pengamatan malam hari dengan tidak adanya masukan dari proses fotosintesis, maka oksigen akan semakin rendah.
Pada stasiun 3, kandungan oksigen terlarutnya cenderung fluktuatif, tertinggi pada pagi hari 3,18 mgl kemudian menurun menjadi 0,7 mgl pada
siang hari, tetapi pada sore hari naik sedikit menjadi 1,3 mgl dan kembali menurun menjadi 0,7 mgl pada malam hari. Kondisi kandungan oksigen terlarut
yang seperti ini diduga karena stasiun 3 merupakan pertemuan massa air dari
saluran irigasi stasiun 1 dengan saluran pembuangan lindi stasiun 2 sehingga kondisinya selalu berubah-ubah. Secara keseluruhan kandungan oksige n terlarut
pada saluran yang sudah tercampur dengan air lindi menunjukkan kondisi yang kurang dari 2 mgl. Apabila air tersebut digunakan untuk budidaya perikanan
akan mengakibatkan kematian pada ikan.
c. BOD
5
Biochemical Oxygen Demand
Pada Gambar 7, terlihat kebutuhan jumlah oksigen yang diperlukan oleh mikroorganisme untuk mendekomposisi bahan organik secara biologis sangat
bervariasi tiap waktu pengamatan. Pada stasiun 1 dan 2 membentuk pola fluktuasi kandungan BOD
5
yang sama, pada pagi hari sebesar 69,43 mgl stasiun 1, dan 99,18 mgl stasiun 2; pada siang hari naik menjadi 74,39 mgl stasiun 1, dan
119,02 mgl stasiun 2; kemudian sore hari turun menjadi 39,67 mgl stasiun 1, dan 54,55 mgl stasiun 2; dan malam harinya naik kembali menjadi 59,51 mgl
stasiun 1, dan 99,18 mgl stasiun 2.
baku mutu
Gambar 7. Hasil pengukuran BOD
5
tiap pengamatan
20 40
60 80
100 120
140 160
180 200
pagi siang
sore malam
waktu BOD mgl
stasiun 1 stasiun 2
stasiun 3 stasiun 4
Kondisi seperti ini memperlihatkan bahwa pada siang hari suhu pada permukaan perairan yang meningkat dapat memicu aktivitas mikroba dalam
menguraikan bahan organik yang berada dalam perairan, sehingga kebutuhan oksigen untuk menguraikannya pun semakin besar. Kemudian pada sore hari
terlihat nilai BOD
5
menurun, hal ini diduga karena intensitas aktivitas mikroba yang menguraikan bahan organik menurun, sehingga jumlah oksigen yang
dibutuhkan untuk menguraikan bahan organik juga menurun. Peningkatan BOD
5
pada malam hari diduga karena bertambahnya masukan bahan organik pada stasiun 1 akibat limpasan dari persawahan karena terjadi hujan dan pada stasiun 2
bertambahnya bahan organik dari lindi tidak terendapkan pada kolam pengendapan, sehingga kebutuhan untuk mendekomposisikannya pun bertambah.
Pada stasiun 3 yang merupakan daerah pertemuan massa air dari saluran irigasi dengan saluran pe mbuangan lindi menunjukkan nilai BOD
5
sebesar 34,71 mgl pagi hari, 54,55 mgl siang hari, kemudian naik menjadi 173,57 mgl
sore hari dan turun menjadi 54,55 mgl malam. Fluktuasi kenaikan yang terjadi pada sore hari diduga karena adanya masukan limpasan bahan organik
akibat dari kegiatan penduduk Kampung Lalamping. Pada malam harinya nilai BOD
5
nya kembali turun, hal ini diasumsikan bahwa pada malam hari keberadaan mikroba di stasiun 3 lebih sedikit, sehingga nilai BOD
5
nya pun lebih rendah. Secara umum pada kondisi stasiun 3 yang merupakan daerah pertemuan, keadaan
nilai – nilai parameter yang diamati tidak menentu. Pada stasiun 4 terlihat pola yang relatif tidak jauh berubah sejak pagi hari
niali BOD
5
sebesar 104,14 mgl lalu menurun pada siang hari menjadi 79,35 mgl dan naik kembali menjadi 99,28 mgl sore hari dan 94,22 mgl malam hari.
Kondisi stasiun 4 yang tidak mengalami banyak perubahan dengan masukan hanya dari stasiun 3, mengambarkan bahwa besarnya bahan organik yang dapat
terurai secara biologis karena masukkan air lindi berkisar antara 79,35 mgl sampai dengan 104,14 mgl.
Apabila dibandingkan dengan baku mutu kualitas air kelas III kegiatan perikanan dan pengairan tanaman nilai BOD
5
tersebut sudah jauh melebihi baku mutu Peraturan Pemerintah No. 82 tahun 2001. Hal ini terlihat nyata pada
lingkungan sekitar saluran pembuangan lindi, bahwa persawahan yang diairi
dengan air irigasi yang tercampur dengan air lindi tidak produktif lagi. Oleh karena itu, perairan pada saluran pembuangan lindi ini dapat dianggap telah
mengalami pencemaran.
d. COD Chemical Oxygen Demand