Universitas Sumatera Utara
c. Lesi Luas Bila proses tuberkulosis paru lebih luas dari lesi sedang Alasgaff
dan Mukty, 2005.
2.5 Gejala Klinis Tuberkulosis Paru
Gejala klinis TB dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala sistemik. Bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala
respiratori. 1. Gejala respiratori
a. Batuk produktif ≥ 2 minggu
b. Batuk darah c. Sesak nafas
d. Nyeri dada PDPI, 2011 Gejala respiratori sangat bervariasi dari mulai tidak bergejala
sampai gejala yang cukup berat bergantung dari luas lesi PDPI, 2011. Gejala respiratori juga menunjukkan adanya sesak napas yang dapat
diakibatkan kelainan faal paru berupa kelainan restriktif dan obstruktif. Kelainan restriktif terjadi karena adanya fibrosis pada jaringan paru,
sedangkan kelainan obstruktif dapat terjadi karena emfisema dan juga stenosis dari bronkus Crofton dan Douglas, 1975.
2. Gejala Sistemik a. Demam
b. Keringat malam c. Anoreksia
d. Berat badan menurun PDPI, 2011 3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
Gejala ini tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak
nyeri dari kelenjar getah bening. Pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis. Sementara pada pleurutis tuberkulosis terdapat gejala
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang rongga pleuranya terdapat cairan PDPI, 2011
2.6 Diagnosis
Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan :
1. Gejala Klinis a. Gejala respiratori
a.1. Batuk produktif ≥ 2 minggu
a.2. Batuk darah a.3. Sesak nafas
a.4. Nyeri dada PDPI, 2011 Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada
gejala sampai gejala yang cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang penderita terdiagnosis pada saat medical check up. Bila
bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka penderita mungkin tidak ada gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena
iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk diperlukan untuk membuang dahak ke luar.
b. Gejala sistemik b.1.Demam
b.2.Keringat malam b.3.Anoreksia
b.4.Berat badan menurun PDPI, 2011 2. Pemeriksaan fisik
a. Konjungtiva palpebra atau kulit pucat karena anemia b. Badan kurus dan berat badan menurun
c. Hasil perkusi toraks redup dan auskultasi suara napas bronkial, dicurigai adanya infiltrate yang agak luas
d. Hasil perkus toraksi hipersonor atau timpani dan auskultasi suara amforik, kemingkinan ada kavitas yang besar
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
e. Atrofi dan retraksi otot-otot interkostal pada tuberkulosis paru lanjut
f. Terlihat adanya paru-paru yang tertinggal saat bernapas apabila terjadi efusi pleura Amin dan Bahar, 2009
3. Pemeriksaan bakteriologi Dengan cara pemeriksaan sputum penderita yang diambil 3 kali SPS:
sewaktu, pagi, sewaktu atau setiap pagi selama 3 hari berturut-turut. Sputum ini nantinya akan diuji dengan pemeriksaan Bakteri Tahan Asam
BTA. Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan cara melakukan pewarnaan Ziehl-Nielsen ataupun pewarnaan Kinyoun-Gabbett PDPI,
2011 . Dapat juga dilakukan pewarnaan auramindho-damin untuk pemeriksaan dengan mikroskop fluoresens dengan sinar ultra violet,
namun jarang dilakukan karena dicurigai bersifat karsinogenik Amin dan Bahar, 2009.
lnterpretasi hasil pemeriksaan mikroskopik dari 3 kali pemeriksaan ialah bila :
a. 2 kali +, 1 kali - → Mikroskopik +
b. 1 kali +, 2 kali - → ulang BTA 3 kali , kemudian :
b.1.bila 1 kali +, 2 kali - → Mikroskopik +
b.2.bila 3 kali - → Mikroskopik -
Interprestasi hasil pemeriksaan mikroskopik berdasarkan skala International Union Against Tuberculosis and Lung Disease
IUATLD : a. Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapangan pandang
→ -. b. Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapangan pandang
→ laporkan jumlah pasti dari basil yang ditemukan.
c. Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapangan pandang → 1+.
d. Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapangan pandang, periksa 50 .lapangan pandang
→ 2+. e. Ditemukan 10 BTA dalam 1 lapangan pandang, periksa 20
lapangan pandang → 3+ Lumb, et al., 2013.
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
Selain pemeriksaan mikroskopik, BTA juga dapat diperiksa dengan melakukan kultur pada media. Media kultur yang dipakai dengan metode
konvensional adalah egg base media seperti Lowenstein-Jensen, Ogawa, Kudoh dan agar base media seperti Middle brook. Koloni kuman akan
tampak setelah 4-6 minggu setelah penanaman sputum dalam medium biakan. Apabila sampai 8 minggu sejak penanaman sputum koloni tidak
juga nampak, maka kultur dinyatakan negatif Amin dan Bahar, 2009. 4. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan standar adalah foto toraks PA dengan atau tanpa foto lateral. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru segmen
apikal lobus atas atau segmen apikal lobus bawah tetapi dapat juga mengenai lobus bawah bagian inferior atau di daerah hilus menyerupai
tumor paru misalnya tuberkulosis endobrakial Amin dan Bahar, 2009. Gambaran radiologis yang dicurigai sebagai lesi tuberkulosis aktif :
a. Bayangan berawannodular di segmen apikal dan dan posterior lobus atas paru dan segmen superior lobus bawah.
b. Kavitas, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau noduler.
c. Bayangan bercak milier. d. Efusi pleura unilateral atau bilateral PDPI, 2011.
Gambaran radiologis yang dicurigai lesi TB inaktif : a. Fibrotik
b. Kalsifikasi c. penebalan pleura PDPI, 2011
Luas lesi yang tampak pada pemeriksaan foto toraks dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Lesi minimal Minimal tuberculosis b. Lesi sedang Moderately advanced tuberculosis
c. Lesi luas Far advanced tuberculosis Amin dan Bahar, 2011 Tuberkulosis sering memberikan hasil gambaran yang aneh-aneh,
sehingga dikatakan tuberculosis is the great imitator, karena hasil
Universitas Sumatera Utara
Universitas Sumatera Utara
gambaran yang didapat banyak yang menyerupai gambaran penyakit lain. Selain itu, faktor kesalahan dalam pembacaan foto dapat
mencapai 25. Oleh sebab itu, untuk diagnostik radiologi sering juga dilakukan foto lateral, top lordotik, oblik, tomografi, dan foto dengan
proyeksi densitas keras Amin dan Bahar, 2009.
Gambar 2.2. Alur Diagnosis TB Paru Sumber : Depkes, 2011
2.7 Pengobatan Tuberkulosis Paru