Deskripsi Lokasi Penelitian Deskripsi Karakteristik Sampel

Universitas Sumatera Utara BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Poliklinik Rawat Jalan TB di Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik RSUP HAM kota Medan Provinsi Sumatera Utara yang berlokasi di Jalan Bunga Lau no. 17, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan. Rumah Sakit ini merupakan Rumah Sakit Pemerintah dengan Kategori Kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 2233MenkesSKXI2011. Selain itu, RSUP Haji Adam Malik Medan juga merupakan rumah sakit rujukan untuk Wilayah Sumatera yang meliputi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau sehingga dapat dijumpai pasien dengan latar belakang yang sangat bervariasi. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 502MenkesIX1991 tanggal 6 September 1991, RSUP Haji Adam Malik ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Sampel

Pengambilan data pasien dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2014. Data diambil dari 32 orang pasien, baik secara langsung maupun dari data rekam medis. Karakteristik yang diamati terhadap sampel adalah jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan,kategori pengobatan, gambaran foto toraks, dan hasil uji faal paru. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Berikut ini diuraikan mengenai distribusi frekuensi sampel berdasarkan jenis kelamin dalam penelitian ini : Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Jenis Kelamin Variabel Frekuensi n Persentase Laki-laki 20 62,5 Perempuan 12 37,5 Total 32 100 Berdasarkan uraian tabel 5.1. di atas, dapat diketahui bahwa sampel yang didapatkan lebih banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 20 orang 62,5 sedangkan perempuan didapatkan sebanyak 12 orang 37,5. Berikutnya distribusi frekuensi sampel berdasarkan usia, dapat dilihat di tabel di bawah ini. Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Usia Variabel Frekuensi n Persentase 20-29 tahun 3 9,4 30-39 tahun 11 34,4 40-49 tahun 6 18,7 50-59 tahun 5 15,6 ≥ 60 tahun 7 21,9 Total 32 100 Berdasarkan tabel 5.2. di atas, diketahui bahwa usia sampel yang paling banyak didapati adalah pada rentang usia 30-39 tahun yaitu, sebanyak 11 orang 34,4 dan paling sedikit pada rentang usia 20-29 tahun, yaitu sebanyak 3 orang 9,4. Selain itu didapati juga pada rentang usia 40-49 tahun sebanyak 6 orang 18,7, usia 50-59 tahun sebanyak 5 orang 15,6, dan usia ≥60 tahun sebanyak 7 orang 21,9. Selanjutnya dipaparkan mengenai distribusi frekuensi sampel berdasarkan tingkat pendidikan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Tingkat Pendidikan Variabel Frekuensi n Persentase Tidak Sekolah SD 4 12,5 SMP 8 25 SMA 14 43,8 Diploma Sarjana 6 18,8 Total 32 100 Berdasarkan tabel 5.3. di atas, diketahui bahwa tingkat pendidikan dari sampel yang diambil adalah SMA sebanyak 14 orang 43,8, diikuti oleh SMP sebanyak 8 orang 25, Sarjana sebanyak 6 orang 18,8, dan SD sebanyak 4 orang 12,5. Sedangkan untuk sampel dengan tingkat pendidikan Diploma dan yang tidak sekolah tidak didapati dalam penelitian ini. Berikutnya diteliti juga mengenai distribusi frekuensi sampel berdasarkan kategori pengobatan. Tabel 5.4. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Kategori Pengobatan Variabel Frekuensi n Persentase Kategori I 19 59,4 Kategori II 11 34,4 Kategori III 2 6,3 Kategori IV Total 32 100 Berdasarkan tabel 5.4. di atas, didapati bahwa dalam penelitian ini sampel yang diteliti mendapatkan pengobatan kategori I sebanyak 19 orang 59,4, kategori II sebanyak 11 orang 34,4, kategori III sebanyak 2 orang 6,3, dan kategori IV tidak dijumpai 0. Selanjutnya dipaparkan mengenai distribusi frekuensi sampel berdasarkan gambaran foto toraks. