2. Penyelenggara pendidikan
berbasis masyarakat
mengembangkan dan melaksanakan kurikulum dan evaluasi pendidikan, serta manajemen dan pendanaannya sesuai
dengan standar nasional pendidikan. 3. Dana penyelenggaraan pendidikan berbasis masyarakat dapat
bersumber dari penyelenggara, masyarakat, Pemerintah, pemerintah daerah danatau sumber lain yang tidak
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
4. Lembaga pendidikan berbasis masyarakat dapat memperoleh bantuan teknis, subsidi dana, dan sumber daya lain secara adil
dan merata dari Pemerintah danatau pemerintah daerah. Selain hal-hal pokok yang diuraikan di atas, para perencana
pengembangan sekolah juga perlu untuk mengkaji dan memahami secaha komprehensif ketentuan-kentuntuan lain yang diatur dalam
UU Sisdiknas nomor 20 tahun 2003 agar setiap keputusan yang dimbil tidak bertentangan dengan kebijakan nasional di bidang
pendidikan.
F. Standar Nasional Pendidikan
Sasaran minimal pengembangan sekolah yang dituangkan dalam setiap rencana pengembangan sekolah haruslah menggunakan
standar penyelenggaraan pendidikan yang berlaku secara nasional. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan merupakan ketentuan rinci mengenai standar- standar nasional pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam UU
Sisdiknas nomor 20 tahun 2003. Peraturan Pemerintah ini menetapakan arah reformasi pendidikan nasional dalam rangka
11
mencapai visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional. PP nomor 19 tahun 2005 menetapkan delapan standar yang meliputi:
a. standar isi; b. standar proses;
c. standar kompetensi lulusan; d. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
e. standar sarana dan prasarana; f. standar pengelolaan;
g. standar pembiayaan;dan h. standar penilaian pendidikan.
Di antara standar-standar tersebut, standar pengelolaan pada tingkat satuan pendidikan merupakan standar terpenting yang harus
djadikan acuan dalam perencanaan pengembangan sekolah. Untuk itu berikut diuraikan kententuan-ketentuan yang berkaitan dengan
standar pengelolaan dan pengambilan keputusan sebagaimana ditetapkan dalam pasal 49 sampai dengan pasal 58 PP nomor 19
tahun 2005 Pasal 49 ayat 1 pada Peraturan Pemerintah ini menyatakan:
“Pengelolaan satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah menerapkan manajemen berbasis sekolah yang
ditunjukkan dengan kemandirian, kemitraan, partisipasi, keterbukaan, dan akuntabilitas.” Berkaitan dengan penerapan manajemen berbasis
sekolah itu di tingkat satuan pendidikan, PP nomor 192005 tersebut menetapkan sejumlah standar pengelolaan yang mencakup
pengambilan keputusan, pedoman pendidikan, rencana kerja, prinsip- prinsip dasar pengelolaan satuan pendidikan, pengawasan,
pemantauan, supervisi, dan pelaporan. Secara ringkas standar- standar pengelolaan tersebut dapat diuraikan sebagai berikut.
12
Pengelolaan satuan pendidikan harus berpegang pada prinsip- prinsip kemandirian, efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas.
Pelaksanaan pengelolaan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah dipertanggungjawabkan oleh kepala satuan
pendidikan kepada rapat dewan pendidik dan komite sekolahmadrasah.
Terkait dengan Pengambilan Keputusan, beberapa hal penting yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tersebut meliputi bidang-
bidang pengambilan keputusan, prosedur pengambilan keputusan dan pihak-pihak yang terlibat dalam pengambilan keputusan itu.
Pengambilan keputusan bidang akademik dilakukan melalui rapat Dewan Pendidik yang dipimpin oleh kepala sekolah. Sedangkan
bidang non-akademik pengambilan keputusan dilakukan oleh komite sekolahmadrasah yang dihadiri oleh kepala sekolah. Rapat dewan
pendidik dan komite sekolahmadrasah dilaksanakan atas dasar prinsip musyawarah mufakat yang berorientasi pada peningkatan
mutu satuan pendidikan. Rencana kerja yang harus dibuat oleh satuan pendidikan meliputi
Rencana Kerja Jangka Menengah 4 tahun dan Rencana Kerja Tahunan. Rencana Kerja Satuan Pendidikan dasar dan Menengah
harus disetujui rapat dewan pendidik setelah memperhatikan pertimbangan dari Komite SekolahMadrasah.
Pengawasan penyelenggaraan pendidikan di tingkat satuan pendidikan mencakup pemantauan, supervisi, evaluasi, pelaporan,
dan tindak lanjut hasil pengawasan. Pemantauan dilakukan oleh pimpinan satuan pendidikan dan komite sekolahmadrasah atau
bentuk lain dari lembaga perwakilan pihak-pihak yang berkepentingan secara teratur dan berkesinambungan untuk menilai efisiensi,
13
efektivitas, dan akuntabilitas satuan pendidikan. Supervisi yang meliputi supervisi manajerial dan akademik dilakukan secara teratur
dan berkesinambungan oleh pengawas atau penilik satuan pendidikan dan kepala satuan pendidikan.
Standar pengelolaan tersebut mengisyaratkan bahwa sejak saat ini sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki peran, wewenang dan
tanggung jawab yang sangat strategis dan jauh lebih luas di bandingkan masa sebelumnya. Sekolah dituntut untuk lebih mandiri,
lebih mampu membangun hubungan kemitraan dengan dan memperkuat partisipasi semua pemangku kepentingan
stakeholders, bersikap lebih terbuka dan akuntabel. Kewenangan yang begitu luas yang diberikan kepada sekolah
pada gilirannya menuntut setiap sekolah mereformasi dirinya. Setiap sekolah harus beralih dari budaya dan manajemen yang bersifat
“menunggu dan bertindak sesuai kebijakan atas” yang bersifat konvensional kepada sebuah budaya dan manajemen baru yang
menempatkan hasil evaluasi diri sebagai titik awal usaha pengembangan, kemandirian dan akuntabilitas sebagai instrumen
utama dalam proses pengembangan dirinya, dan peningkatan mutu sebagai muara dan tujuan utama dari setiap usaha pengembangan
itu.
14
BAB III PENGERTIAN DAN MODEL-MODEL PERENCANAAN