Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Definisi Tuberkulosis Etiologi dan Faktor Risiko Tuberkulosis

Universitas Sumatera Utara kelainan restriktif, 48,6 dengan kelainan obstruktif, dan 9,3 dengan kelainan campuran. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini karena penelitian mengenai hubungan hasil uji faal paru dengan gambaran foto toraks pada penderita bekas tuberkulosis belum pernah dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui adakah hubungan hasil uji faal paru dengan gambaran foto toraks pada penderita bekas tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan ?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui hubungan hasil uji faal paru dengan gambaran foto toraks pada penderita bekas tuberkulosis. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui karakteristik penderita bekas tuberkulosis yang meliputi : jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, dan kategori pengobatan. 2. Untuk mengetahui gambaran faal paru pada penderita bekas tuberkulosis paru. 3. Untuk mengetahui gambaran foto toraks pada penderita bekas tuberkulosis paru.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Masyarakat Sebagai sumber pengetahuan, sehingga dapat menambah wawasan masyarakat mengenai kelainan faal paru yang diakibatkan oleh penyakit tuberkulosis. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 1.4.2. Bagi Institusi Sebagai karya tulis ilmiah terbaru yang dapat diterbitkan di website institusi yang bersangkutan, dalam hal ini yaitu FK USU. 1.4.3. Bagi Peneliti Sebagai tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran dan sebagai sarana untuk memenuhi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Tuberkulosis

Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit yang diketahui banyak menginfeksi manusia yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis kompleks. Penyakit ini biasanya menginfeksi paru. Transmisi penyakit biasanya melalaui saluran nafas yaitu melalui droplet yang dihasilkan oleh pasien yang terinfeksi TB paru O’Brien dan Raviglione, 2005.

