Pendekatan dan 2013 TINJAUAN PUSTAKA

B. Pendekatan dan 2013

1. Pendekatan Sainti Dalam im menggunakan pend proses pembelaja secara aktif meng tahapan menga masalah,merumusk mengumpulkan d kesimpulan dan “ditemukan”. P pemahaman kepa materi mengguna mana saja, kapan sa karena itu kondi mendorong peser observasi, dan Observing, Quest Gamba a. Mengamati Prose peserta didik 12 an Model Pembelajaran pada Implementasi ntifik Scientific Approach implementasi Kurikulum 2013 mengedepanka pendekatan scientific atau ilmiah. Pendekatan sc lajaran yang dirancang sedemikian rupa agar engonstruk konsep, hukum atau prinsip m ngamati untuk mengidentifikasi atau umuskan masalah, mengajukan atau merumuska n data dengan berbagai teknik, menganalisis dan mengomunikasikan konsep, hukum atau Pendekatan scientific dimaksudkan untuk kepada peserta didik dalam mengenal, memaha unakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bi pan saja, tidak bergantung pada informasi searah da kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta di serta didik dalam mencari tahu dari berbagai sum n bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scie uestioning, Associating, Experimenting, dan Netw bar 1. Langkah-langkah pembelajaran scientific i oses observasi atau pengamatan digunakan unt dik untuk berpikir secara kritis mengenai perm ntasi Kurikulum nkan pembelajaran n scientific adalah gar peserta didik melalui tahapan- tau menemukan umuskan hipotesis, isis data, menarik tau prinsip yang untuk memberikan ahami berbagai si bisa berasal dari rah dari guru. Oleh a diarahkan untuk i sumber melalui Scientific meliputi etworking. ntific untuk mendorong permasalahan yang 13 diberikan guru. Proses ini memerlukan fokus dan konsentrasi yang tinggi karena pengamatan pada permasalahan atau obyek yang akan diteliti harus cermat.Kalau tidak dilakukan dengan cermat, maka obyek yang diobservasi dapat menagburkan makna. Adapun beberapa cara dalam menentukan obyek yang diobservasi: a menentukan objek apa yang akan diobservasi; b membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi; c menentukan secara jelas datadata apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder; d menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi; e menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar; dan f menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya. b. Menanya Pada proses ini, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan apa yang telah mereka observasi. Pertanyaan ini akan lebih baik dijawab oleh peserta didik lain, dan guru hanya bertugas sebagai moderator. Apabila pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab peserta didik, maka guru dapat memancing atau menggiring jawaban dengan memberikan keyword jawaban. Adapun beberapa kegiatan yang mampu membangkitkan pertanyaan peserta didik, antara lain sebagai berikut: a membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; dan b mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri. c. Menalar Pada proses ini, peserta didik dituntut untuk berpikir secara logis dan sistematis dengan menggunakan pendekatan penalaran induktif. Peserta didik akan membuat kerangka pemikiran untuk menjawab pertanyaan dari hasil pengamatan. Pada tahap ini, peserta didik harus 14 mampu mengaitkan hubungan-hubungan antar gejala atau fenomena yang ada. d. Mencoba Setelah peserta didik mengetahui jawaban dari hasil penalarannya, maka langkah berikutnya adalah mencoba mendemonstrasikan hasil penalarannya. Proses mencoba ini bertujuan untuk mengembangkan ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mendorong peserta didik untuk mencoba atau bereksperimen antara lain sebagai berikut: a menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; b mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; c mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; d melakukan dan mengamati percobaan;e mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; f menarik simpulan atas hasil percobaan; dan g membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan. e. Membentuk Jejaring Proses terakhir pada pendekatan ini adalah membentuk jejaring networking. Pada tahap ini, peserta didik dan guru saling bertukar informasi terkait dengan materi pembahasan pelajaran. Membentuk jaringan yang baik akan lebih baik apabila seluruh peserta didik yang ada dalam kelas melakukan sharing knowledge yang dimilikinya sehingga informasi yang diterima beragam dalam perspektif yang bermacam- macam namun masih dalam konteks yang sama. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut: a. Berpusat pada peserta didik. b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip. 15 c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik. d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik. Gambar 2. Pendekatan scientific dan 3 ranah yang jadi acuan 2. Model Pembelajaran Kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan scientific menggunakan tiga model pembelajaran, di antaranya discovery learning dan problem based learning. a. Discovery Learning 1 Pengertian Discovery Learning Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru. Discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing, di mana para peserta didik diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya Suyitno, 2004: 5. Menurut Roestiyah 2001: 20 discovery learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik. Penemuan yang dihasilkan oleh peserta didik tidak mutlak sesuatu 16 yang baru. Oleh karena itu discovery learning dirancang untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, berorientasi pada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar. Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan bantuan guru sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh peserta didik. Kemudian tugas guru berikutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Pengawasan guru terhadap peserta didik masih tetap perlu dilakukan, akan tetapi campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam pemecahan masalah harus dikurangi. Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk konstruktif apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspository peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru ke modus discovery peserta didik menemukan informasi sendiri. 17 Menurut Hamalik 2001: 187, strategi belajar discovery paling baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun juga dapat dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Kendatipun tidak semua peserta didik dapat terlibat dalam proses discovery namun pendekatan discovery dapat memberikan manfaat bagi peserta didik yang belajar. 2 Keunggulan dan Kelemahan Discovery Learning Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan discovery learning dalam pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan, di antaranya Kemendikbud, 2013: 212- 214: a Keunggulan Discovery Learning 1 Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya. 2 Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer. 3 Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil. 4 Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. 5 Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri. 6 Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya. 7 Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun 18 dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi. 8 Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme keragu- raguan karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti. 9 Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik. 10 Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru. 11 Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri. 12 Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri. 13 Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. 14 Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang. 15 Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya. 16 Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik. 17 Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber belajar. 18 Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b Kelemahan Discovery Learning 1 Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi. 2 Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk 19 membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya. 3 Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama. 4 Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian. 5 Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta didik. 6 Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh peserta didik karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru. c Konsep Discovery Learning Menurut Sudjana 1989: 74-75 metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam discovery learning antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik 3-5 orang dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat mengajar atau pada saat kegiatan pembelajaran. Pendekatan discovery learning dapat dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1 Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik atau yang problematis dan sesuai dengan daya nalar peserta didik. 2 Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta didik dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. 3 Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup. 20 4 Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi. 5 Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar. 6 Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan peserta didik. d Langkah Persiapan Discovery Learning Langkah persiapan discovery learning adalah sebagai berikut Kemendikbud, 2013: 214: 1 Menentukan tujuan pembelajaran. 2 Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya. 3 Memilih materi pelajaran. 4 Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif dari contoh-contoh generalisasi. 5 Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh- contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik. 6 Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. 7 Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. b. Problem Based Learning Menurut Smith dan Ragan dalam Rusmono, 2012: 74 mengatakan bahwa strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada seluruh kurikulum.Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk 21 memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah PBL. 1 Permasalahan sebagai kajian. 2 Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. 3 Permasalahan sebagai contoh. 4 Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. 5 Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat dijelaskan berikut ini. Tabel 3 Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah Guru sebagai Pelatih Peserta Didik sebagai Problem Solver Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi o Asking about thinking bertanya tentang pemikiran. o Memonitor pembelajaran. o Probbing menantang peserta didik untuk berpikir . o Menjaga agar peserta didik terlibat. o Mengatur dinamika kelompok. o Menjaga berlangsungnya proses . o Peserta yang aktif. o Terlibat langsung dalam pembelajaran. o Membangun pembela jaran. o Menarik untuk dipecahkan. o Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari. Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah: 1 Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. 2 Pemodelan peranan orang dewasa. 22 Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas- aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan. a PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas. b PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut. c PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri, yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu. 3 Belajar Pengarahan Sendiri self directed learning Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru. Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini. 1 Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat. 2 Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability para peserta didik ke diri dan panutannya. 3 Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional. 