1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan  pada  hakikatnya  bertujuan  meningkatkan  kecerdasan  anak bangsa. Hakikat ini telah diamanahkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003
tentang  Sistem  Pendidikan  Nasional  yang  diharapkan  dapat  mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di
masa depan. Sistem pendidikan yang telah terkonsep pada kurikulum seyogyanya mampu  mewujudkan  kualitas  peserta  didik.  Perkembangan  kurikulum  saat  ini
telah  ditetapkan  oleh  pemerintah  melalui  Kementerian  Pendidikan  dan Kebudayaan  Kemendikbud  yang  dikenal  dengan  sebutan  Kurikulum  2013.
Keputusan menerapkan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pendidikan  sebelumnya  yang  menggunakan  Kurikulum  Tingkat  Satuan
Pendidikan KTSP. Perubahan  menjadi  Kurikulum  2013  menitikberatkan  pada  kemandirian
peserta  didik  saat  proses  pembelajaran.  Peserta  didik  dituntut  lebih  aktif  belajar, sehingga semakin leluasa untuk mengeksplorasi  pengetahuan  yang dipelajarinya.
Ilmu yang dipelajari tidak langsung diambil segitu saja, melainkan perlu ditelaah secara  mendalam  makna  dari  ilmunya  yang  diperoleh.  Dengan  begitu,  akan
tumbuh rasa kepekaan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pengetahuan yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan penjelasan  yang disampaikan oleh Kelly 2009:
1 one feature that characterized curriculum change in the latter part of the last century  was  the  increased  incidence  of  planning  and  preparation  in  curriculum
development .
Harapan  menghasilkan  kualitas  pendidikan  yang  lebih  baik  dengan menerapkan Kurikulum  2013 saat ini masih banyak kendala. Permasalahan  yang
sampai  tahun  2015  masih  perlu  diperbaiki  adalah  distribusi  buku  dan  sosialisasi Kurikulum  2013  kepada  guru.  Pembuatan  dan  pencetakan  buku  untuk  peserta
didik  yang  belum  terlaksana  dengan  baik.  Khusus  jenjang  SMK,  pendistribusian buku  untuk  peserta  didik  belum  tuntas  diberikan  kepada  peserta  didik.  Menurut
2 Hamid  Muhammad  mengatakan  di  tingkat  SMK,  terdapat  1000  sekolah  sasaran
Kurikulum 2013. Sebanyak 748 sekolah 75 persen sudah menerima lengkap, dan 252  sekolah  25  persen  belum  menerima  lengkap  buku  Kurikulum  2013
http:kemdikbud.go.idkemdikbudnode4438.  Kejadian  seperti  ini,  SMK  yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 tidak dapat menjalankan secara total. Bahkan,
ada  guru  yang  masih  menerapkan  Kurikulum  KTSP  walaupun  sekolah  tersebut sudah menerapkan Kurikulum 2013.
Sosialisasi Kurikulum 2013 yang digagas oleh Kemendikbud masih belum efektif untuk dipahami oleh guru. Banyak guru merasa bingung untuk memahami
penerapan  Kurikulum  2013.  Sosialisasi  dalam  bentuk  pelatihan  Kurikulum  2013 yang diselenggaraan oleh Kemendikbud secara bertahap menjadikan belum semua
guru mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Sebagai contoh, data dari Lembaga Penjaminan  Mutu  Pendidikan  LPMP  Yogyakarta  Bidang  Fasilitas  Penjaminan
Mutu  Pendidikan  FPMP  yang  tercantum  pada  tabel  1  per  Juni  2014  terdapat guru SMK se-DIY  yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Namun,
mata pelajaran kelompok C1, C2 dan C3 bidang keahlian teknologi dan rekayasa belum  mendapatkan  pelatihan  implementasi  Kurikulum  2013  dari  LPMP
Yogyakarta. Tabel 1
Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013 se-DIYper Juni 2014
No Kabupaten
Guru yang sudah mendapatkan pelatihan SD
SMP SMAK
SUB TOTAL
D.I. Yogyakarta 1
Kab. Bantul 1.609
1.165 590
593 2
Kab. Sleman 1.864
1.316 741
744 3
Kab. Gunung Kidul 1.691
1.019 535
538 4
Kab. Kulonprogo 1.163
623 412
1.036 5
Kota Yogyakarta 828
661 539
2.028
Total 7.155
4.784 2.817
17.760
Kendala  yang  ada  pada  implementasi  Kurikulum  2013  perlu  adanya evaluasi secara komprehensif. Bentuk evaluasi dengan menerapkan pembelajaran
