BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Perkembangan Pondok Pesantren Al-Falah
1. Asal-usul pesantren dan perkembangannya
Agama Islam di Indonesia pertama kali dibawa oleh kaum Gujarat dari India, kemudian dengan perkembangannya agama Islam juga dibawa dari
kaum Arab, Palestina, dan Iran. Proses Islamisasi di Indonesia sangat mempengaruhi pendidikan Islam tergantung dari pengaruh Islam di suatu
tempat dan pembawanya. Pendidikan Islam yang dikembangkan oleh Sunan Giri berbeda dengan pendidikan Islam yang diajarkan oleh para Wali. Islam
yang dikembangkan oleh Sunan Giri melalui sistem pondok pesantren yang banyak dijumpai di Madura, Lombok, dan Makassar, sedangkan pendidikan
Islam yang diajarkan oleh Wali Songo bersifat sinkritisme dilakukan di Pulau Jawa.
Pesantren sebagai pusat pendidikan pada umumnya terdapat di luar kota sebagai pusat pendidikan tradisional untuk masyarakat pedesaan. Pendiri dan
pemimpin pesantren ialah Wali yang kemudian diwariskan pada Kyai. Wali dianggap memiliki kekuatan gaib dan sakti sehingga sangat dihormati. Kyai
mempunyai pengetahuan yang dalam tentang agama Islam dan kekuatan magis dan ilmu kekebalan.
Wali dalam bahasa Arab adalah seseorang yang dipercaya atau pelindung, namun secara umum wali adalah teman Allah atau dalam kalimat
wal yu ll h. Dalam Al-Qur’an juga dijelaskan Waliallah memiliki arti yaitu orang yang beriman dan bertakwa. “Ingatlah sesungguh wali-wali Allah itu
tidak ada kekhawatiran pada mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Yaitu orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa.” Yunus 10:62.
Sedangkan pengertian kyai secara luas adalah orang yang memahami agama Islam secara mendalam dan telah melakukan hijrah ke Mekkah dan kemudian
ia akan mendapat sebutan “Haji”. Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang mempunyai sejarah
yang panjang dan unik. Hal yang unik pada kehidupan pesantren akan begitu banyak memberikan variasi antara satu pesantren dengan pesantren lainnya.
Meskipun demikian dalam berbagai aspek dapat ditemukan aspek kesamaan- kesamaan umum antara pesantren yang satu dengan yang lainnya. Fungsi
utama dari pendidikan Islam pondok pesantren sebagai lembaga suatu lembaga pendidikan Islam yaitu untuk mencetak generasi muslim yang
memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama. Sejak dilancarkannya modernisasi, pendidikan pesantren diharapkan tidak hanya memelihara tradisi-
tradisi ke-Islaman serta mencetak kader-kader ulama, akan tetapi lebih pada fungsionalisasi sebagai pusat pengembangan masyarakat. Dalam upaya
fungsionalisasi, pesantren dituntut mampu mengikuti dan menguasai perkembangan melalui pembelajaran yang efektif merujuk pada program
kurikulum dan sistem pendidikan yang diterapkan oleh pondok pesantren Al- Falah.
Pesantren pada dasarnya adalah kombinasi yang harmonis antara budaya asli Indonesia Indegeneus Culture dengan budaya asli Timur Tengah,
sehingga di samping bernuansa ke-Indonesiaan juga bernuansa ke-Islaman, akan tetapi untuk melakukan rekontruksi intitusi pendidikan perlu
mempertimbangkan sistem pesantren dengan mempertahankan tradisi belajar kitab-kitab klasik
ditunjang dengan upaya internalisasi unsur keilmuan modern.
Pesantren dijadikan sebagai modal awal, sebab disamping sebagai warisan budaya Indonesia, pesantren juga menyimpan potensi kekayaaan
khasanah Islam klasik yang terletak pada tradisi belajar kitab kuningnya Mastuhu, 1994: 130.
Pendidikan pada hakekatnya adalah upaya untuk memberikan bimbingan dan fasilitas dalam rangka mengembangkan potensi fitrah siswa atau santri,
agar menjadi sumber daya insani yang berkualitas dan mempunyai kompetensi untuk kesempurnaan manusia yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah
serta kebahagiaan di dunia dan akhirat. Suatu lembaga pendidikan akan berhasil menyelenggarakan kegiatannya
jika dapat mengintegrasikan dirinya ke dalam kehidupan masyrakat yang melingkarinya. Keberhasilan ini menunjukkan adanya kecocokan nilai
lembaga pendidikan bersangkutan dan masyarakatnya, setidaknya tidak saling bertentangan. Lebih dari itu suatu lembaga pendidikan akan diminati oleh
anak-anak, orang tua, dan seluruh masyarakat apabila mampu memenuhi kebutuhan mereka akan kemampuan ilmu dan teknologi untuk menguasai
seluruh bidang kehidupan tertentu, dan kemampuan moral keagamaan dan
moral sosial budaya untuk menempatkan diri mereka di tengah-tengah pergaulan mereka sebagai manusia Ridlwan Nasir, 2005: 7.
Dinamika sistem pendidikan pondok pesantren dimulai dari pergeseran, perubahan, dan perkembangan pesantren dari masa ke masa sesuai dengan
perkembangan zaman. Kualitas dari dinamika pendidikan sistem pendidikan pesantren tergantung pada kualitas dari seorang pemimpinnya yaitu kualitas
seorang kyai sebagai sosial aktor, mediator, dinamisator, motivator, maupun sebagai Power kekuatan dengan kedalaman ilmu yang di miliki kyai dan
wawasan barunya tentang pendidikan. Seorang pemimpin apabila mempunyai wawasan yang luas maka mereka
akan cepat mengantisipasi masalah yang ada didalam lembaga yang ia pimpin. Seorang kyai apabila ia memiliki wawasan luas ia juga akan mengantisipasi
adanya suatu pendapat yang mengatakan bahwa keluaran atau alumni pondok pesantren tidak berkualitas, maka seoarang kyai akan mengantisipasi dengan
perubahan-perubahan di segala bidang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Kyai yang berpegang pada kaidah dalam menjaga kontinuitas sosial, yaitu
memelihara yang baik dari tradisi-tradisi lama, dan mengambil hal-hal yang lebih baik dari perubahan-perubahan baru.
Kaidah inilah yang menjadikan pondok pesantren maju dan tidak kehilangan ciri khususnya. Seorang kyai yang memegang teguh kaidah, maka
apabila menghadapi hal-hal baru akan segera mengevaluasi dan menyaring, apakah hal tersebut lebih baik dari tradisi lama sebagai sebagai kekhususan
dari pondok pesantren atau sama. Bila ternyata nilainya sama dengan tradisi
lama, maka tradisi lama yang akan dipegang teguh, namun bila baru ternyata benar-benar lebih baik dari tradisi lama, maka hal-hal baru akan diterima.
2. Gambaran Umum Pondok Pesantren Al-Falah
a. Letak Geografis
Pondok Pesantren Al-Falah yang berada di bawah asuhan Bapak KH. M Ghozi Harun terletak di Desa Kauman Lor RT.03RW. 01 Kecamatan Pabelan
Kabupaten Semarang. Letak pondok pesantren Al-Falah sangat strategis. Desa Kauman Lor terletak disebelah utara kota Salatiga, di samping terletak didekat
jalan raya, Pondok pesantren ini juga berada didekat Masjid Agung Kauman Lor, sehingga dengan mudah dijangkau dari beberapa daerah.
b. Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren Al-Falah
Nama dari pondok pesantren Al-Falah berasal dari bahasa Arab yang terdapat dalam Al-Qur’an yaitu surat Al-Falaq yang artinya bahwa Tuhan
memiliki shubuh dari segala kejahatan. Maksud dari surat Al-Falaq tersebut yaitu bahwa manusia harus selalu berlindung kepada Allah karena Allah
adalah maha memiliki dan maha mengetahui apa yang belum engkau ketahui. Dengan demikian maka pondok pesantren Al-Falah berharap bahwa pondok
pesantren yang didirikan akan menjadi pelindung bagi masyarakat sekitar dari segala kejahatan yang dilarang oleh agama. Pondok Pesantren Al-Falah mulai
didirikan pada tahun 1930. Pengasuh atau pemimpin pondok pesantren Al- Falah yang pertama adalah KH. Mashadi yang mana KH. Mashadi adalah
pendiri dari pondok pesantren Al-Falah.
Munculnya pondok pesantren Al-Falah tidak terlepas dari kondisi objektif masyarakat sekitarnya. Kondisi masyarakat pada saat itu masih minim
sekali dengan beragam aktivitas religius. Sebaliknya masyarakat sangat akrab dengan kebiasaan-kebiasaan buruk sehingga mendorong seorang dermawan
yang bernama Mbah Durokhim untuk mendirikan pondok pesantren sebagai lembaga keagamaan untuk tempat berlangsungnya kegiatan-kegiatan
keagamaan. Mbah Durokhim mewakafkan sebagian tanahnya untuk didirikan pondok pesantren, kemudian Mbah Durokhim mencari seorang kyai yang
pada akhirnya mbah durokhim bertemu dengan KH. Mashadi yang mana KH Mashadi ini berasal dari Kota Salatiga tepatnya di Desa Pulutan Salatiga. KH
Mashadi kemudian menerima permintaan mbah durokhim untuk menjadi seorang kyai di Desa Kauman Lor, KH Mashadi diminta oleh Mbah Durokhim
untuk memilih tanah yang layak untuk dijadikan pondok pesantren. KH Mashadi memilih tanah di tengah-tengah perkampungan masyarakat
dan jaraknya tidak terlalu jauh dari jalan raya Salatiga-Bringin. Ini diharapkan agar pondok pesantren Al-Falah mudah dijangkau oleh masyarakat sekitar dan
masyarakat luas. Berdirinya pondok pesantren Al-Falah ini merupakan bukti perhatian masyarakat yang masih minim dengan aktivitas religius tersebut.
Dan tujuan utama didirikannya pondok pesantren Al-Falah yaitu untuk mengembangkan agama Islam di Desa Kauman Lor yang mana kondisi
masyarakatnya pada masa itu masih minim sekali pemahamannya tentang agama terutama agama Islam.
Pada awalnya KH. Mashadi mengadakan pengajian rutin setiap hari Selasa dan Minggu di Masjid Agung Kauman Lor yang dihadiri oleh
masyarakat Kauman Lor serta masyarakat luar. Kegiatan lain seperti pelajaran nahwu, shorof, mriti, jurumiah
yang diselenggarakan masih sederhana di lingkungan masjid sekitar, sehingga terkesan natural dan belum terbentuk
semacam lembaga pendidikan keagamaan yang formal. Fasilitas dan prasarana yang tersedia sangat terbatas contohnya pengajaran masih dilakukan di dalam
masjid dan belum ada ruangan untuk sekolah Madrasah diniyyah. Namun dengan berbagai kesederhanaan ini tidak menghambat proses pendidikan dan
pengajaran sebagai nadi dan misi utama pesantren. Dalam perkembangannya kegiatan tersebut berkembang menjadi sebuah pondok pesantren Al-Falah.
B. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Falah dari Masa Perintisan sampai