Klasifikasi Tuberkulosis Paru Hubungan Hasil Uji Faal Paru dengan Gambaran Foto Toraks pada _..Penderita Bekas Tuberkulosis di RSUP H. Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara kelanjutan ataupun reaktivasi dari sarang primer maupun superinfeksi dari basil tuberkulosis Crofton dan Douglas, 1975. Bentuk ini dimulai dengan sarang dini yang biasanya terletak pada bagian atas lobus superior maupun lobus inferior. Sarang dini awalnya berbentuk sarang pneumonik kecil, dan kemudian dapat mengalami : 1. Reabsorbsi tanpa meninggalkan cacat 2. Menyisakan serbukan jaringan fibrosis, mengeras dan menyebabkan pengapuran, dapat juga meluas sebagai granuloma lalu berkembang menghancurkan jaringan ikat sekitar dan bagian tengahnya mengalami nekrosis menjadi lembek membentuk perkejuan. Bila jaringan perkejuan dibatukkan, akan menimbulkan kavitas Amin dan Bahar, 2009.

2.4 Klasifikasi Tuberkulosis Paru

1. Berdasarkan patologis : a. Tuberkulosi primer b. Tuberkulosis post-primer 2. Berdasarkan aktivitas radiologis : a. Tuberkulosis paru aktif Koch Pulmonum b. Tuberkulosis non-aktif c. Tuberkulosis quiescent bentuk aktif yang mulai menyembuh Amin dan Bahar, 2009. 3. Berdasarkan hasil pemeriksaan sputum : a. TB Paru BTA positif a.1. Minimal satu dari sekurang-kurangnya dua kali pemeriksaan dahak menunjukkan hasil positif BTA pada laboratorium yang memenuhi standar Quality External Assurance QEA. Sebaiknya yang diperiksa dahak pagi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Pada laboratorium yang belum memenuhi standar QEA : a.2. Dua atau lebih pemeriksaan dahak positif BTA. a.3. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan foto toraks menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. a.4. Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan positif. b. TB Paru BTA Negatif b.1.Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA negatif tetapi biakan menunjukkan tuberkulosis positif pada laboratorium yang memenuhi standar QEA. Pada laboratorium yang tidak mempunyai fasilitas kultur : b.2.Sedikitnya dua hasil pemeriksaan dahak menunjukkan BTA negatif ditambah hasil foto toraks menunjukkan gambaran TB aktif disertai salah satu : dari hasil pemeriksaan HIV positif atau hasil pemeriksaan HIV negatif namun tidak menunjukkan perbaikan setelah pemberian antibiotik spektrum luas atau gambaran foto toraksnya tidak berubah pada foto serial. c. Kasus Bekas TB c.1. Hasil pemeriksaan sputum dan biakan negatif dan gambaran foto toraks menunjukkan lesi yang tidak aktif PDPI, 2011. 4. Berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya : a. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan 4 minggu. b. Kasus kambuh Relaps Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan BTA positif apusan atau kultur. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara c. Kasus setelah putus berobat Default Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif. d. Kasus setelah gagal Failure Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih selama pengobatan. e. Kasus pindahan Transfer in Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki register TB lain untuk melanjutkan pengobatannya. f. Kasus lain Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan di atas. Dalam kelompok ini termasuk kasus kronik, yaitu pasien dengan hasil pemeriksaan masih BTA + setelah selesai pengobatan ulangan Depkes, 2011. 5. Berdasarkan gambaran radiologis luas lesi menurut American Thoracic Society dan National Tuberculosis Association : a. Lesi Minimal Bila proses tuberkulosis paru mengenai sebagian kecil dari satu atau kedua paru dengan luas tidak lebih dari volume paru yang terletak di atas chondrosternal junction dari iga kedua dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis ke-4 atau korpus vertebra torakalis ke-5 dan tidak dijumpai kavitas. b. Lesi Sedang Bila proses tuberkulosis paru lebih luas dari lesi minimal dan dapat menyebar dengan densitas sedang, tetapi luas prosesnya tidak boleh lebih dari luas satu paru. Atau bila proses tuberkulosis mempunyai densitas lebih padat, lebih tebal confluent, maka luas lesi tersebut tidak boleh lebih dari sepertiga luas satu paru. Bila disetai kavitas, maka diameter semua kavitas tidak boleh lebih dari 4 cm. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara c. Lesi Luas Bila proses tuberkulosis paru lebih luas dari lesi sedang Alasgaff dan Mukty, 2005.

2.5 Gejala Klinis Tuberkulosis Paru