Konsep Wilayah dan Pusat Pertumbuhan
91
8 saluran air dan tempat pembuangan sampah; 9 lalu lintas, bandara, stasiun, dan pelabuhan.
Apa Kota Terencana itu?
Kebanyakan kota di dunia berkembang lambat selama puluhan atau ratusan tahun, tanpa rencana induk sebagai patokan pertumbuhannya. Tetapi ada kota yang dibangun dengan
perencanaan cermat. Dalam pemukiman yang dikenal sebagai kota terencana, setiap segi hidup perkotaan diperhitungkan dalam suatu rancangan menyeluruh sebelum gedung pertama
dibangun.
Berbeda dengan tata letak banyak kota tak terencana yang mirip kisi-kisi panggangan, kota terencana lazimnya menampilkan rencana jalan berpola radial, dengan jalan-jalan raya lebar
yang memusat ke taman-taman luas. Contohnya ibu kota Australia, Canberra, rancangan tahun 1911.
Kota yang sudah ada pun dapat memanfaatkan pelajaran dari perencanaan sebuah kota masa depan. London, misalnya, menggunakan sebuah rencana untuk perluasan terkendali
selama tahun 1930-an dan 1940-an yang mencadangkan “jalur hijau” selebar 16 kilometer untuk pertamanan di sekeliling metropolis. Sekalipun ibu kota Inggris itu berpenduduk 9,1 juta
jiwa pada tahun 1991, kepadatan penduduknya hanya 4.027 jiwa per kilometer persegi 4 persennya Hong Kong.
Sumber: Hamparan Dunia Ilmu: Seri Bumi dan Permukaannya
b. Sistem pengangkutan dan perhubungan
Hubungan antarwarga lebih dipengaruhi oleh motif ekonomi daripada motif sosial. Kehidupan sosial yang demikian itu akan mengakibatkan masyarakat kota
selalu bersaing untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal yang mendukung kehidupan masyarakat kota adalah sistem pengangkutan dan perhubungan.
Sistem pengangkutan di kota lebih baik jika dibandingkan dengan di desa. Tingkat pendidikan dan teknologi pun relatif lebih tinggi sehingga masyarakat kota mempunyai
sistem yang canggih. Misalnya, pembuatan jalan layang dan jalur kereta api layang. Hubungan jarak jauh dapat dilakukan dalam waktu yang singkat misalnya, dengan
fasilitas sambungan langsung internasional, orang dapat bercakap-cakap meskipun jaraknya sangat jauh.
c. Sejarah pertumbuhan beberapa kota di Indonesia
Kota-kota di Indonesia berkembang dari pusat administrasi pemerintahan atau kerajaan di zaman dahulu. Daerah yang dijadikan pusat kerajaan zaman dahulu dipilih
yang strategis, tanah subur, sumber daya dan lingkungan mendukung, tata air yang baik dan didukung oleh rakyat. Misalnya, Yogyakarta, Surakarta, Kartasura, Kediri, Singosari,
Cirebon, Aceh, Palembang, Makassar, Buleleng, dan Klungkung.
Info Geo
92
Nuansa Geografi SMAMA Kelas XII
Beberapa faktor yang memengaruhi perkembangan dan kemajuan kota sebagai pusat administrasi maupun kerajaan, yaitu:
1. sumber daya yang ada; 2. campur tangan para penguasa;
3. fasilitas pendukung: jalan, jembatan, sarana transportasi, sarana komunikasi, listrik, dan air minum;
4. keterlibatan pihak investor swasta. Di samping itu, kota-kota berkembang berdasarkan perkembangan sektor
perkebunan, pertambangan, dan perdagangan.
Perkebunan
Perkebunan memerlukan tanah yang luas dan subur, curah hujan cukup, iklim yang baik, dan banyak tenaga kerja. Banyak daerah yang awalnya dihuni oleh pekerja
yang tinggal di perkebunan kemudian menjadi desa, sampai akhirnya berkembang menjadi kota. Misalnya, Jambi, Palembang, Pematangsiantar, Bogor, Subang, Bengkulu,
dan Lampung.
Pertambangan
Daerah pertambangan prosesnya sama dengan proses perkebunan. Contoh yang sudah menjadi kota di daerah pertambangan misalnya, Langkat, Kutai, Tarakan,
Dumai, Ombilin Plaju, Sawahlunto, Bukit Asam, Wonokromo, Cepu, dan Tanjung Enim.
Adapun kota yang sejarah berdirinya berasal dari unsur campuran antara pemerintah, perekonomian, perdagangan, lokasi strategis, dan lain-lain misalnya, Surabaya, Jakarta,
Medan, Palangkaraya, Merauke. Berdasarkan jumlah penduduk, kota dibagi menjadi tiga, yaitu
1 kota kecil berpenduduk 20.000 – 10.000 jiwa; 2 kota besar berpenduduk 100.000 – 1.000.000 jiwa;
3 kota metropolitan berpenduduk 1.000.000 jiwa.
d. Kebijakan pembangunan kota