Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos Indeks Dominansi Makrozoobentos Analisis Kolerasi

c. Frekuensi Kehadiran FK

100 ulangan total jenis suatu ditempati yang ulangan Jumlah FK × = Dimana, FK : 0-25: sangat jarang 25-50: jarang 50-75: banyak 75-100: sangat banyak

d. Indeks Similaritas IS

100 x b a 2c IS + = Dimana, IS = Indeks Similaritas a = Jumlah spesies pada lokasi A b = Jumlah spesies pada lokasi B c = Jumlah spesies yang sama pada lokasi A dan B Bila IS = 75-100 sangat mirip 50-75 mirip 25-50 tidak mirip ≤ 50 sangat tidak mirip

3.7.1 Indeks Keanekaragaman Makrozoobentos

Untuk menganalisis fauna makrozoobentos, digunakan indeks keanekaragaman shannon winer dengan rumus berikut : ∑ − = = s pi In pi H 1 1 . . N Ni pi = Dimana : Universitas Sumatera Utara H ’ = Indeks keanekaragaman Shannon Pi = Proporsi jumlah individu spesies ke-i terhadap jumlah total individu dari keseluruhan spesies NiN. Ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah total individu In = Logaritme natural 3.7.2 Indeks Keseragaman Makrozoobentos Untuk mengetahui indeks keseragaman populasi makrozoobentos, dapat diketahui dengan menggunakan rumus menurut Brown-zaar, yaitu : maks H H E = Dimana : E = Indeks keseragaman Shannon H ’ = Indeks keanekaragaman Shannon H maks = Ln S spesies Tabel 3.3. Indeks Keseragaman brown-zarr Indeks keseragaman Keterangan E ˂ 0,4 nilai keseragaman rendah 0,4 ≤ E ˂ 0,6 nilai keseragaman sedang E 0,6 nilai keseragaman tinggi Sumber : Sinaga dan Riwayati 2008

3.7.3 Indeks Dominansi Makrozoobentos

Untuk melihat dominasi di dalam suatu populasi digunakan indeks dominansi yang dihitung dengan menggunakan rumus, menurut Odum 1994, yaitu : ∑ = N Ni C Dimana : C = Indeks dominasi, berkisar antara 0-1 Ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah total individu dari keseluruhan spesies Universitas Sumatera Utara Tabel 3.4. Indeks Dominasi Odum Indeks Dominasi Keterangan C 0,4 Nilai dominasi rendah 0,4 ≤ C 0,6 Nilai dominasi sedang C 0,6 Nilai dominasi tinggi

3.7.4 Analisis Kolerasi

Analisis kolerasi pearson SPSS versi 16.00 digunakan untuk mengetahui hubungan antara faktor fisika kimia dengan indeks keanekaragaman makrozoobentos di perairan Air panas Sipoholon Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara. Tingkat hubungan nilai indeks kolerasi dinyatakan sebagai berikut: Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,00 – 0,199 Sangat rendah 0,20 – 0,399 Rendah 0,40 – 0,599 Sedang 0,60 – 0,799 Kuat 0,80 – 1,00 Sangat kuat Universitas Sumatera Utara

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Faktor Fisika Kimia Aliran Sumber Air Panas Sipoholon

Data hasil pengukuran faktor fisika kimia selama penelitian yang dilakukan di lokasi pengambilan sampel di Sumber dan Alira Air Panas Sipoholon dari 4 stasiun yang berbeda adalah sebagai berikut : Tabel 4.1. Hasil pengukuran Faktor Fisika Kimia di Sumber dan Aliran Air Panas Sipoholon dari Empat Stasiun yang Berbeda Parameter Fisik – Kimia Satuan Stasiun 1 2 3 4 Suhu C 59 42 38 36 Penetrasi Cahaya Cm 28 170 33 35 Intensitas Cahaya Candela 812 517 536 721 pH Air - 4,2 4,4 4,7 4,8 DO MgL 0,2 3,6 4,6 4,7 Kandungan sulfida MgL 0,073 0,089 0.124 0,143 Substrat 7,68 6,14 6,52 8,64 Keterangan: a. stasiun 1 : Sumber air panas dengan titik koordinat 02 04 ’ 30,3 ’’ LU dan 098 056 ’ 43,3 ’’ BT b.stasiun 2 : kumpulan air yang berasal dari sumber air panas dengan tepi genangan ditumbuhi vegetasi dengan titik koordinat 02 04 ’ 34,9 ’’ LU dan 098 56 ’ 40,3 ’’ BT c. stasiun 3 : genangan aliran air panas dengan titik koordinat 02 04 ’ 31,5 ’’ LU dan 098 56 ’ 39,2 ’’ BT s. stasiun 4 : kumpulan air panas dan air hujan dengan titik koordinat 02 04 ’ 30,1 ’’ LU dan 098 56 ’ 45,3 ’’ BT

4.1.1 Suhu

Suhu yang di amati dalam 4 stasiun, berkisar antara 36 C – 59 C. Suhu tertinggi pada stasiun I sebesar 59 C pada sumber air panas karena dekat perbukitan dengan kondisi yang terbuka. Pada stasiun IV merupakan suhu yang paling rendah disebabkan stasiun ini merupakan kumpulan aliran air panas dengan suhu sebesar 36 C. Substrat dasar lumpur belerang yang ditumbuhi oleh vegetasi, tepian lumut dan rumput yang telah bercampur dengan air hujan yang menggenang, sehingga air panas dan air dingin bercampur dan membuat suhu terendah pada stasiun ini. Air yang Universitas Sumatera Utara