mencatat kosakata yang kurang dimengerti dan di terjemahkan dalam bahasa yang mudah dimengerti oleh mereka sendiri.
Maka dengan demikian bahwa penggunaan metode pembelajaran yang diterapkan di pondok pesantren hampir sama dengan metode pembelajaran
yang diterapkan di sekolah-sekolah pada umumnya. Penggunaan metode bandongan
dan metode sorongan yang diterapka di pondok pesantren Al- Falah pada dasarnya kedua metode tersebut sangat efektif diterapkan pada
proses kegiatan belajar mengajar. Karena metode Bandongan dan metode sorongan
itu sendiri sudah diterapkan sejak pondok pesantren Al-Falah berdiri hingga sekarang kedua metode tersebut masih digunakan Nurkholis Madjid,
1997: 12. Di pondok pesantren Al-Falah metode bandongan dan metode sorongan
juga diterapkan di madrasah diniyyah dan taman pendidikan Al-Qur’an. Madrasah diniyyah dan taman pendidikan Al-Qur’an yang menerapkan sistem
bandongan ini sangat efektif bila diterapkan dalam proses kegiatan belajar
mengajar karena pada sistem bandongan ini guru menjelaskan dan kemudian santrinya mendengarkan dan mencatat, karena biasanya santri-santri yang ada
di madrasah diniyyah ini masih memeprlukan penjelasan dari ustad atau kyai.
E. Sistem pendidikan Formal yang ada di pondok pesantren Al-Falah
1. Madrasah Diniyyah
Madrasah Diniyyah adalah lembaga pendidikan yang memberikan pendidikan dan pengajaran secara klasikal yang bertujuan untuk memberi
tambahan pengetahuan agama Islam kepada pelajar-pelajar yang merasa
kurang menerima pelajaran agama Islam di sekolahannya. Seiring perubahan zaman, madrasah diniyyah yang dulunya hanya sebagai pendidikan non
formal yang diasuh oleh para kyai dan masyarakat di desa, kini menjadi pendidikan yang formal. Dengan perubahan tersebut berubah pula status
kelembagaannya, yang dulunya dari jalur luar sekolah yang dikelola penuh oleh masyarakat menjadi sekolah dibawah pembinaan Departemen Agama.
Secara harfiah madrasah diartikan sebagai tempat belajar para pelajar atau tempat untuk memberikan pelajaran. Kata madrasah juga ditemukan
dalam bahasa Arab Hebrew atau aramy yang berati membaca dan belajar atau tempat duduk untuk belajar. Dari kedua bahasa tersebut, kata madrasah
mempunyai arti yang sama yaitu tempat belajar. jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, kata madrasah memiliki arti sekolah karena pada mulanya
kata sekolah itu sendiri bukan berasal dari bahasa Indonesia, melainkan dari bahasa asing, yaitu school.
Sedangkan madrasah diniyyah dilihat dari stuktur bahasa Arab berasal dari dua kata madrasah dan al-din. Kata madrasah dijadikan nama tempat dari
asal kata darosa yang berarti belajar. Jadi madrasah mempunyai makna arti belajar, sedangkan al-din dimaknai dengan makna keagamaan. Dari dua
stuktur kata yang dijadikan satu tersebut, maka madrasah diniyyah berarti tempat belajar masalah keagamaan, dalam hal ini agama Islam. Berdasarkan
penjelasan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa madrasah diniyyah adalah lembaga pendidikan Islam yang memberi pendidikan dan pengajaran agama
Islam untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama Islam.
Dengan meninjau secara pertumbuhan dan banyaknya aktifitas yang diselenggarakan madrasah diniyyah, maka dapat disimpulkan ciri-ciri
madrasah diniyyah adalah sebagai berikut: 1
Madrasah diniyyah merupakan pelengkap dari pendidikan formal sekolah umum.