2.2 Etiologi dan Faktor Risiko Tuberkulosis

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh infeksi kuman basil Mycobacterium tuberculosis. Organisme ini termasuk ordo Actinomycetalis, familia Mycobacteriaceae dan genus Mycobacterium. Genus Mycobacterium memiliki beberapa spesies diantaranya Mycobacterium tuberculosis yang menyebabkan infeksi pada manusia. Basil tuberkulosis berbentuk batang ramping lurus, tapi kadang-kadang agak melengkung, dengan ukuran panjang 2 μm-4 μm dan lebar 0,2 μm–0,5 μm. Organisme ini tidak bergerak, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul, bila diwarnai akan terlihat berbentuk manik-manik atau granuler Herchline, 2013. Sebagian besar basil tuberkulosis menyerang paru, tetapi dapat juga menyerang organ tubuh lain. Mycobacterium tuberculosis merupakan mikobakteria tahan asam dan merupakan mikobakteria aerob obligat dan mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana. Dibutuhkan waktu 18 jam untuk menggandakan diri dan pertumbuhan pada media kultur biasanya dapat dilihat dalam waktu 6-8 minggu Putra, 2010. Suhu optimal untuk tumbuh pada 37ºC dan pH 6,4-7,0. Jika dipanaskan pada suhu 60ºC akan mati dalam waktu 15-20 menit. Kuman ini sangat rentan terhadap sinar matahari dan radiasi sinar ultraviolet. Selnya terdiri dari rantai panjang glikolipid dan phospoglican yang kaya akan mikolat mycosida yang melindungi sel Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara mikobakteria dari lisosom serta menahan pewarna fuschin setelah disiram dengan asam basil tahan asam Herchline, 2013. Mycobacterium tuberculosis cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia daripada bakteri yang lain karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhannya yang berkelompok. Bahan celup misalnya, malakit hijau atau zat antibakteri misalnya penisilin yang bersifat bakteriostatik terhadap bakteri lain dapat dimasukkan dalam medium pertumbuhan tanpa menghambat pertumbuhan basil tuberkulosis. Selain itu, basil tuberkel juga mampu bertahan dari pengeringan dan dapat hidup untuk waktu yang lama pada sputum yang dikeringkan Brooks, et al., 2010. Faktor risiko terjadinya penyakit tuberkulosis paru dikelompokkan kedalam 2 kelompok faktor risiko yaitu faktor kependudukkan dan faktor lingkungan. Faktor kependudukan meliputi: jenis kelamin, umur, status gizi, status imunisasi, dan kondisi sosial ekonomi. Adapun faktor risiko lingkungan meliputi: kepadatan penghuni, lantai rumah, ventilasi, pencahayaan, kelembaban, suhu dan ketinggian. Selain itu, kondisi imunitas seseorang juga sangat berpengaruh pada kemungkinan terkena tuberkulosis paru, salah satunya adalah HIVAIDS. Pada penderita AIDS, sistem kekebalannya akan rusak sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Jadi, semakin banyak orang yang mengidap AIDS, maka semakin banyak pula penderita tuberkulosis paru Ruswanto, 2010. Gambar 2.1. Faktor Risiko Tuberkulosis Paru Sumber : Ruswanto, 2010 Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 2.3 Patogenesis Tuberkulosis Paru Penularan tuberkulosis paru terjadi karena droplet yang terdapat di udara akibat dibatukkan atau dibersinkan oleh penderita. Pada penderita tuberkulosis paru aktif, 3000 partikel droplet, dengan paling sedikit 10 basil yang dapat memulai infeksi. Partikel infeksi ini dapat menetap dalam udara bebas selama 1-2 jam, tergantung pada ada atau tidaknya sinar ultraviolet, ventilasi yang buruk dan kelembaban. Bakteri ini dapat bertahan selama berhari-hari sampai berbulan-bulan pada suasana lembab Amin dan Bahar, 2009 ; Herchline, 2013. Bila partikel ini terhirup, maka partikel ini akan menempel pada saluran napas dan jaringan paru. Partikel dapat masuk ke alveolar bila ukurannya 5 mikrometer. Organisme ini akan tumbuh dalam 2-12 minggu hingga mencapai jumlah 1000-10.000 basil. Jumlah ini akan cukup untuk memunculkan respon imun selular yang bisa terdeteksi dengan tuberculin skin test . Bakteri ini pertama kali akan dihadapi oleh netrofil, kemudian oleh makrofag. Kebanyakan partikel ini akan mati atau dibersihkan oleh makrofag keluar dari percabangan trakeobronkial bersama gerakan silia dengan sekretnya Amin dan Bahar, 2009 ; Herchline, 2013. Bakteri yang bertahan hidup dalam jaringan paru akan membentuk suatu sarang tuberkulosis yang disebut sarang primer atau sarang fokus Ghon. Sarang primer ini dapat muncul di setiap bagian paru, namun paling sering pada bagian basal Brooks, et al, 2010 . Dari sarang primer akan muncul peradangan saluran getah bening menuju hilus dan juga diikuti pembesaran kelenjar getah bening hilus. Semua proses ini memakan waktu 3-8 minggu. Kompleks primer ini selanjutnya dapat menjadi : 1. Sembuh tanpa meninggalkan kecacatan. 2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas berupa garis-garis fibrotik, kalsifikasi di hilus dan dapat teraktivasi kembali akibat adanya bakteri yang dorman. 3. Menimbulkan komplikasi dan penyebaran Amin dan Bahar, 2009 Bakteri yang dorman pada tuberkulosis primer dapat muncul bertahun- tahun kemudian menjadi tuberkulosis pascaprimer. Hal ini bisa diakibatkan oleh Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara kelanjutan ataupun reaktivasi dari sarang primer maupun superinfeksi dari basil tuberkulosis Crofton dan Douglas, 1975. Bentuk ini dimulai dengan sarang dini yang biasanya terletak pada bagian atas lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil, dan kemudian dapat mengalami : 1. Reabsorbsi tanpa meninggalkan cacat 2. Menyisakan serbukan jaringan fibrosis, mengeras dan menyebabkan pengapuran, dapat juga meluas sebagai granuloma lalu berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar dan bagian tengahnya mengalami nekrosis menjadi lembek membentuk perkejuan. Bila jaringan perkejuan dibatukkan, akan menimbulkan kavitas Amin dan Bahar, 2009.

2.4 Klasifikasi Tuberkulosis Paru