dapat di hubungkan dengan kualitas suatu perairan. Berdasarkan penggolongan kualitas air, kandungan oksigen terlarut 6,5 mgl maka perairan tersebut tidak
tercemar atau tercemar sangat ringan. Kandungan oksigen terlarut 2,0 tergolong tercemar berat.
.4.1.6 Kandungan Sulfida
Kandungan sulfida di Sumber dan Aliran Air Panas Sipoholon Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara berkisar antara 0,073-0,143 mgl. Kandungan
sulfida yang tertinggi terdapat pada stasiun IV karena daerah atau stasiun tersebut yang menampung air dari aliran air panas bercampur dengan air hujan bertahan dan
membusuk, mengakibatkan warna kehitam-hitaman dan berbau busuk. Penguapan di stasiun ini tidak tinggi sehingga perombakan senyawa organik menjadi hidrogen
sulfida tinggi. Kandungan sulfida yang terendah pada stasiun I karena di pengaruhi oleh suhu yang sangat tinggi dan rona lingkungan yang bebas tanpa di tutupi oleh
pohon sehingga sinar matahari bisa secara langsung menembus perairan.
4.1.7 Substrat Dasar perairan
Substrat dasar di sumber dan aliran air panas berupa kepingan belerang, lumpur belerang, berbatu dan berpasir. Substrat tertinggi terdapat pada stasiun IV
sebesar 8,64. Hal ini disebabkan oleh dasar lumpur belerang yang di tumbuhi oleh vegetasi dan tepian lumut dan rumput sehingga kuat mempengaruhi keanekaragaman
makrozoobentos. Substrat terendah ditemukan pada stasiun II sebesar 6,14, rendahnya kandungan substrat di daerah ini adalah adanya substrat dasar lumpur belerang yang
di tumbuhi oleh vegetasi dan juga lumut-lumutan. Nybakken 1992 menyatakan bahwa keberadaan lumpur di dasar perairan
sangat di pengaruhi oleh banyaknya partikel tersuspensi yang dibawah oleh air tawar serta faktor-faktor yang mempengaruhi penggumpalan, pengendapan bahan
tersuspensi, jenis substrat dan ukurannya relatif besar dan berat sehingga dapat mengendap dengan sendirinya. Keadaan inilah yang mempengaruhi faktor organik
dan distribusi bentos dalam perairan
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 4.2 dapat di jelaskan bahwa fauna makrozoobentos yang di temukan di air panas Sipoholon sebanyak 7 taksa. Ketujuh taksa tersebut adalah genus
Chironomus, Hidrobiomorpha, Gomphus, Pleucera, Lymnea polyrhytis, Pedicia, Ephyridra.
Kepadatan tertinggi terdapat pada Stasiun I sebesar 162, 2 merupakan sumber air panas yang berasal dari pemanasan air secara geotermal yang tanah kerak bumi
dan juga disebabkan tidak adanya naungan vegetasi kanopi disekitar sumber air sehingga badan air langsung terkena cahaya matahari. Setiap organisme hanya dapat
hidup dengan baik pada suhu tertentu. Hanya makrozoobentos yang memiliki toleransi yang tinggi terhadap suatu faktor dalam lingkungannya yang bisa bertahan
seperti Chironomus. Chironomus berasal dari kelas insekta dengan sub famili chironomidae. Memiliki ciri khas tersendiri, tubuh larva memanjang dan berbentuk
silindris, memiliki sepasang proleg pada segmen toraks pertama dan segmen abdomen terakhir, terdapat insang anal pada permukaan lantroventral, berwarna putih,
kekuningan, kehijauan, kebiruan atau kemerahmudaan dan merah tua. Makrozoobenthos ini hidup pada pH 4,4-8,8, kadar oksigen terlarut berkisar antara 3-
14ppm, amonium antara 0,01-1,10ppm, nilai BOD 0,2-4,4ppm, nitrat antara 0,05- 1,3ppm. Sehingga pada stasiun ini tidak memiliki keanekaragaman karena suhu yang
terlalu tinggi. Hal tersebut sesuai dengan Odum 1994, menyatakan bahwa spesies mempunyai batas toleransi terhadap suatu faktor yang ada dilingkunganitu sendiri.
Kepadatan terendah ditemukan pada stasiun III sebesar 68,8 pada daerah yang memiliki substrat dasar perairan dan sangat tidak mendukung pada kehidupan
makrozoobentos. Kerak- kerak lapisan belerang yang telah mengeras sangat mempengaruhi kehidupan makrozoobentos. Makrozoobentos yang mampu bertahan
dalam kondisi sperti ini juga adalah Chironomus
Frekwensi kehadiran tertinggi terdapat pada stasiun IV selain suhu yang sangat rendah juga faktor fisika kimia perairan lainnya termasuk oksigen terlarut
tinggi sangat mempengaruhi jumlah spesies karena rona lingkungan dengan substrat
Universitas Sumatera Utara
lumpur belerang yang di tumbuhi oleh vegetasi tepian lumut dan rumput, mengakibatkan banyak jumlah individu mampu mempertahankan hidup.
4.3 Nilai Indeks Similaritas IS Pada setiap Stasiun Penelitian