2 Madrasah diniyyah tidak dibagi atas jenjang atau kelas-kelas secara ketat.
3 Madrasah diniyyah dalam materinya bersifat praktis dan khusus.
4 Madrasah diniyyah waktunya relatif singkat, dan para santrinya tidak harus
sama. 5
Madrasah diniyyah mempunyai metode pengajaran yang bermacam-macam. Sistem pendidikan madrasah diniyyah yang ada di pondok pesantren Al-
Falah merupakan pelengkap bagi pondok pesantren tersebut, karena pada dasarnya madrasah diniyyah didirikan oleh KH. Masrur dan KH. Abdul Rozak
pada tahun 1980 dan disahkan oleh Departemen Agama pada tahun 1991. Madrasah Diniyyah memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kebutuhan para
santrinya tentang pengetahuan agama. Madrasah diniyyah adalah bagian terpadu dari sistem pendidikan nasional yang diselenggarakan pada jalur
pendidikan luar sekolah untuk memenuhi hasrat masyarakat tentang pendidikan agama. Madrasah Diniyah termasuk kelompok pendidikan
keagamaan jalur luar sekolah yang dilembagakan dan bertujuan untuk mempersiapkan peserta didik menguasai pengetahuan agama Islam, yang di
bantu oleh menteri agama.
Sebagai bagian dari pendidikan luar sekolah, Madrasah Diniyyah bertujuan untuk:
1 Melayani para pelajar untuk belajar dan berkembang sedini mungkin dan
sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya. 2
Membina para pelajar agar memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah
atau melanjutkan ketingkat atau jenjang yang lebih tinggi. 3
Memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah umum.
Untuk menumbuh kembangkan ciri-ciri madrasah sebagai satuan pendidikan yang bernapaskan Islam, maka tujuan madrasah diniyyah
dilengkapi dengan “memberikan bekal kemampuan dasar dan ketrampilan dibidang agama Islam untuk mengembangkan kehidupannya sebagai pribadi
muslim, anggota masyarakat dan warga Negara”. Dalam program pengajarannya ada bebarapa bidang studi yang diajarkan
seperti Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Bahasa Arab, dan Praktek Ibadah. Dalam pelajaran Qur’an-Hadits santri diarahkan kepada pemahaman
dan penghayatan santri tentang isi yang terkandung dalam Qur’an dan Hadits. Pada pelajaran aqidah akhlak berfungsi untuk memberikan pengetahuan dan
bimbingan kepada santri agar meneladani kepribadian nabi Muhammad SAW, sebagai Rasul dan hamba Allah, meyakini dan menjadikan Rukun Iman
sebagai pedoman berhubungan dengan Tuhannya, sesama manusia dengan alam sekitar, Mata pelajaran Fiqih diarahkan untuk mendorong, membimbing,
mengembangkan dan membina santri untuk mengetahui, memahami dan menghayati syariat Islam. Bahasa Arab sangat penting untuk menunjang
pemahaman santri terhadap ajaran agama Islam, dan mengembangkan ilmu pengetahuan Islam dan hubungan antar bangsa dengan pendekatan yang
komunikatif. Dan praktek ibadah bertujuan melaksanakan ibadah dan syariat agama Islam supaya menjadi pedoman dalam hidupnya.
Kurikulum yang ada di Madrasah Diniyyah pada dasarnya bersifat fleksibel dan akomodatif. Oleh karena itu, pengembangannya dapat dilakukan
oleh Departemen Agama Pusat Kantor Wilayat atau Depag Propinsi dan Kantor Departemen Agama Kabupaten atau Kotamadya atau oleh pengelola
kegiatan pendidikan
itu sendiri.
Prinsip pokoknya
yaitu untuk
mengembangkan kurikulum tersebut dan tidak menyalahi aturan perundang- undangan yang berlaku tentang pendidikan secara umum dan peraturan
pemerintah serta keputusan Menteri Agama dan kebijakan lainnya yang berkaitan dengan penyelenggaraan madrasah diniyyah.
Pada dasarnya pendidikan madrasah diniyyah hampir sama dengan pendidikan formal, namun yang membedakan adalah bahwa mata
pelajarannya lebih kepada ilmu agama Islam yang mendalam seperti pelajaran Qur’an Hadits, Aqidah Akhlak, Fiqih, Ilmu Tajwid, Tauhid, Qiro’ah, Tarih,
dan nahwu. Pelaksanaan sekolah madrasah diniyyah di pondok pesantren Al- Falah biasanya di laksanakan hari senin sampai hari jum’at dan setiap sabtu
malam dilaksanakan pengajian umum yang diikuti oleh masyarakat sekitar pondok pesantren Al-Falah KH Ghozi Harun,09-08-2012.
2. Taman pendidikan Al Qur’an TPA Pada Tahun 1980