dengan air irigasi yang tercampur dengan air lindi tidak produktif lagi. Oleh karena itu, perairan pada saluran pembuangan lindi ini dapat dianggap telah
mengalami pencemaran.
d. COD Chemical Oxygen Demand
Pada Gambar 8 COD pada stasiun 1 menunjukkan nilai yang lebih rendah dan pola yang terus menurun dari pagi hari 2002,15 mgl sampai malam hari
706,34 mgl. Dari nilai tersebut dapat diketahui bahwa COD stasiun 1 lebih besar dari pada nilai BOD
5
nya, tingginya nilai COD ini diduga karena adanya bocoran atau rembesan air lindi yang mempengaruhi kandungan bahan organik
pada stasiun 1 ini. Oleh karena itu bahan organik yang melewati stasiun 1 berupa bahan organik yang sukar didegradasi secara biologis lebih banyak dari pada
bahan organik yang mudah terdegradasi secara biologis. Pada stasiun 2, 3, dan 4 terlihat pola yang sama, terjadi kenaikan nilai COD
masing-masing stasiun pada siang hari, menurun pada sore dan malam hari. Hal ini berarti pada siang hari kandungan bahan organik yang dapat dioksidasi dengan
dikromat lebih banyak. Selain itu dapat menggambarkan bahwa pada siang hari di stasiun tersebut bahan organik yang sukar di degradasi secara biologis lebih
banyak dan semakin besar pada stasiun 4 5541,55 mgl. Nilai COD yang meningkat pada siang hari ini diduga karena terjadinya masukan air hujan pada
lahan TPA pada pagi harinya yang melarutkan bahan organik pada timbunan sampah dan membawa bahan organik terlarut tersebut melewati stasiun 2, 3 dan 4
pada siang harinya.
baku mutu
Gambar 8. Hasil pengukuran COD tiap pengamatan
1000 2000
3000 4000
5000 6000
pagi siang
sore malam
waktu COD mgl
stasiun 1 stasiun 2
stasiun 3 stasiun 4
Menurut Pohland dan Harper 1985 dengan nilai COD rata-rata pada saluran pembuangan lindi seperti diatas dapat dikategorikan bahwa kekuatan
organik air lindinya dalam kategori menengah. Apabila dibandingkan dengan baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82, 2001, keadaan perairan seperti ini
dengan kandungan bahan organik yang telah melebihi 50 – 100 mgl sangat tidak cocok untuk kegiatan budidaya perikanan dan pengairan tanaman.
e. Amonia total
Amonia yang terukur di perairan berupa amonia total NH
3
dan NH
4 +
. Pada Gambar 9 terlihat bahwa kadar amonia total pada stasiun 1 saluran irigasi
berkisar 2,15 - 4,12 mgl dengan rata -rata 2,97 mgl. Sedangkan pada stasiun 2 saluran buangan lindi rata-rata kadar amonia totalnya 138,19 mgl, stasiun 3
pencampuran antara air irigasi dan air lindi dan stasiun 4 berturut -turut berkadar rata-rata 122,13 mgl dan 123,82 mgl.
Kadar amonia total yang terendah pada stasiun 1 berkaitan erat dengan tingginya oksigen terlarut, serta suhu dan bahan organik yang lebih rendah
daripada stasiun lainnya. Kondisi oksigen terlarut yang lebih rendah, pH, dan bahan organik yang lebih tinggi menyebabkan pada stasiun 2 rata-rata amonia
totalnya tertinggi. Kadar amonia yang tinggi dapat merupakan indikasi adanya pencemaran bahan organik yang berasal dari limbah domestik, industri, dan
limpasan pupuk pertanian Effendi, 2003.
Gambar 9. Hasil pengukuran amonia total tiap pengamatan
50 100
150 200
pagi siang
sore malam
waktu Amonia total mgl
stasiun 1 stasiun 2
stasiun 3 stasiun 4
f. Nitrat