PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SCIDIPRO DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK MELALUI LESSON STUDY.

(1)

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SCIDIPRO DALAM

IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMK

MELALUI LESSON STUDY

Sudji Munadi, Widarto, dan B. Sentot Wijanarka

Universitas Negeri Yogyakarta

Kampus Karangmalang, Yogyakarta 5528 Telp. +62274-550836/Fax. +62274-520326 e-mail: sudji.munadi@yahoo.co.id

Abstract

The aim of this reseach was to develop a learning model Scidipro based Lesson Study on implementation of Curicullum 2013 in Mechanical Enginerring Department Vocational High School. This reseach was Reseach and Development model based Richey & Klein (2010). Model development was involving 10 teachers of Mechanical Enginering in Special Region of Yogyakarta as reseach subject to validate learning model scidipro (Scientific, Discovery and Problem Based Learning) based Lesson Study.Validation was done throught Focus Group Discussion (FGD). Technique of collecting data using interviews and questionnaires, while the instrument was carried out as interview guides and questionnaires.Analysis of the reseachused qualitative and quantitative approach. The results of the reseach were learning model scidiprothrought Lesson Study that consisting plan ( learning components), do (learning contents) and see ( learning outccomes) and targets tobe used as amodel worth learning. Feasibility obtained throughtFGDonhandsbook of practical lesson study with 3.683 categoriesof excellent value, alesson plan on the syllabus and lesson plan with a value of 3.33 was very good category and evaluation of learning lesson study with value of 3.33 is very good category.

Keyword: SciDiPro learning, curriculum 2013, lesson study

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini untuk mengembangkan model pembelajaran SciDiPro berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK Teknik Pemesinan.Penelitian ini merupakan jenis penelitian pengembangan model berdasarkan Richey & Klein (2010).Pengembangan model melibatkan 10 guru program keahlian teknik pemesinan se-DIY sebagai subyek penelitian untuk memvalidasi model pembelajaran SciDiPro (Scientific, Discovery dan Problem Based Learning) berbasis lesson study. Validasi dilakukan melalui Focus Group Disscussion (FGD).Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara dan angket, sedangkan instrumen yang dilakukan adalah pedoman wawancara dan kuisioner.Analisis penelitian menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian diperoleh model pembelajaran SciDiPro melalui lesson study yang terdiri dari plan (komponen pembelajaran), do (isi pembelajaran), see (hasil pembelajaran) dan sasaran layak untuk dijadikan model pembelajaran. Kelayakan diperoleh melalui FGD pada perangkat buku pedoman praktis lesson study dengan nilai 3,683 kategori sangat baik, lesson plan pada perangkat silabus dan RPP dengan nilai 3,33 kategori sangat baik, dan perangkat evaluasi pembelajaran lesson study dengan nilai 3,32 kategori sangat baik.


(2)

LAPORAN PENELITIAN

HIBAH PENELITIAN TIM PASCASARJANA-HPTP

(HIBAH PASCA)

TAHUN KE I

Tahun ke-1 dari rencana 3 tahun

Prof. Dr. Sudji Munadi NIDN 0010035307

Dr. Widarto NIDN 0030126309

Dr. Bernardus Sentot Wijanarka, M.T. NIDN 0006106506

DIBIAYAI OLEH DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN TINGGI KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL

SURAT PERJANJIAN NOMOR : 062/SP2H/PL/DIT.LITABMAS/II/2015

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

NOVEMBER, 2015

ILMU PENDIDIKAN TEKNOLOGI DAN KEJURUAN

PENGEMBANGAN SciDiPro DALAM IMPLEMENTASI

KURIKULUM 2013 DI SMK MELALUI LESSON STUDY


(3)

(4)

RINGKASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran SciDiPro melalui lesson study yang terdiri dari (1) mengetahui bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2) mengembangkan model SciDiPro berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013; (3) mengembangkan perangkat pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan; (4) mengembangkan assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan; (5) menerapkan model pembelajaran problem base learning (PBL) melalui lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan.

