tugas-tugasnya dalam peperangan. Ia pun mendapatkan gelar tanirihan yaitu “Surengrana” dan “Dipati Patinglanga”. Secara bertahap, strategi-strategi yang
dilakukan oleh Arya Banjar Getas adalah sebagai berikut: a.
Melakukan konsolidasi ke dalam Pejanggik. b.
Mengisolir kerajaan Selaparang dengan mendekati kerajaan-kerajaan keluarga Bayan.
c. Menggerogoti Kerajaan Selaparang dengan menguasai wilayah seperti
Kopang, Langko, Rarang, Suradadi, Masbagik, Dasan Lekong, Padamara, Pancor, Kelayu, Tanjung, Kalijaga, baru kemudian masuk ke Selaparang.
Arya Banjar Getas melakukan sebuah konsolidasi dengan menyerahkan keris sebanyak 33 buah kepada raja Pejanggik, lalu mengajak berkeliling dan
menyerahkannya kepada para prakanggo untuk kemudian ditukar dengan keris pusaka masing-masing. Penukaran tersebut merupakan suatu bentuk
kesetiaan dan loyalitas tunggal kepada raja Pejanggik. Keberhasilan Arya Banjar Getas melakuan berbagai gerakan tersebut langkah demi langkah
disebut
Politik Rerepeq
. Bila ditinjau dari segi kekuasaan, Kerajaan Pejanggik sangat solid, akan tetapi langkah-langkah yang ditempuh oleh Arya
Banjar Getas dianggap merombak tatanan hubungan yang sudah merupakan budaya turun-temurun.
3. Keruntuhan Pejanggik
Pada generasi ke Sembilan, tahta dilanjutkan oleh Pemban Mas Komala Kusuma. Nampaknya beliau lebih banyak berperan sebagai seorang ayah yang
baik daripada seorang raja yang mempu membawa Pejanggik menjadi kerajaan yang maju. Pemban Mas Komala Kusuma memang banyak memperingatkan
putranya Meraja Kusuma atas ancaman Selaparang karena terlalu kagum dan terpesona dengan patih Arya Sudarsana yang dating membawa 33 keris sebagai
tanda setia dan siap mengabdi untuk kebesaran Pejanggik. Pemban Mas Meraja Kusuma berhasrat melamar putri dari Kerajaan Kentawang.
Proses melamar Putri Kentawang tersebut dipercayakan kepada Arya Banjar Getas. Melihat kecantikan Putri Kentawang, Arya Banjar Getas ternyata
juga memiliki keinginan yang mendalam untuk mempersuntingnya. Oleh karena itu, Arya Banjar Getas melaporkan bahwa Putri Kentawang tidak cocok
bersanding dengan raja. Laporan tersebut ditanggapi positif sehingga Putri Kentawang diserahkan kepada Arya Banjar Getas. Setelah terjadi perkawinan
Arya Banjar Getas dengan Putri Kentawang, raja Pejanggik sempat melihat Putri Kentawang. Ternyata ia sangat tertarik, kagum, dan jatuh cinta. Untuk
mendapatkan Putri Kentawang, Pemban Mas Meraja Kusuma mengutus Arya Banjar Getas menjalankan sebuah misi.
Dengan kepergian Arya Banjar Getas, hampir saja raja Pejanggik menodai Putri Kentawang. Sepulang dari menjalankan misi, kejadian tersebut dilaporkan
Putri Kentawang kepada suamiya, Arya Banjar Getas. Mendengar hal tersebut,
Arya Banjar Getas marah besar. Kemudian berkembang menjadi perselisihan dan pemberontakan pada tahun 1692 M. dalam pemberontakan tersebut Arya
Banjar Getas meminta bantuan Kerajaan Karangasem Bali, sehingga Pejanggik dapat dikalahkan. Raja Pejanggik ditawan dan diasingkan, kemudian meninggal