Fungsi Supervisi Pendidikan Supervisi

15 Menurut Suharsimi Arikunto 2004: 33, salah satu komponen yang menjadi sasaran supervisi adalah guru yang dibagi menjadi tiga tingkatan supervisi di sekolah. Pada tingkat supervisi akademik meliputi perhatian siswa yang sibuk belajar, penampilan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, ketrampilan guru dalam menggunakan alat peraga, ketelitian guru dalam menilai hasil belajar siswa di kelas atau mengoreksi pekerjaan tes. Pada tingkat supervisi administrasi yang menjadi sasaran supervisi yaitu meliputi beban mengajar guru, persiapan mengajar atau satuan pelajaran, buku kumpulan soal, daftar nilai dan catatan profesi yang lain. Pada tingkat supervisi sekolah yang menjadi sasaran supervisi meliputi banyaknya guru yang memiliki kewenangan mengajar mata pelajaran yang sesuai, jumlah guru yang berlatar belakang pendidikan tinggi, jumlah piagam yang diperoleh guru serta syarat guru untuk mengikuti jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Menurut Olivia dalam Piet A. Sahertian 2000: 27, “yang menjadi sasaran supervisi yaitu memperbaiki pengajaran, pengembangan kurikulum, dan pengembangan staf”. Pendapat tersebut kemudian diperjelas kearah yang lebih spesifik bahwa sasaran atau objek supervisi yaitu perbaikan kurikulum, perbaikan proses pembelajaran, pengembangan staf, dan pemeliharaan dan perawatan moral dan semangat kerja guru. Beberapa sasaran tersebut saling berkaitan satu sama lain misalnya dalam rangka memperbaiki proses pembelajaran, maka perbaikan kurikulum dan peningkatan kompetensi atau kemampuan guru menjadi hal yang mutlak untuk dilaksanakan. 16 Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa yang menjadi sasaran supervisi adalah unsur-unsur yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Guru merupakan faktor utama dalam proses pembelajaran dan gurulah yang mempunyai kewenangan untuk merancang bagaimana proses pembelajaran yang akan dilaksanakan. Sehingga dalam rangka perbaikan pembelajaran maka harus dilakukan melalui pembinaan kompetensi profesional guru.

5. Supervisor Pendidikan

Orang yang melakukan aktivitas supervisi adalah supervisor, maka perlu diketahui siapa saja yang dapat menjadi supervisor. Untuk memperoleh pemahaman tentang siapa saja yang bisa menjadi seorang supervisor dalam bidang pendidikan, berikut ini dipaparkan beberapa pengertian tentang supervisor. Menurut Made Pidarta, 1999: 77-99 pengertian supervisor dapat dibedakan berasarkan pengertian secara tradisional dan pengertian secara modern. Supervisor menurut pengertian tradisional adalah semua administrator dalam segala tingkatannya atau semua atasan terhadap bawahan. Dari pendapat ini maka dapat diartikan bahwa semua atasan yang melakukan pembimbingan terhadap bawahan disebut supervisor tanpa memperhatikan apakah bimbingan tersebut berhubungan dengan proses pembelajaran atau tidak. Menurut pengertian baru supervisor adalah semua atasan yang langsung berhubungan dengan guru-guru dan personalia lainnya 17 yang berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Pendapat ini lebih spesifik karena membatasi hanya pada mereka yang melakukan pembimbingan yang berhubungan dengan proses pembelajaran. Dalam lingkup sekolah maka yang dapat dikatakan sebagai supervisor yaitu kepala sekolah. Karena kepala sekolah sebagai administrator terdepan dan jelas berkaitan dengan guru khususnya dalam kegiatan proses pembelajaran. Selain itu wakil kepala sekolah, maupun kepala sumber belajar juga bisa membimbing guru-guru lain untuk membantu peningkatan kompetensinya profesionalnya. Made pidarta 1999: 65, “menambahkan bahwa yang bisa menjadi supervisor adalah sebagai berikut. aSupervisor dari Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi dan Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kecamatan masing-masing yang disebut sebagai pengawas dan penilik sekolah. bPara kepala sekolah di sekolah masing-masing”. Menurut Suharsimi Arikunto 2004: 3, konsep supervisi sebenarnya ada perbedaan yang cukup mendasar tentang pelaku supervisor, karena ada pemahaman yang berbeda tentang konsep supervisi dengan pengawasan. Pelaku pengawasan dari dinas pendidikan juga dapat dikatakan sebagai supervisor, hal ini mengingat bahwa pengertian tentang pengawasan dapat dikatakan sebagai supervisi. Akan tetapi dengan melihat bahwa konsep supervisi merupakan bantuan kepada para guru dalam pembelajaran maka kepala sekolah dapat dikatakan sebagai supervisor karena kepala sekolah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profesionalisme Kepala Sekolah Terhadap Pengembangan Kualitas Guru SMK Negeri Se Kota Semarang

0 6 2

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU SMK BATIK 1 SURAKARTA Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Batik 1 Surakarta 2013/2014.

0 2 17

PENGARUH PROFESIONALISME GURU DAN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP KINERJA GURU Pengaruh Profesionalisme Guru Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru SMK Batik 1 Surakarta 2013/2014.

0 2 14

PENINGKATAN PROFESIONALISME GURU MELALUI SUPERVISI KLINIS KEPALA SEKOLAH.

0 0 17

IMPLEMENTASI SUPERVISI AKADEMIKMENINGKATKAN PROFESIONALISME GURU DAN KEPALA SEKOLAH Pengelolaan Supervisi Akademik di SMP Negeri 4 Pacitan Kabupaten Pacitan.

0 1 15

PENGARUH PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH, PROFESIONALISME GURU DAN SUPERVISI PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP MUTU PENDIDIKAN DI SMP SEKABUPATEN BOYOLALI.

0 0 7

PENGARUH PROFESIONALISME KEPALA SEKOLAH, PROFESIONALISME GURU DAN SUPERVISI PENGAWAS SEKOLAH TERHADAP MUTU PENDIDIKAN SEKOLAH DI SMP SEKABUPATEN BOYOLALI.

0 0 16

PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, IKLIM KERJA, DAN PROFESIONALISME GURU PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG SUPERVISI KEPALA SEKOLAH, IKLIM KERJA, DAN PROFESIONALISME GURU TERHADAP MOTIVASI KERJA GURU DI SMP NEGERI SUB RAYON 02 MUNTILA

0 0 14

Kepala Sekolah 24 Supervisi Akademik dalam Peningkatan Profesionalisme Guru

0 2 128

Kontribusi Supervisi Kepala Sekolah Model Pengembangan terhadap Profesionalisme Guru Sekolah Menengah Atas Negeri Provinsi Banten

0 1 15