4 Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri. 5 Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman. 23 6 Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management. 7 Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai. 8 Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik. 9 Autonomy:proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting. Pembelajaran yang menggunakan PBL memiliki kelebihan. Ada beberapa kelebihan dari pembelajaran menggunakan PBL yaitu sebagai berikut. 1 Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna. Pesertadidikmahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan. 2 Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. 3 PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut : 1 peserta didik memperoleh pengetahuan dasar basic sciencesyang berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya; 24 2 peserta didik belajar secara aktif dan mandiri dengan sajian materi terintegrasi dan relevan dengan kenyataan sebenarnya, yang sering disebut student-centered; 3 peserta didik mampu berpikir kritis, dan mengembangkan inisiatif. Pembelajaran suatu materi pelajaran dengan menggunakan PBL sebagai basis model dilaksanakan dengan cara mengikuti lima langkah PBL dengan bobot atau kedalaman setiap langkahnya disesuaikan dengan mata pelajaran yang bersangkutan. 1 Konsep Dasar Basic Concept Jika dipandang perlu, fasilitator dapat memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan ‘peta’ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. Lebih jauh, hal ini diperlukan untuk memastikan peserta didik memperoleh kunci utama materi pembelajaran, sehingga tidak ada kemungkinan terlewatkan oleh peserta didik seperti yang dapat terjadi jika peserta didik mempelajari secara mandiri. Konsep yang diberikan tidak perlu detail, diutamakan dalam bentuk garis besar saja, sehingga peserta didik dapat mengembangkannya secara mandiri secara mendalam. 2 Pendefinisian Masalah Defining the Problem Dalam langkah ini fasilitator menyampaikan skenario atau permasalahan dan dalam kelompoknya, peserta didik melakukan berbagai kegiatan. Pertama, brainstorming yang dilaksanakan dengan cara semua anggota kelompok mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap skenario secara bebas, sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. Setiap anggota kelompok memiliki hak yang sama dalam memberikan dan menyampaikan ide dalam diskusi serta mendokumentasikan secara tertulis pendapat masing-masing dalam kertas kerja. 25 Selain itu, setiap kelompok harus mencari istilah yang kurang dikenal dalam skenario tersebut dan berusaha mendiskusikan maksud dan artinya. Jika ada peserta didik yang mengetahui artinya, segera menjelaskan kepada teman yang lain. Jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis dalam permasalahan kelompok. Selanjutnya, jika ada bagian yang belum dapat dipecahkan dalam kelompok tersebut, ditulis sebagai isu dalam permasalahan kelompok. Kedua, melakukan seleksi alternatif untuk memilih pendapat yang lebih fokus. Ketiga, menentukan permasalahan dan melakukan pembagian tugas dalam kelompok untuk mencari referensi penyelesaian dari isu permasalahan yang didapat. Fasilitator memvalidasi pilihan-pilihan yang diambil peserta didik. Jika tujuan yang diinginkan oleh fasilitator belum disinggung oleh peserta didik, fasilitator mengusulkannya dengan memberikan alasannya. Pada akhir langkah peserta didik diharapkan memiliki gambaran yang jelas tentang apa saja yang mereka ketahui, apa saja yang mereka tidak ketahui, dan pengetahuan apa saja yang diperlukan untuk menjembataninya. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini, maka pendefinisian masalah dilakukan dengan mengikuti petunjuk. 3 Pembelajaran Mandiri Self Learning Setelah mengetahui tugasnya, masing-masing peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. Tahap investigasi memiliki dua tujuan utama, yaitu: 1 agar peserta didik mencari informasi dan mengembangkan pemahaman yang relevan dengan permasalahan yang telah didiskusikan di kelas, dan 2 informasi dikumpulkan 26 dengan satu tujuan yaitu dipresentasikan di kelas dan informasi tersebut haruslah relevan dan dapat dipahami. Di luar pertemuan dengan fasilitator, peserta didik bebas untuk mengadakan pertemuan dan melakukan berbagai kegiatan. Dalam pertemuan tersebut peserta didik akan saling bertukar informasi yang telah dikumpulkannya dan pengetahuan yang telah mereka bangun. Peserta didik juga harus mengorganisasi informasi yang didiskusikan, sehingga anggota kelompok lain dapat memahami relevansi terhadap permasalahan yang dihadapi. 4 Pertukaran Pengetahuan Exchange knowledge Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserrta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya. Tiap kelompok menentukan ketua diskusi dan tiap peserta didik menyampaikan hasil pembelajaran mandiri dengan cara mengintegrasikan hasil pembelajaran mandiri untuk mendapatkan kesimpulan kelompok. Langkah selanjutnya presentasi hasil dalam pleno kelas besar dengan mengakomodasi masukan dari pleno, menentukan kesimpulan akhir, dan dokumentasi akhir. Untuk memastikan setiap peserta didik mengikuti langkah ini maka dilakukan dengan mengikuti petunjuk. 5 Penilaian Assessment Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek pengetahuan knowledge, kecakapan skill, dan sikap attitude. Penilaian terhadap penguasaan pengetahuan yang mencakup seluruh kegiatan pembelajaran yang dilakukan dengan ujian akhir semester UAS, ujian tengah semester UTS, kuis, PR, dokumen, dan laporan. 27 Penilaian terhadap kecakapan dapat diukur dari penguasaan alat bantu pembelajaran, baik software , hardware , maupun kemampuan perancangan dan pengujian. Sedangkan penilaian terhadap sikap dititikberatkan pada penguasaan soft skill, yaitu keaktifan dan partisipasi dalam diskusi, kemampuan bekerjasama dalam tim, dan kehadiran dalam pembelajaran. Bobot penilaian untuk ketiga aspek tersebut ditentukan oleh guru mata pelajaran yang bersangkutan.

C. Lesson Study