Universitas Sumatera Utara BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet orang
yang telah terinfeksi basil tuberkulosis. Sebagian besar kuman menyerang paru lewat saluran pernafasan, tetapi juga dapat mengenai organ tubuh lainnya
Kementerian Kesehatan RI, 2013. Pasien dapat dikatakan suspek TB jika terdapat gejala atau tanda TB yang
meliputi batuk produktif lebih dari 2 minggu dan disertai dengan gejala pernapasan sesak napas, nyeri dada, hemoptisis danatau gejala tambahan
meliputi tidak nafsu makan, penurunan berat badan, keringat malam, dan mudah lelah. Sedangkan yang dimaksud dengan kasus TB pasti adalah pasien TB
dengan ditemukan Mycobacterium tuberculosis yang diidentifikasi dari spesimen klinik jaringan, cairan tubuh, usap tenggorok, dll dan kultur. Perhimpunan
Dokter Paru Indonesia, 2011 Pada tahun 2011, diperkirakan ada 8,7 juta insiden tuberkulosis. Kasus TB
baru paling banyak terjadi di Asia 59 dan Afrika 26. Jumlah yang lebih kecil berada di wilayah Mediterania Timur 7,7, Eropa 4,3, dan Amerika
3. Berdasarkan data WHO pada tahun 2011, lima negara dengan insiden kasus TB terbanyak yaitu, India 2,0-2,5 juta, China 0,9-1,0 juta, Afrika Selatan 0,4-
0,6 juta, Indonesia 0,4-0,5 juta, dan Pakistan 0,3-0,5 juta WHO, 2012. Di Indonesia, jumlah kasus baru BTA+ yang ditemukan pada tahun 2012
sebanyak 202.301 kasus. Jumlah tersebut sedikit lebih rendah bila dibandingkan kasus baru BTA+ yang ditemukan tahun 2011 yang sebesar 197.797 kasus.
Jumlah kasus tertinggi yang dilaporkan terdapat di provinsi dengan jumlah penduduk yang tinggi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Kasus
baru di tiga provinsi tersebut sekitar 40 dari jumlah seluruh kasus baru di Indonesia Kementrian Kesehatan RI, 2012. Di Sumatera Utara sendiri,
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan jumlah penduduk tahun 2012, diperhitungkan sasaran penemuan kasus baru TB Paru BTA + di Provinsi Sumatera Utara adalah sebesar 21.145
jiwa, dan hasil cakupan penemuan kasus baru TB Paru BTA + yaitu 17.459 kasus atau 82,57. Angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan
tahun 2011 yaitu 76,57 dan 2010 yaitu 68,86 Kementerian Kesehatan RI, 2013.
Proses infeksi yang terjadi pada tuberkulosis meninggalkan jaringan parut pada tempat yang terjadi peradangan Price, 2006. Proses ini akan membentuk
daerah fibrosis di paru yang mengalami peradangan sehingga dapat mengurangi jumlah total jaringan paru fungsional Guyton dan Hall, 2008. Selain itu, terjadi
reaksi radang nonspesifik yang luas karena tertariknya netrofil ke dalam parenkim paru oleh makrofag aktif sehingga beban proteolitik meningkat yang akhirnya
akan merusak matriks alveoli Banaiee et all, 2006. Akibat perubahan struktur jaringan paru tersebut dapat terjadi berbagai
kelainan fungsi paru, yaitu obstruktif, restriktif, dan kombinasi obstruktif dan restriktif, yang dapat dididagnosis secara mudah dengan pemeriksaan uji faal
paru, dimana tes ini lebih sensitif untuk menentukan kelainan fungsi paru dibanding anamnesis, pemeriksaan fisis, dan radiologis Syamsuri, 2000.
Menurut hasil penelitian Syamsuri 2000 mengenai uji faal paru pada bekas penderita tuberkulosis, ditemukan bahwa dari 19 penderita dengan lesi
minimal didapatkan 6 31,6 uji faal parunya normal, 7 36,8 menunjukkan kelainan faal restriktif, 1 5,3 kelainan obstruktif, dan 5 26,3 kelainan
campuran. Sementara pada 17 penderita dengan lesi sedang, 3 17,6 penderita mempunyai uji faal paru yang normal, 1 5.9 menunjukkan kelainan restriktif,
2 11,8 kelainan obstruktif, dan 11 64,7 kelainan campuran. Sedang dari 14 penderita dengan lesi luas, 1 7,1 faal parunya normal dan 13 92,9
menunjukkan kelainan faal campuran. Hasil penelitian ini cukup sesuai dengan penelitian yang dilakukan Aisyah 2011 di mana hasilnya adalah 18,75
mempunyai uji faal paru normal, 15,62 dengan kelainan restriktif, 3,13 dengan kelainan obstruktif, dan 62,5 dengan kelainan campuran. Namun hasil
penelitian Chung 2010 didapati 32,9 dengan fungsi paru normal, 9,3 dengan
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
kelainan restriktif, 48,6 dengan kelainan obstruktif, dan 9,3 dengan kelainan campuran.
Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena penelitian mengenai hubungan hasil uji faal paru dengan gambaran foto toraks pada
penderita bekas tuberkulosis belum pernah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2. Rumusan Masalah