Berdirinya Pejanggik Kerajaan Pejanggik
Arya Banjar Getas marah besar. Kemudian berkembang menjadi perselisihan dan pemberontakan pada tahun 1692 M. dalam pemberontakan tersebut Arya
Banjar Getas meminta bantuan Kerajaan Karangasem Bali, sehingga Pejanggik dapat dikalahkan. Raja Pejanggik ditawan dan diasingkan, kemudian meninggal
dunia diujung Karangasem. Sedangkan banyak bangsawan yang melarikan diri ke Sumbawa. Penyerangan Karangasem tidak hanya ke Pejanggik tetapi terus
dilanjutkan ke Kerajaan Parwa, Sokong, Langko, dan Bayan. Semua kerajaan menyerah tanpa perlawanan yang berarti. Setelah Anak Agung Karangasem
bersekutu dengan Arya Banjar Getas, satu persatu kedemungan se-Lombok digempur. Akhirnya pada tahun 1740 M seluruh pulau Lombok dapat
ditaklukkan. Ini dimanfaatkan oleh Arya Banjar Getas dengan meminta bantuan Karangasem untuk menyerang Pejanggik dan Selaparang. Kemenangan Ara
Banjar Getas dan Karangasem dalam peperangan di
Tanaq Beaq
menyebabkan hubungan antara keduanya menjadi semakin baik. Hubungan baik tersebut
dituangkan dalam sebuah sumpah bahwa mereka akan selalu bergandengan tangan secara damai turun-temurun.
Kemudian keduanya membuat perjanjian yang dikenal dengan “Perjanjian
Timur dan Barat Juring”. Isi perjanjian tersebut adalah, untuk bagian barat dimiliki dan dikuasai oleh Karangasem sedangkan bagian timur dimiliki dan
dikuasai oleh Arya Banjar Getas. Batas antara kedua bagian tersebut adalah Sungai Pandan, Sweta Penanteng Aik, Pelambik, Ranggagata, dan Blongas. Raja
Karangasem menempatkan wakilnya I Wayan Tegeh dengan ibu kota Tanjung
Karang, kemudian dipindah ke Mataram. Sedangkan Arya Banjar Getas mendirikan kerajaannya di memelaq dan menguasai wilayah Batu Kliang,
Puyung serta Praya.