VI yaitu 0, fermentasi dilakukan dalam kondisi aerob. Sesuai dengan pendapat Kunaepah 2008 mengatakan pada kondisi aerob Saccharomyces cerevisae
menghidrolisis gula menjadi air dan CO
2
, tetapi dalam keadaan anaerob gula akan diubah menjadi alkohol dan CO
2
. Hal ini membuktikan bahwa kadar etanol tidak mempengaruhi jumlah kematian nyamuk yang terperangkap di perangkap nyamuk
dengan fermentasi gula, sesuai dengan pendapat Simanjorang 2010 bahwa tidak terjadi kematian pada nyamuk dengan kadar etanol 70, dan penelitian yang
dilakukan oleh Sari 2011 juga mengatakan bahwa etanol 96 tidak berpengaruh terhadap kematian nyamuk. Namun menurut Cathrine 2010 bahwa nyamuk yang
terperangkap mati karena dehidrasi.
5.3 Efektifitas Fermentasi Konsentrasi Gula Sebagai Atraktan Nyamuk
Hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan 5 macam perlakuan fermentasi konsentrasi gula 0 sebagai kontrol, 5, 15, 25, dan
35 dengan tiga kali pengulangan, pengamatan mulai dilakukan pada hari ke dua setelah pembuatan cairan fermentasi gula kemudian diamati setiap 24 jam pada
jam 10.00 wib dihitung hari I, hari II,hari III, hari IV, hari V, dan hari VI, diperoleh jumlah nyamuk yang terperangkap pada waktu pemaparan yang berbeda
– beda dan konsentrasi yang berbeda pula.
Universitas Sumatera Utara
Pada uji kruskal wallis pada tabel 4.9 menunjukkan adanya perbedaan rata – rata yang beermakna antara jumlah nyamuk yang terperangkap dengan berbagai
fermentasi konsentrasi gula. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa cairan fermentasi gula memiliki potensi sebagai atraktan nyamuk. Pada Tabel 4.10
menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata – rata yang bermakna antara jumlah nyamuk yang terperangkap dengan lama waktu pengamatan. Untuk melihat rata –
rata yang berbeda secara nyata dan menentukan konsentrasi serta waktu pengamatan yang paling optimal, maka dilakukan dengan Uji Lanjut Duncan.
Berdasarkan tabel 4.11 menunjukkan bahwa perlakuan terbaik optimum terdapat pada fermentasi konsentrasi gula 35 disebabkan adanya perbedaan
secara nyata dengan konsentrasi lainnya 0, 5, 15, dan 25, bahwa semakin besar konsentrasi gula semakin banyak nyamuk yang terperangkap,
dengan nilai rata – rata jumlah nyamuk yang terperangkap pada konsentrasi 35 yang terdapat pada tabel 4.5 yaitu 59,7. Sesuai dengan pendapat Enny 2013
menyatakan bahwa semakin banyak bahan gula lebih banyak daya rekat, karena gula menjadi lebih sempurna. Pengamatan yang dilakukan pada konsentrasi 0
kontrol nyamuk yang masuk ke dalam perangkap masih banyak yang dalam keadaan hidup dan terbang didalam botol atau perangkap, tidak seperti pada
fermentasi konsentrasi gula lainnya nyamuk terperangkap dan menempel pada cairan tidak dapat terbang lagi dan nyamuk akan mati. Tabel 4.12 menunjukan
bahwa lama pengamatan terbaik optimum terdapat pada hari IV, namun perbedaan rata – rata jumlah nyamuk yang terperangkap dengan lama pengamatan
tidak terdapat perbedaan secara nyata dengan hari II, hari III, hari IV dan hari V, Pada hari VI mulai terjadi penurunan, hal ini dapat dilihat pada saat pengmatan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pada hari ke VI cairan fermentasi konsentrasi gula mulai terjadi pengendapan dan terjadi penurunan sebagai atraktan nyamuk. Dengan demikian
direkomendasikan sebagai fermentasi konsentrasi gula yang efektif adalah fermentasi konsentrasi gula 35 dan hari yang efektif mulai hari II sampai hari V
puncaknya terletak pada hari IV dan terjadi penurunan pada hari ke VI. Rata-rata jumlah nyamuk yang terperangkap pada fermentasi konsentrasi
gula 0, 5, 15, 25, dan 35 dengan lama pengamatan hari I, hari II, hari III, hari IV, hari V, dan hari VI bersifat fluktuatif atau tidak stabil. Faktor lain
yang mempengaruhi jumlah nyamuk yang terperangkap pada fermentasi konsentrasi gula adalah kondisi ruangan tempat melakukan penelitian. AC yang
dihidupkan menghasilkan suhu dan kelembaban udara yang rendah sehingga tidak adanya arus udara yang dapat menguapkan gas CO
2
yang dihasilkan dari atraktan dan gas CO
2
dari fermentasi gula tidak sampai kepada sensor nyamuk, yang menyebabkan nyamuk tidak menemukan sumber CO
2
dan tidak masuk ke dalam perangkap meskipun kadar CO
2
yang dihasilkan dari perlakuan fermentasi konsenrasi gula tinggi. Sesuai dengan pendapat Gillies 1980 kadar CO
2
bersifat atraktan tidak terlepas dari faktor lain yang mempengaruhi seperti suhu,
kelembaban, dan arus udara.
Universitas Sumatera Utara
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat perbedaan dari perlakuan fermentasi konsentrasi gula 0, 5, 15,
25, dan 35 terhadap jumlah nyamuk yang terperangkap, dan tidak terdapat perbedaan terhadap lama pengamatan fermentasi konsentrasi gula
terhadap jumlah nyamuk yang terperangkap 2.
Perlakuan optimum berada pada konsentrasi 35, karena pengaruh dari konsentrasi ini terdapat rata – rata jumlah nyamuk yang terperangkap berbeda
nyata dengan pengaruh konsentrasi lainnya 0, 5, 15, 25. 3.
Tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada lama pengamatan hari II, hari III, hari IV, dan hari V, dan puncak jumlah nyamuk yang terperangkap
terdapat pada hari IV sehingga dapat dikatakan hari yang efektif pada cairan fermentasi gula sebagai atraktan nyamuk adalah hari II sampai hari ke V.
Universitas Sumatera Utara