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 5.5. Distribusi Sampel Berdasarkan Gambaran Foto Toraks Variabel Frekuensi n Persentase Minimal 11 34,4 Moderate-advanced 11 34,4 Far-advanced 10 31,3 Total 32 100 Berdasarkan tabel 5.5. di atas, diketahui dari penelitian ini didapatkan sampel dengan luas lesi minimal dan moderate-advanced masing-masing sebanyak 11 orang 34,4 dan untuk lesi far-advanced didapati sebanyak 10 orang 31,3. Berikutnya dipaparkan mengenai distribusi frekuensi sampel berdasarkan hasil uji faal paru. Tabel 5.6. Distribusi Frekuensi Sampel Berdasarkan Hasil Uji Faal Paru Variabel Frekuensi n Persentase Normal 10 31,3 Restriksi 11 34,4 Obstruksi 5 15,6 Campuran 6 18,8 Total 32 100 Berdasarkan tabel 5.6. di atas, didapati bahwa hasil uji faal paru menunjukkan hasil normal pada 10 orang 31,3, restriksi pada 11 orang 34,4, obstruksi pada 5 orang 15,6 , dan campuran pada 6 orang 18,8. Di bawah ini dipaparkan distribusi hasil uji faal paru pada tiap jenis gambaran foto toraks . Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara Tabel 5.7. Distribusi Frekuensi Hasil Uji Faal Paru pada Tiap Jenis Gambaran Foto Toraks Variabel Hasil Uji Faal Paru Total Gambaran Foto Toraks Normal Restriksi Obstruksi Campuran Minimal 8 73 2 18 1 9 0 0 11 100 Moderate- advanced 2 18 5 46 2 18 2 18 11 100 Far-advanced 0 0 4 40 2 20 4 40 10 100 Total 10 11 5 6 32 Berdasarkan tabel 5.7 di atas dapat diketahui bahwa dari 11 orang penderita bekas tuberkulosis dengan lesi minimal didapatkan 8 orang 73 uji faal parunya normal, 2 orang 18 menunjukkan kelainan restriksi, 1 orang 9 kelainan obstruksi, dan tidak ada yang mengalami kelainan campuran. Sementara dari 11 orang penderita dengan lesi moderate-advanced didapatkan 2 orang 18 uji faal parunya normal, 5 orang 46 menunjukkan kelainan restriksi, 2 orang 18 kelainan obstruksi, dan 2 orang 18 kelainan campuran. Sedangkan pada 10 orang penderita lesi far-advanced didapatkan 4 orang 40 kelainan restriksi, 2 orang 20 kelainan obstruksi, dan 4 orang 40 kelainan campuran. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5.1.3. Hubungan Hasil Uji Faal Paru dengan Gambaran Foto Toraks pada Penderita Bekas Tuberkulosis Tabel 5.8. Distribusi Hasil Uji Faal Paru terhadap Gambaran Foto Toraks pada Penderita Bekas Tuberkulosis Variabel Hasil Uji Faal Paru Total p value Gambaran Foto Toraks Normal Kelainan Faal Paru Lesi Minimal 8 25 3 9,4 1134,4 0,001 Lesi Lanjut 2 6,2 19 59,4 2165,6 Total 10 31,2 22 68,8 32 100 Keterangan : Kelainan Faal Paru= restriksi + obstruksi + campuran Lesi Lanjut = moderate-advanced + far-advanced Berdasarkan tabel 5.8. di atas dikemukakan bahwa hasil uji faal paru dari 11 orang sampel dengan lesi minimal, didapatkan sebanyak 8 orang 25 hasilnya normal dan 3 orang 9,4 mengalami kelainan faal paru. Sedangkan pada sampel dengan lesi lanjut, didapatkan sebanyak 2 orang 6,2 hasilnya normal dan 19 orang 59,4 mengalami kelainan faal paru. Uji statistik dilakukan dengan menggunakan metode uji alternatif, yaitu uji Fisher. Dari uji tersebut didapatkan adanya hubungan yang sangat bermakna p = 0,001 antara hasil uji faal paru dengan gambaran foto toraks pada penderita bekas tuberkulosis. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 5.2. Pembahasan Berdasarkan karakteristik jenis kelamin sampel pada penelitian ini, penderita bekas tuberkulosis paling banyak dijumpai pada laki-laki 62,5 dibandingkan pada perempuan 37,5. Hasil ini sesuai dengan penelitian oleh Pasipanodya dkk. 2007 di Tarrant County Public Health Department TCPHD, Texas, dengan jumlah sampel sebanyak 107 orang yang menunjukkan di mana penderita bekas tuberkulosis paling banyak ditemukan pada laki-laki 69 dibandingkan dengan kejadian pada perempuan 31. Hal ini juga didapati oleh Aisyah, P. 2011 dalam penelitiannya di RSU. Arifin Achmad Pekanbaru dengan jumlah sampel 32 orang, di mana didapatkan bahwa penderita bekas tuberkulosis lebih banyak ditemukan pada laki-laki 62,5 dibandingkan pada perempuan 37,5. Menurut Karim, F., dkk 2007 beban pekerjaan yang berat pada perempuan, mobilitas perempuan yang terbatas, kurang mandiri, kurang mampu untuk membuat kepututsan dan sulitnya akses untuk memperoleh keuangan