambar 5. Hasil pengukuran pH tiap pengamatan Pada stasiun 1 nilai pHnya sedikit lebih rendah diduga karena adanya run
off pupuk pertanian dan humus unsur hara yang terlarut masuk kedalam perairan. Pada stasiun 2, 3 dan 4 karena sudah adanya masukan lindi kedalam
perairan, maka perubahan nilai pH sangat tergantung kepada proses dekomposisi di dalam air lindi tersebut. Menurut Pohland dan Harper 1985 seiring dengan
pertambahan umur tumpukan sampah, pada tumpukan sampah akan terjadi fase fermentasi metana sebagai hasil dekomposisi biologis anaerobik yang hampir
sempurna dengan nilai pH yang berfluktuasi antara 7,5 – 9.
b. DO Dissolved Oxygen
Pada Gambar 6 terlihat bahwa pada stasiun 1 kandungan oksigen terlarut dipagi hari sebesar 5,06 mgl dan menunjukkan pola harian yang terus menurun
menjadi 3,67 mgl siang hari, 3,37 mgl sore hari, dan 2,18 mgl pada malam hari. Pada pagi hari sebelum pengamatan, terjadi hujan yang diduga
meningkatkan oksigen terlarut di perairan karena bertambahnya ketinggian air dan kecepatan aliran air sehingga difusi oksigen dari udara meningkat, walaupun
proses fotosintesis masih sedikit terjadi. Pada siang hari, karena kondisi stasiun 1 yang teduh, masukan sinar
mataharinya sedikit mengakibatkan proses fotosintesis yang terjadi pun sedikit.
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
pagi siang
sore malam
waktu pH
stasiun 1 stasiun 2
stasiun 3 stasiun 4
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa masukan oksigen hasil dari fotosintesis sedikit dan difusi dari udara pun berkurang karena menurunnya kecepatan aliran,
sehingga oksigen yang ada akan menurun karena terpakai oleh dekomposisi bahan organik dari limpasan persawahan.
Baku mutu
Gambar 6. Hasil pengukuran oksigen terlarut tiap pengamatan Kandungan oksigen pada stasiun 2 yang terlihat pada Gambar 6
menunjukkan nilai yang sangat rendah, pagi dan siang hari sebesar 0,79 mgl kemudian naik pada sore hari 1,29 mgl dan malam hari turun sampai 0,49 mgl.
Kondisi stasiun 2 yang terbuka memungkinkan penetrasi sinar matahari yang cukup untuk proses fotosintesis yang menghasilkan oksigen. Kandungan bahan
organik yang tinggi dari buangan lindi menyebabkan pemakaian oksigen untuk menguraikan bahan organik oleh mikroba pada perairan juga tinggi, sehingga
oksigen dari hasil fotosintesis akan terpakai yang mengakibatkan oksigen yang terlarut di perairan tetap rendah.
Begitu pula yang terjadi pada stasiun 4, yang kandungan oksigen terlarut yang terukur sebesar 0,79 mgl pagi; 0,89 mgl siang dan sore; dan 0,39 mgl
malam. Kondisi stasiun 4 yang teduh menyebabkan proses fotosintesis yang terjadi hanya menghasilkan sedikit oksigen. Bahan organik yang melewati stasiun
4 merupakan akumulasi dari stasiun 1, 2 dan 3, sehingga banyaknya bahan organik yang terakumulasi akan mengakibatkan semakin banyaknya kebutuhan
oksigen untuk menguraikan bahan organik tersebut. Implikasinya kandungan oksigen terlarut dalam perairan akan semakin rendah. Terlebih lagi pada
1 2
3 4
5 6
pagi siang
sore malam
waktu DO mgl
stasiun 1 stasiun 2
stasiun 3 stasiun 4
pengamatan malam hari dengan tidak adanya masukan dari proses fotosintesis, maka oksigen akan semakin rendah.
Pada stasiun 3, kandungan oksigen terlarutnya cenderung fluktuatif, tertinggi pada pagi hari 3,18 mgl kemudian menurun menjadi 0,7 mgl pada
siang hari, tetapi pada sore hari naik sedikit menjadi 1,3 mgl dan kembali menurun menjadi 0,7 mgl pada malam hari. Kondisi kandungan oksigen terlarut
yang seperti ini diduga karena stasiun 3 merupakan pertemuan massa air dari
saluran irigasi stasiun 1 dengan saluran pembuangan lindi stasiun 2 sehingga kondisinya selalu berubah-ubah. Secara keseluruhan kandungan oksige n terlarut
pada saluran yang sudah tercampur dengan air lindi menunjukkan kondisi yang kurang dari 2 mgl. Apabila air tersebut digunakan untuk budidaya perikanan
akan mengakibatkan kematian pada ikan.
c. BOD