berbasis  Kurikulum  2013.  Proses  pembelajaran  yang  diterapkan  di  sekolah
3 khususnya di SMK menggunakan pendekatan dan model yang ada di Kurikulum
2013.  Pendekatan  yang  digunakan  seperti  pendekatan  saintifik  scientific approach
dan  model  yang  digunakan  seperti discoverymodel,project  base learning
PjBL, Problem  base  learning PBL,  dan  sebagainya.  Semua kompetensi yang ada di SMK menggunakan pendekatan saintifik dengan berbagai
model yang dapat digunakan untuk pembelajaran. Pendekatan  dan  model  pembelajaran  yang  membutuhkan  perlu
direncanakan  dan  diterapkan  agar  tercapai  keaktifan  dan  kemandirian  peserta didik  dalam  belajar.  Hasil  penerapan  pembelajaran  teori  atau  praktik  dievaluasi
agar  pembelajaran  berikutnya  lebih  baik.  Pembelajaran  tersebut  membutuhkan peran  guru  secara  efektif.  Peran  aktif  tidak  hanya  dilakukan  oleh  guru  yang
mengampu  mata  pelajaran  tertentu,  melainkan  dibutuhkan  kerjasama  antar  guru dalam  merencanakan,  melaksanakan,  dan  mengevaluasi  pembelajaran.  Kegiatan
yang  membangun  kerjasama  antar  guru  seperti lesson  study.  Kegiatan  ini  dapat membentuk  kolaborasi  dan  pembelajaran  bersama  mutual  learning  antar guru.
Guru  dapat  merencanakan  plan,  melaksanakan  do,  dan  merefleksi  see pembelajaran baik materi teori maupun praktik.
Komunikasi  yang  internsif  antar  guru  dalam  pelaksanaan  lesson  study dapat  berdampak  pada  peserta  didik.  Kegiatan lesson  study yang diterapkan
menjadikan  peserta  didik  senang  belajar.  Ketercapaian  rasa  senang  belajar ditunjukkan  pada  motivasi  dan  keaktifan  belajar  yang  tinggi.  Hal  ini  sesuai
dengan  hasil  penelitian  dari  Sumartono  dan  Yus  Setriarini  2011:  320  yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika di SMPN 1 Sukorejo melalui lesson
study berbasis  sekolah  LSBS  dari  hasil  deskriptor  menunjukkan  keaktifan
belajar  peserta  didik  menyelesaikan  semua  tugas  pada  saat  pembelajaran mendapatkan  rerata  tertinggi  yaitu  93.  Meskipun  hasil deskriptor  lainnya
menghasilkan  rerata  berkisar  75-80.  Hal  ini  menunjukkan  bahwa  dengan adanya  LSBS  memberikan  motivasi  yang  sangat  tinggi  pada  peserta  didik  saat
proses pembelajaran. Pelaksanaan lesson  study yang  mampu  memberi  dampak  pada  keaktifan
dan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013. Kegiatan
4 lesson  study
yang  menggunakan  pendekatan  dan  model  yang  ditentukan  pada Kurikulum  2013  diharapkan  dapat  mewujudkan  peserta  didik  aktif,  mandiri,  dan
terampil seinhgga terbentuk budaya senang belajar, khususnya peserta didik SMK. Penerapan  pembelajaran  pada  kegiatan lesson  study dapat  menggunakan
pendekatan  saintifik,  model  pembelajaran discovery dan problem  base  learning PBL. Pendekatan saintifik scientific approach yang mengutamakan fakta atau
logika  terhadap  materi  yang  dipelajari.  Modeldiscovery melibatkan  peserta  didik untuk  kreatif  dalam  menemukan  sesuatu  informasi.  Sedangkan,  model  PBL
merancang  pembelajaran  yang  berbasis  permasalahan  yang  muncul  dari  materi yang  dipelajari  dan  mampu  menumbuhkan  sikap  kritis  untuk  menentukan  solusi
dari permasalahan tersebut. Pendekatan  dan  model  pembelajaran  yang  diterapkan  diharapkan  mampu
meningkatkan  pengetahuan,  sikap,  keterampilan  peserta  didik.  Kemampuan peserta  didik  pada  materi  teori  dan  praktik  menghasilkan  penilaian  yang
komprehensif  khususnya  pada  bidang  teknik  pemesinan.  Oleh  karena  itu,  perlu dikembangkan  kegiatan lesson  study dengan  menerapkan  pendekatan  saintifik
serta  model  pembelajaran discovery dan problem  base  learning PBL.  Konsep pembelajaran dapat dinamakan SciDiPro Scientific, Discovery, dan Problem Base
Learning yang  diharapkan  mampu  mendukung  implementasi  Kurikulum  2013
melalui kegiatan lesson study.
B. Pembatasan dan Rumusan Masalah