tersebut terbawa pula kitab-kitab kesusateraan yang bernafaskan agama Islam seperti
Roman Yusuf, Serat menak
. Selain itu juga, Al Qur’an terbawa oleh para
pedagang untuk mengaji di tempatnya masing-masing. Ketika berkembang pesatnya perdagangan rempah-rempah, di Bali dan
Lombok sudah berkembang perdagangan sarung yang diangkut oleh kapal-kapal dari Gresik. Sejak abad ke-14, pedagang-pedagang muslim telah melakukan
pelayaran dan perdagangan di sepanjang Pantai Utara Pulau Jawa, Selat Madura Pesisir Timur pulau Lombok, pulau-pulau Sunda Kecil sampai ke Maluku.
Dengan demikian penyebaran agama Islam di pulau Lombok melalui perdagangan, perkawinan, dan juga
melalui seni sastra, ukir, pewayangan dan lain-lain.
2. Berkembangnya agama Islam
Agama Islam masuk di Bumi Selaparang tidak lama setelah runtuhnya kerajaan Majapahit karena pada waktu itu sudah ada pedagang-pedagang muslim
yang bermukim dan berniaga di Lombok kemudian mereka menyebarkan agamanya. Bukti yang paling eksplisit menjelaskan kedatangan Islam di Lombok
adalah Babat Lombok yang menjelaskan bahwa ”Sunan Ratu Giri
memerintahkan raja-raja Jawa Timur dan Palembang untuk menyebarkan Islam ke Indonesia Bagian Utara yaitu:
a. Lemboe Mangkurat dengan pasukannya dikirim ke Banjar
b. Datu Bandan dikirim ke Makasar, Tidore, Seram, Selayar
c. Anak Laki-Laki Raja Pangeran Perapen berlayar ke Bali, Lombok, dan
Sumbawa. Setelah turun dari kapal, pasukan pangeran Prapen mendarat, Raja
Lombok dengan sukarela memeluk Agama Islam tetapi rakyatnya tetap menolak sehingga terjadi peperangan yang dimenangkan oleh pihak Islam. Pendapat lain
menyebutkan bahwa Raja Lombok awal mulanya menolak kedatangan Islam, namun setelah Pangeran Prapen menjelaskan maksudnya yaitu untuk
menyampaikan misi suci dengan cara damai maka beliaupun diterima dengan baik, tetapi karena hasutan rakyatnya kemudian Raja Lombok ingkar janji dan
mempersiapkan pasukan sehingga terjadilah peperangan. Dalam peperangan itu, Raja Lombok terdesak dan melarikan diri tetapi malang bagi raja yang dikejar
oleh Jayalengkara lalu beliau dibawa menghadap ke Pangeran Perapen. Beliau kemudian diampuni dan mengucapkan dua kalimat syahadat serta dikhitan.
Masjidpun segera dibangun sedangkan Pura, Meru, Babi, dan Sanggah dimusnahkan. Seluruh rakyat diislamkan dan dikhitan kecuali kaum wanita
penghitanannya ditunda atas permintaan Syahbandar Lombok. Setelah berhasil mengislamkan Raja Lombok, Sunan Perapen dengan
pasukannya mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya seperti Pejanggik, Langko, Parwa, Sarwadadi, Bayan, Sokong dan
Sasak
Lombok Utara. Hal ini memiliki bukti-bukti adanya tinggalan arkeologi seperti masjid-masjid tua,
makam-makam kuno dan sebagainya. Dalam mengislamkan kedatuan-kedatuan lainnya, sebagiannya masuk Islam dengan sukarela sebagian lagi masuk Islam