pengukuran kekayaan berdasarkan luas lahan yang dimiliki. Kedudukan atau status seseorang terlihat pada adanya perlakuan yang berbeda berdasarkan
penguasaan lahannya. Namun, pada kenyataannya, penghargaan itu muncul lebih dikarenakan adanya efek yang dihasilkan dari penguasaan lahan seseorang yaitu
makin tingginya tingkat kesejahteraan dan kemapanan hidup, baik secara ekonomi maupun sosial yang sejalan dengan makin luasnya penguasaan lahan. Dengan kata
lain, luas lahan yang dimiliki seseorang tidak menentukan status sosial seseorang dalam masyarakat secara langsung.
5.3 Keterkaitan Antara Fungsi Ekonomi dan Sosial Lahan
Secara umum, pemaknaan terhadap fungsi lahan ini sangat beragam. Namun, masyarakat Candimulyo lebih berpendapat bahwa lahan lebih dominan
memiliki fungsi ekonomi. Makna ekonomis yang dimiliki para petani pada lahannya terbentuk sebagai akibat nilai ekonomis di desa penelitian. Sama halnya
dengan wilayah desa-desa di Pulau Jawa pada umumnya, desa penelitian juga mempunyai ciri adanya kelangkaan sumber daya lahan. Maka diperlukan
pengorbanan yang cukup besar untuk memperoleh lahan tersebut. Fungsi sosial dari lahan pada hakekatnya memiliki keterkaitan dengan
fungsi ekonomis lahan. Pada dasarnya, pandangan umum yang menyatakan bahwa lahan atau penguasaan lahan adalah salah satu simbol kedudukan
seseorang dan menjadi dasar pelapisan sosial dalam suatu masyarakat merupakan akibat dari makna ekonomis lahan tersebut. Di desa penelitian, lahan sebenarnya
tidak lagi dianggap sebagai penentu status sosial, melainkan tingkat kesejahteraanlah yang justru diperhitungkan. Namun, lahan khususnya di wilayah
pedesaan masih merupakan penentu kesejahteraan tersebut karena tingkat kesejahteraan dilihat dari kemapanan ekonomi sebuah rumahtangga yang sumber
ekonominya berasal dari lahan. Dalam hal ini, petani pada umumnya sangat menggantungkan hidupnya pada lahan mereka sehingga status sosial yang
dimiliki petani kesejahteraan, merupakan akibat dari fungsi ekonomi lahan tersebut.
“Dia terpandang karena hartanya banyak. Wajar saja sih, wong lahannya luas.”
Sistem pewarisan lahan yang sampai sekarang masih dijunjung tinggi tersebut pun sebenarnya merupakan akibat dari makna ekonomis dari lahan.
Fenomena perebutan warisan lahan masih sering terjadi khususnya di pedesaan dengan alasan bahwa, lahan yang akan diwariskan tersebut sangat bernilai dan
merupakan penentu kelangsungan hidup mereka. Dapat dikatakan pula bahwa, sistem pewarisan lahan tersebut sebenarnya merupakan penguat ikatan
kekerabatan. Hal ini dapat terjadi ketika sistem pewarisan tersebut dilakukan dengan seadil-adilnya tanpa adanya perebutan. Ini menunjukkan bahwa fungsi
sosial lahan pada hakekatnya merupakan akibat dari fungsi ekonomis dari lahan tersebut.
Tingginya nilai lahan baik dilihat dari sisi ekonomi maupun sosial membuat para pemilik lahan memaksimalkan penggunaan lahan tersebut untuk
berbagai bidang usaha. Apapun mereka lakukan demi mempertahankan hidup atau bahkan meningkatkan kualitas kehidupan mereka. Namun, tidak semua orang
dapat memanfaatkan nilai lahan ini dengan benar. Misalnya yang terjadi di Desa Candimulyo. Lahan yang umumnya bermanfaat untuk pertanian kini dirusak
dengan aktivitas penggalian pasir dan batu demi mengejar keuntungan. Hal ini
bukan karena mereka menganggap lahan ini tidak bernilai, melainkan ada desakan ekonomi yang membuat petani-petani ini mengorbankan lahan mereka.
“Saya sih sangat menyayangkan, lahan saya dijadikan pertambangan pasir dan batu. Tapi kalo nggak seperti ini, saya nggak bisa hidup. Cita-cita saya sih ingin
membeli lahan yang lebih baik dan luas setelah saya dapat uang banyak dari penggalian ini.”
5.4 Ikhtisar