Intensitas Cahaya pH Air Oksigen terlarut Disolved Oxygen

mengalir mengalami pelepasan panas air sehingga temperatur air alirannya mengalami kenaikan tergantung semakin jauhnya jarak stasiun yang lainnya dari sumber air panas.

4.1.2 Penetrasi Cahaya Kecerahan Air

Kecerahan perairan pada stasiun pengamatan berkisar antara 28 cm-170 cm. Tingkat kecerahan tertinggi terdapat pada stasiun II sebesar 170 cm. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti adanya bahan organik yang tinggi akibat keadaan daerah yang memang banyak di tumbuhi vegetasi di sekitar stasiun sehingga membuat cahaya matahari sulit untuk sampai ke badan perairan. Sementara pada stasiun I sebesar 28 cm merupakan penetrasi yang paling rendah terdapat padatan tersuspensi yang mempengaruhi warna air, pengurangan penetrasi cahaya masuk ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen serta fotosintesis

4.1.3 Intensitas Cahaya

Intensitas cahaya berkisar antara 517-812 lux. Tingginya intensitas pada stasiun I dikarenakan daerah ini lebih terbuka dan tidak ditutupi oleh apapun, sehingga cahaya yang di pancarkan langsung diserap oleh permukaan perairan dan selain itu pada saat pengukuran cahaya matahari tepat berada di atas kepala sehingga tingkat cahaya matahari lebih banyak terserap dalam permukaan perairan. Di stasiun II intensitas cahaya lebih rendah karena perairan tersebut tertutup oleh dinding parit sehingga cahaya yang dipancarkan tidak langsung sepenuhnya diserap oleh permukaan perairan serta waktu pengukuran, matahari sudah mulai jauh dari atas kepala. Tingkat rendahnya intensitasnya cahaya terukur tergantung pada waktu dilakukan pengukuran.

4.1.4 pH Air

Nilai pH pada seluruh stasiun berkisar antara 4,2-4,8 dan pH tertinggi terdapat pada stasiun IV sebesar 4,8. Nilai pH terendah terdapat pada stasiun I sebesar pH 4,2 Universitas Sumatera Utara dalam keadaan asam yang diakibatkan tingkat kekeruhan atau kelarutan bahan tersuspensi sangat kecil pada stasiun ini. Menurut Barus 2004, hlm:61, menjelaskan bahwa nilai pH yang ideal bagi kehidupan organisme air pada umumnya terdapat antara 7 sampai 8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan mempengaruhi kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme berbagai senyawa logam berat terutama ion aluminium. Nilai pH di bawah 5 atau di atas 9 sangat tidak menguntungkan bagi kebanyakan bentos. Kondisi pH perairan yang asam dapat merugikan seluruh organisme perairan termasuk makrozoobentos karena akan mengganggu metabolisme dan respirasi organisme tersebut Hynes, 1978. Dengan hasil yang diperoleh maka sumber dan aliran air panas Sipoholon tidak mendukung kehidupan organisme perairan termasuk beberapa makrozoobentos.

4.1.5 Oksigen terlarut Disolved Oxygen

Kandungan oksigen terlarut berkisar antara dari 0,2 – 4,7 mgl. Oksigen terlarut tertinggi pada stasiun IV diakibatkan suhu yang sangat rendah. Stasiun I sumber air panas, kadar oksigen terlarut terendah sebesar 0,2 mgl disebabkan suhu yang sangat tinggi, Semakin tinggi suhu maka kadar oksigen akan semakin sedikit. Oksigen terlarut tergantung pada suhu, kehadiran tanaman fotosintetik, tingkat penetrasi cahaya yang bergantung pada kedalaman, kekeruhan air dan jumlah bahan organik yang akan diuraikan dalam air tersebut. Suhu yang tinggi akan menjadikan kelarutan oksigen akan berkurang. Dan sangat mempengaruhi makrozoobentos atau organisme yang hidup di dalamnya Menurut Sastrawijaya 1991 bahwa suhu sangat berkaitan erat dengan O 2 terlarut pada suatu perairan. Semakin tinggi suhu suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya akan semakin rendah, dan apabila sebaliknya semakin rendah suhu suatu perairan maka kadar oksigen terlarutnya semakin tinggi. kandungan oksigen terlarut Universitas Sumatera Utara dapat di hubungkan dengan kualitas suatu perairan. Berdasarkan penggolongan kualitas air, kandungan oksigen terlarut 6,5 mgl maka perairan tersebut tidak tercemar atau tercemar sangat ringan. Kandungan oksigen terlarut 2,0 tergolong tercemar berat. .4.1.6 Kandungan Sulfida Kandungan sulfida di Sumber dan Aliran Air Panas Sipoholon Kecamatan Sipoholon Kabupaten Tapanuli Utara berkisar antara 0,073-0,143 mgl. Kandungan sulfida yang tertinggi terdapat pada stasiun IV karena daerah atau stasiun tersebut yang menampung air dari aliran air panas bercampur dengan air hujan bertahan dan membusuk, mengakibatkan warna kehitam-hitaman dan berbau busuk. Penguapan di stasiun ini tidak tinggi sehingga perombakan senyawa organik menjadi hidrogen sulfida tinggi. Kandungan sulfida yang terendah pada stasiun I karena di pengaruhi oleh suhu yang sangat tinggi dan rona lingkungan yang bebas tanpa di tutupi oleh pohon sehingga sinar matahari bisa secara langsung menembus perairan.

4.1.7 Substrat Dasar perairan