Uji Spirometri Hubungan Hasil Uji Faal Paru dengan Gambaran Foto Toraks pada _..Penderita Bekas Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara 3. Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara ekstra maksimal yang dapat diekspirasi melalui ekspirasi kuat pada akhir ekspirasi tidal normal. Jumlah normalnya adalah sekitar 1100 ml. 4. Volume residu adalah volume udara yang masih tetap berada dalam paru setelah ekspirasi maksimal. Besarnya kira-kira 1200 ml Guyton dan Hall, 1997. Kadang-kadang perlu menyatukan dua atau lebih volume paru untuk menguraikan peristiwa-peristiwa dalam siklus paru. Kombinasi ini disebut kapasitas paru. Kapasitas paru yang penting antara lain : 1. Kapasitas inspirasi adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai dengan ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai dengan jumlah maksimum. Besarnya sama dengan volume tidal ditambah volume cadangan inspirasi yang jumlahnya sekitar 3500 ml. 2. Kapasitas vital adalah jumlah udara maksimum yang dapat diekspirasi maksimal setelah inspirasi maksimal. Besarnya sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah volume tidal dan volume cadangan ekspirasi yang jumlahnya sekitar 4600 ml. 3. Kapasitas residu fungsional adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal. Besarnya sama dengan volume cadangan ekspirasi ditambah volume residu yang jumlahnya sekitar 2300 ml. 4. Kapsitas paru total adalah volume maksimum yang dapat mengembangkan paru sebesar mungkin dengan inspirasi sekuat mungkin. Besarnya sama dengan kapsitas vital ditambah volume residu yang jumlahnya sekitar 5800 ml. Guyton dan Hall, 1997

2.9 Uji Spirometri

Untuk pemeriksaan faal paru dapat digunakan alat yang disebut spirometer. Spirometer adalah suatu alat sederhana yang dilengkapi pompa atau bel yang akan bergeser pada waktu pasien bernapas ke dalamnya melalui sebuah katup dan tabung penghubung Wilson, 2006. Pemeriksaan spirometri adalah suatu metode pemeriksaan fungsi paru dengan cara mengukur volume udara yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara dapat dihembuskan pasien setelah inspirasi maksimal GOLD, 2010. Pemeriksaan spirometri ditujukan untuk mengetahui fungsi ventilasi dan komplians paru. Nilai-nilai berikut ini biasa diukur dengan menggunakan spirometer : 1. Forced vital capacity FVC adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan secara paksa setelah inspirasi sedalam mungkin. 2. Forced expiratory volume FEV adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan secara paksa dalam sekali napas. Jumlah udara yang dihembuskan biasanya dihitung selama satu detik FEV 1 , dua detik FEV 2 , atau tiga detik FEV 3 . 3. Peak expiratory flow PEF adalah kecepatan udara yang dapat dihembuskan dengan paksa. Biasanya dihitung bersamaan dengan FVC. 4. Maximum voluntary ventilation adalah jumlah udara terbanyak yang dapat dihirup dan dihembuskan dalam 1 menit. 5. Slow vital capacity SVC adalah jumlah udara yang dapat dihembuskan secara perlahan setelah inspirasi sedalam mungkin. 6. Total lung capacity TLC adalah jumlah udara yang berada dalam paru- paru setelah inspirasi sedalam mungkin. 7. Funtional residual capacity FRC adalah jumlah udara dalam paru-paru pada akhir ekspirasi normal. 8. Residual volume RV adalah jumlah udara dalam paru-paru setelah ekspirasi penuh. Volume ini dapat diukur dengan menghirup gas helium atau nitrogen dan hitung berapa jumlahnya yang dihembuskan. 9. Expiratory reserve volume ERV adalah perbedaan antara jumlah udara dalam paru-paru setelah ekspirasi normal FRC dan jumlah udara setelah ekspirasi paksa RV WebMD, 2013. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 2.2. Indikasi spirometri Diagnostik Evaluasi keluhan dan gejala deformitas rongga dada, sianosis, penurunan suara napas, perlambatan udara ekspirasi, overinflasi, ronki yang tidak dapat dijelaskan Evaluasi hasil laboratoriun abnormal foto torals abnormal, hiperkapnia, hipokalsemia, polisitemia Menilai pengaruh penyakit pada fungsi paru Deteksi dini seseorang yang memiliki risiko menderita penyakit paru perokok, pekerja yang terpajan substansi tertentu Pemeriksaan rutin risiko pra-pembedahan, menilai prognosis, menilai status kesehatan Monitoring Menilai efek terapi terapi bronkodilator, terapi steroid Menggambarkan perjalanan penyakit penyakit paru, interstitial lung disease ILD, gagal jantung kronik, penyakit neuromuskuler, sindrom Guillain-Barre Efek samping obat pada paru Evaluasi kecacatan Kesehatan masyarakat Sumber : Harahap, 2012 Tabel 2.3. Klasifikasi Abnormalitas Faal Paru pada Uji Spirometri OBSTRUKTIF RESTRIKTIF CAMPURAN FEV 1 Menurun Menurun atau normal Menurun FVC Menurun atau normal Menurun Menurun FEV 1 FVC Menurun Menurun atau normal Menurun Sumber : Johns, 2008 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Gambar 2.3. Pola Ekspirasi Paksa pada Faal Paru Normal, Obstruktif, dan Restriktif Sumber : West, 2003 Dalam uji spirometri, FEV dihubungkan dengan FVC atau VC dan dinyatakan sebagai FEV 1 FVC. Pada individu normal, nilai FEV 1 FVC adalah 80. Tidak banyak perbedaan apakah FVC atau VC yang dipergunakan sebagai rasio, hasilnya kira-kira sama. Rasio ini bermanfaat untuk membedakan antara penyakit yang menyebabkan kelainan obstruksi dan restriksi Wilson, 2006. Pada penyakit obstruktif terjadi gangguan yang menyebabkan perlambatan aliran udara ekspirasi sehingga terjadi penurunan FEV 1 yang lebih besar daripada FVC sehingga rasio FEV 1 FVC menjadi kurang dari 80. Sedangkan pada penyakit restriktif terjadi gangguan pengembangan paru sehingga nilai FEV 1 dan FVC sama-sama menurun, sehingga rasio FEV 1 FVC tetap sekitar 80, bahkan lebih Wilson, 2006. Selain itu dapat pula ditemukan kelainan kombinasi antara obstruktif dan retriktif bentuk campuran. Hal ini diakibatkan proses patologi yang mengurangi volume paru, kapasitas vital, dan aliran napas, yang juga mengenai saluran napas. Rendahnya FEV 1 FVC merupakan indikasi obstruktif saluran napas dan kecilnya volume paru merupakan indikasi kelainan restriktif. Beberapa kerusakan dapat menghasilkan bentuk campuran ini, seperti penyakit parenkim paru yang melibatkan fibrosis pada saluran napas sehingga terjadi obstruksi Antaruddin, 2000. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 Kerangka Konsep