sendiri menjadi alasan perempuan jarang datang berobat ke unit pelayanan kesehatan. Hal tersebut kemungkinan adalah penyebab jumlah perempuan lebih sedikit tercatat dalam penelitian ini. Karakteristik usia sampel terbanyak dalam penelitian ini adalah rentang usia 30-39 tahun 34,4, kemudian 40-49 tahun 18,7, ≥60 tahun 21,9, 50- 59 tahun 15,6, dan 20-29 tahun 9,4. Hasil ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Syamsuri 2000 di Poliklinik Paru RSUP. Dr. M. Djamil Padang, di mana proporsi terbesar sampelnya adalah kelompok usia di bawah 40 tahun 64. Namun dapat dilihat bahwa sebagian besar sampel didapati dalam usia yang produktif, hal ini mungkin terjadi karena kelompok usia ini mempunyai tingkat mobilitas dan interaksi sosial yang tinggi sehingga memudahkan penularan melalui kontak dengan lingkungan yang mengandung kuman tuberkulosis Aisyah, P., 2011. Berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan sampel, didapatkan bahwa tingkat pendidikan sampel yang terbanyak adalah yang memiliki tingkat pendidikan SMA 43,8. Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Kusuma, D.A. 2011 di Poliklinik Paru RSUD. Dr. Moewardi Surakarta dengan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara melibatkan 96 orang sampel, di mana didapatkan bahwa tingkat pendidikan sampel terbanyak adalah SMASMK 47,2. Kategori pengobatan TB yang paling banyak didapat oleh sampel dalam penelitian ini adalah kategori I 59,4. Hal ini serupa dengan hasil yang diperoleh oleh Masniari 2004 dalam penelitiannya di RS Persahabatan Jakarta, dimana paling banyak sampelnya mendapatkan pengobatan TB kategori I 77.3. Berdasarkan karakteristik gambaran foto toraks, didapatkan luas lesi minimal 34.4, lesi moderate-advanced 34.4, dan lesi far-advanced 31.3. Hasil ini cukup sesuai dengan hasil penelitian Syamsuri 2000 yang mendapatkan lesi minimal 38, lesi moderate-advanced 34, dan lesi far-advanced 28. Berdasarkan karakteristik hasil uji faal paru dalam penelitian ini, diketahui bahwa jenis kelainan faal paru terbesar adalah kelainan restriksi 34,4 kemudian, kelainan campuran 18,8 dan kelainan obstruksi 15,6. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang didapatkan oleh Pasipanodya, dkk. 2007 yang juga mendapati bahwa jenis kelainan terbanyak adalah kelainan restriktif 31. Gangguan kelainan faal paru ini dapat terjadi karena kerusakan jaringan paru yang terjadi berupa fibrotisasi dari jaringan paru sehingga bermanifestasi sebagai gangguan ventilasi yang disebut obstruksi dan gangguan komplians dari paru yang disebut restriksi. Gangguan obstruksi adalah perlambatan aliran udara ekspirasi karena adanya proses fibrotisasi pada saluran napas sehingga terjadi hambatan dari saluran napas tersebut. Gangguan restriksi adalah gangguan pengembangan paru sehingga udara yang masuk ke dalam paru kurang dari normal. Gangguan ini disebabkan karena adanya proses fibrotisasi pada parenkim paru Antaruddin, 2003. Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak statistik SPSS menggunakan uji Fisher. Hasil dari analisis statistik adalah terdapat hubungan yang sangat bermakna p = 0,001 antara hasil uji faal paru dengan gambaran foto toraks pada penderita bekas tuberkulosis, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima. Hasil ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Syamsuri 2000 yang juga menemukan adanya hubungan antara hasil uji faal paru dengan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara gambaran foto toraks. Hal ini diakibatkan karena proses infeksi yang terjadi pada tuberkulosis meninggalkan jaringan parut pada tempat yang terjadi peradangan Price, 2006. Proses infeksi ini akan membentuk daerah fibrosis di paru yang mengalami peradangan sehingga dapat mengurangi jumlah total jaringan paru fungsional Guyton dan Hall, 2008. Keadaan inilah yang mengakibatkan terjadinya penurunan fungsi paru dari penderita bekas tuberkulosis. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan