Pada awalnya KH. Mashadi mengadakan pengajian rutin setiap hari Selasa dan Minggu di Masjid Agung Kauman Lor yang dihadiri oleh
masyarakat Kauman Lor serta masyarakat luar. Kegiatan lain seperti pelajaran nahwu, shorof, mriti, jurumiah
yang diselenggarakan masih sederhana di lingkungan masjid sekitar, sehingga terkesan natural dan belum terbentuk
semacam lembaga pendidikan keagamaan yang formal. Fasilitas dan prasarana yang tersedia sangat terbatas contohnya pengajaran masih dilakukan di dalam
masjid dan belum ada ruangan untuk sekolah Madrasah diniyyah. Namun dengan berbagai kesederhanaan ini tidak menghambat proses pendidikan dan
pengajaran sebagai nadi dan misi utama pesantren. Dalam perkembangannya kegiatan tersebut berkembang menjadi sebuah pondok pesantren Al-Falah.
B. Perkembangan Pondok Pesantren Al-Falah dari Masa Perintisan sampai
Pada Masa Pembaharuan.
a. Masa Perintisan
Pada masa perintisan ini dimulai dari tahun 1930 ini merupakan masa- masa pembibitan dan penanaman dasar-dasar berdirinya sebuah wadah
pendidikan dalam bentuk pendidikan dalam bentuk pesantren. Pemimpin yang pertama mendirikan lembaga pendidikan ini adalah KH Mashadi yang berasal
dari Salatiga. Pada masa perintisan ini KH Mashadi dibantu masyarakat sekitar untuk mendirikan lembaga pendidikan keagamaan. KH Mashadi
menyadari bahwa di desa Kauman Lor pada saat itu masih sangat minim sekali pengetahuan tentang agama Islam. Masyarakat di desa Kauman Lor
sangat menerima kedatangan KH Mashadi di desa mereka untuk menyebarkan
agama Islam di desa tersebut, maka pada tahun 1930 didirikanlah pondok pesantren yang diberi nama pondok pesantren Al-Falah. KH. Mashadi dalam
menyebarkan agama Islam di Desa Kauman Lor juga di dampingi seorang istri yang bernama Nyai Nafsiah selain itu juga para putra putri KH. Mashadi juga
mendukung ayahnya dalam menyebarkan agama Islam di Desa Kauman Lor. Di desa itulah kemudian mulai dirintis pengajian-pengajian yang
bersifat umum, sorongan, bandongan maupun klasikal. Pengajian umum biasanya diselenggarakan seminggu dua kali yaitu pada hari selasa dan hari
minggu. Dan setiap subuh biasanya dilakukan pengajian sistem sorongan dan klasikal dengan materi Al Qur’an. Selain itu, pada siang hari berlangsung
pembelajaran tentang Kodriah Nagsobandiah, Fikih, Akhlak dan Tasawuf. Pada masa KH Mashadi pondok pesantren Al-Falah yang mengajar semua
materi pelajaran hanya diajarkan oleh KH Mashadi sendiri tanpa di bantu oleh orang lain.
Pada masa KH. Mashadi banyak orang yang datang di pondok pesantren Al-Falah untuk memahami agama Islam. Pada masa selanjutnya dengan
kondisi KH Mashadi yang tidak sekuat dulu, kemudian pondok pesantren di serahkan oleh KH Masrur yang dibantu oleh KH Abdul Rozak dan KH Jupri
yang berasal dari Salatiga. Kepengurusan pondok pesantren Al-Falah di serahkan kepada KH. Masrur dan KH. Abdul Rozak pada tahun 1980
dikarenakan putra dari KH. Mashadi meninggal dunia pada usia yang masih muda sehingga KH. Mashadi memberi kepercayaan kepada KH. Masrur dan
KH. Abdul Rozak untuk memimpin pondok pesantren Al-Falah, KH Masrur
dan KH Abdul Rozak sendiri adalah teman dari KH Mashadi sehingga KH. Mashadi mempercayakan Pondok pesantren Al-Falah untuk diasuh oleh
mereka. Pada masa kepengurusan KH. Masrur pondok pesantren Al-Falah
mengalami kemajuan selain pondok pesantren KH. Masrur mendirikan Madrasah Diniyyah dan taman pendidikan Al Qur’an yang di beri nama
Madrasah Diniyyah Faalahiyyah, selain mendirikan Madrasah Diniyyah dan taman pendidikan Al Qur’an KH. Masrur juga mendirikan Panti Asuhan
ARRI’AYAH. Pada dasarnya kedua lembaga tersebut berpacu pada pondok pesantren Al-Falah. Sistem pelajaran yang diajarkan oleh KH. Masrur dan KH
Abdul Rozak prinsipnya masih sama dengan yang diajarkan oleh KH. Mashadi namun yang membedakan adalah sistem Madrasah Diniyyah dan
panti asuhan sehingga menjadikan pondok pesantren lebih di kenal oleh masyarakat luas. Pada masa kepengurusan KH Masrur dan KH Abdul Rozak
pembelajarannya lebih diutamakan pada sistem akhlak dan tingkah laku para santri, yang mana pelajaran akhlak sangat penting untuk pedoman hidup
dalam bermasyarakat. Pondok pesantren pada masa pengasuhan KH. Masrur dan KH. Abdul
Rozak mengalami kemajuan sehingga menjadikan banyak orang yang ingin menimba ilmu agama di pondok pesantren Al-Falah, selain itu KH. Masrur
Dan KH. Abdul Rozak dan dibantu oleh KH. Jupri merenovasi masjid yang berada disekitar pondok pesantren karena tidak cukup untuk menampung
jama’ah sehingga diperlukan perenovasian agar mampu menampung jama’ah.
Pada masa membangun masjid masyarakat Kauman Lor sangat membantu baik dari segi materi maupun non materi selain itu masyarakat juga sangat
antusias dalam pembangunan masjid karena masjid tersebut adalah satu- satunya masjid yang ada di desa Kauman Lor. Perkembangan pondok
pesantren pada masa pengasuhan KH. Masrur dan KH. Abdul Rozak yang juga dibantu oleh KH. Jupri sangat mengalami kemajuan namun karena
keadaan mereka yang tidak sekuat dahulu kemudian kepengurusan pondok pesantren diberikan pada KH. Naf’an, KH. Abdul Jalil dan KH. Ghozi Harun
pada tahun 2001. Kepengurusan pondok pesantren Al-Falah sampai sekarang masih diasuh oleh ketiga kyai tersebut, namun kepengurusan pondok
pesantren diasuh oleh KH. Ghozi Harun. Pada masa kepengasuhan ketiga kyai tersebut pondok pesantren juga mengalami kemajuan yang pesat yang
mana banyak santri-santrinya datang dari berbagai daerah bahkan ada yang berasal dari luar pulau Jawa.
Kepemimpinan yang diterapkan oleh ketiga kyai tersebut menjadikan pondok pesantren Al-Falah menjadi satu-satunya lembaga non-formal di
bidang pendidikan dalam hal keagamaan yang mendapat banyak dukungan dari masyarakat luas, bahkan setiap ada acara keagamaan pondok pesantren
Al-Falah menjadi satu-satunya pondok pesantren yang dipercaya untuk menjadi tuan rumah. Sistem pendidikan yang diterapkan oleh ketiga pengasuh
pondok pesantren hampir sama namun yang membedakan dalam materi pembelajarannya. Materi pembelajarannya yang di tambah adalah Hadist,
Nahwuf Salammusibyan, Syaraf, Tafsir Al Qur’an, Jurumiah, Mriti,
Mutamimmah, Alfiah, selain kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
didalam kelas ada juga kegiatan yang dilakukan di luar kelas seperti kegiatan Akhirusannah
dan kegiatan Jum’at sore yang mana santri-santri ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut KH. Ghozi Harun, 09-08-2010.
Proses belajar mengajar biasanya selain di dalam kelas juga dilakukan di Masjid. Pengajian umum yang dilaksanakan dipondok pesantren Al-Falah
dilaksanakan setiap malam sabtu. Pengajian umum selain diikuti oleh masyarakat sekitar masjid juga diikuti oleh masyarakat yang berasal dari luar
desa Kauman Lor. Dan kegiatan belajar Tafsir Al Qur’an biasanya dilakukan setiap habis shalat subuh. Di pondok pesantren Al-Falah selain ilmu agama
Islam juga diajarkan ketrampilan. Kegiatan belajar ketrampilan tangan biasanya diajarkan setiap hari Jum’at. Ketrampilan yang diajarkan antara lain
ketrampilan menjahit dan ketrampilan dalam bidang mekanik motor. Ketrampilan yang diajarkan di luar kegiatan yang ada di dalam pondok
pesantren diharapkan dapat membantu para santri-santrinya untuk terjun ke dalam masyarakat, Sehingga dengan adanya kegiatan yang dilakukan di luar
kegiatan pondok pesantren banyak para santri-santrinya diminta bantuannya seperti membuatkan baju seragam anak sekolah TPA yang ada di sekitar desa
Kauman Lor. Dengan hasil yang dicapai para santri menjadikan bekal mereka untuk terjun kedalam masyarakat maupun untuk terjun kedunia kerja yang
memerlukan tantangan yang cukup keras sehingga dengan keahlian yang dimiliki oleh para santri akan menjadi jawaban dari tantangan tersebut KH.
Ghozi Harun, 09-08-2010..
Dalam melaksanakan kegiatan di luar pondok pesantren biasanya para santri sangat antusias dalam mengikuti pelajaran jahit menjahit bahkan para
santrinya sangat memperhatikan praktek yang diajarkan oleh guru privat. Dalam melaksanakan kegiatan tersebut jika ada salah satu santri yang
terlambat biasanya santri tersebut di hukum, biasanya hukumannya adalah menghafal ayat-ayat Al Qur’an. Untuk memberi tanda masuk dalam pelajaran
tambahan digunakan tanda bel sehingga para santri dapat mengetahui bahwa kegiatan belajar menjahit sudah dimulai. Dan selain kegiatan belajar menjahit
ada juga pelajaran mekanik motor yang mana gurunya juga berasal dari luar pondok pesantren. Pelaksanaannya dilakukan setelah selesai kegiatan
ketrampilan menjahit.
Pelajaran non-formal
ketrampilan menjahit
dilaksanakan setiap hari Jum’at. Pondok pesantren Al-Falah menyelenggarakan kegiatan non-formal
karena pondok ingin menyiapkan para santri setelah lulus dari pondok mereka memiliki ketrampilan. Maka dengan ketrampilan yang dimiliki nantinya akan
menjadi bekal untuk masa depan. Selain itu pondok pesantren Al-Falah menyelenggarakan kegiatan non-formal tentunya untuk menarik perhatian
masyarakat terhadap pondok pesantren Al-Falah. Selain itu,orang tua santri mempercayakan anak-anak mereka di pondok pesantren.
Materi yang diajarkan pada kegiatan ketrampilan menjahit antara lain membuat pola dasar, membuat legan badan dan lengan belakang, membuat
rok dan jenis-jenis rok, membuat celana pendek, dan membuat baju kebaya dan jas mini. Dan materi mekanik motor antara lain pengetahuan umum dan
motor bakar dan jenis bahan bakar, Dasar-dasar kontruksi motor bakar, sistem-sistem yang terpenting dalam motor bakar, memahami mesin yaitu
kepala silinder dan klep-klep, silinder dan piston, kopling dan memindahan transmissi, alternator, kopling stater dan penegang rantai mesin dan poros
engkol, transmissi dan kick stater, selain pelajaran tentang mesin juga diajarkan tentang alat ukar.
Kegiatan pendidikan mekanik motor diikuti dari berbagai daerah yang ada disekitar pondok pesantren Al-Falah. Peserta yang ikut berpartisipasi
dalam kegiatan pendidikan mekanik motor antara lain para santri yang ada di pondok pesantren dan yang berasal dari masyarakat biasa. Kegiatan yang
direncakan oleh pondok pesantren Al-Falah ini mendapat dukungan dari masyarakat luas. Dengan bukti bahwa kegiatan mekanik motor tersebut diikuti
oleh masyarakat luas, selain pelajaran mekanik motor pelajaran tentang ketrampilan menjahit juga mendapat respon dari masyarakat luas yang mana
kegiatan tersebut juga diikuti dari berbagai kalangan masyarakat. Peserta ketrampilan menjahit selain khusus untuk para santri pondok pesantren juga
diikuti oleh pemuda dan ibu rumah tangga yang berada di sekitar pondok pesantren. Dengan adanya kegiatan-kegiatan diluar pondok pesantren
mengakibatkan pondok pesantren Al-Falah lebih dikenal oleh masyarakat luas. Pondok pesantren Al-Falah dalam asuhan ketiga kyai yaitu KH. Masrur,
KH. Naf’an, KH. Ghozi Harun sudah mengalami renovasi fisik bangunan sekolah dan masjid. Pada bangunan masjidnya sudah beberapa kali dilakukan
renovasi pertama dilakukan pada masa kepengasuhan KH Masrur yaitu pada
tahun 1986 sampai tahun 1990 dan yang kedua pada masa KH Naf’an yaitu pada tahun 2008 dan yang terakhir pada mas KH Ghozi Harun pada tahun
2012. Dalam proses renovasi masjid dan pondok pesantren biaya pembangunan ditanggung oleh masyarakat kauman lor dan dari donatur-
donatur setempat, sedangkan dalam proses pengerjaannya masyarakat sekitar dibantu oleh tukang bangunan sehingga pembangunan masjid dapat
diselesaikan tepat pada waktunya. Dengan demikian maka peran masyarakat sangat penting dalam perkembangan pondok pesantren Al-Falah.
C. Struktur Organisasi Kepengurusan Pondok Pesantren Al-Falah