Penelitian ini termasuk jenis penelitian dan pengembangan (Research and Development/R & D). Penelitian dilakukan selama 3 tahun. Pada tahun pertama membahas tentang kajian model pembelajaran SciDiPro (Scientific, Discovery, dan Problem Based Learning) melalui lesson study. Upaya menghasilkan model pembelajaran yang efektif dan valid maka dilakukan beberapa kajian yang mencakup (1) pelatihanlesson study, (2) pengembangan perangkat pembelajaranlesson study, (3) pengembangan perangkat Assesment for Learning menggunakan Lesson Study, (4) penerapan model pembelajaranProblem Based Learning. Keempat kajian ini dilakukan dibeberapa sekolah, seperti SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, SMK PIRI 1 Yogyakarta, SMK Islam Yogyakarta, SMK N 2 Depok, dan SMKN 1 Seyegan. Pemilihan sekolah ini lebih mengkhususnya kepada SMK yang memiliki program keahlian teknik pemesinan. Subyek pada penelitian ini meliputi perwakilan guru-guru program keahlian teknik yang ada di SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta, SMK PIRI 1 Yogyakarta, dan SMK Islam Yogyakarta. Selain itu, peserta didik kelas XI-A dan XI-B di SMK SMK N 2 Depok, serta peserta didik kelas XI-A SMKN 1 Seyegan.

Pengumpulan data penelitian dilakukan dengan beberapa teknik yaitu teknik wawancara, observasi, angket, test, dan dokumentasi. Adapun, instrumen penelitian yang digunakan adalah (1) lembar wawancara, (2) kuesioner, (3) soal uraian, (4) lembar observasi, (5) catatan anekdot, (6) kumpulan dokumen. Analisis yang digunakan pada penelitian tahun pertama adalah analisis kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif diperoleh dari hasil penilaian pengetahuan, sikap, dan keterampilan, respon guru dan observer, dan respon peserta didik. Semua data yang mana menggunakan perhitungan yang berbeda-beda sesuai hasil yang ingin dicapai. Perhitungan data kuantitatif


(5)

menggunakan software Microsoft Office Excel 2007. Sedangkan, data kualitatif diperoleh dari wawancara guru dan pengelola industri, catatan anekdot dari aktivitas belajar teori dan praktik peserta didik, dan penilaian diri pada kemajuan kerja praktik peserta didik.

Hasil penelitian diperoleh dari kegiatan FGD untuk memvalidasi model pembelajaran SciDiPro. Kegiatan FGD yang dilakukan antara peneliti dengan 20 guru yang sudah mendapatkan pelatihanlesson study dari 5 SMK yaitu SMKN 2 Yogyakarta, SMKN 3 Yogyakarta, SMK Muh 3 Yogyakarta, SMK Piri 1 Yogyakarta, dan SMK Islam Yogyakarta. Kegiatan ini membahas terkait komponen plan (perencanaan), do (pelaksanaan), dan see (refleksi). Hasil kegiatan FGD menghasilkan model pembelajaran SciDiPro melalui lesson study dengan perangkat pendukung yang meliputi (1) panduan praktis lesson study, (2) perangkat silabus dan RPP lesson study, dan (3) instrumen assessment for learning dengan lesson study. Kelayakan dari model pembelajaran berdasarkan kegiatan FGD dilanjutkan pada penerapan model di pembelajaran teori dan praktik program keahlian teknik pemesinan.

Hasil FGD diterapkan pada 4 kajian penelitian tantang pelatihan lesson study, pengembangan silabus dan RPP serta assessment for learningdenganlesson study, dan penerapan PBL. Pelatihan lesson study kepada 20 guru SMK se-Kota Yogyakarta dihasilkan penelitian dengan eksperimen. Pelatihan menitikberatkan pada kompetensi pedagogik guru, motivasi mengajar guru, dan kesipan mengajar guru sebelum (pretest) dan sesudah (posttest) diberi pelatihan lessosn study. Hasil pretest dan posttest pada kompetensi pedagogik guru menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kompetensi pedagogik guru sesudah diberikan pelatihan lesson study. Berdasarkan grafik menunjukkan rata-rata nilai pretest sebesar 94,65 dan rata-rata nilai posttest sebesar 107,25 sehingga mengalami peningkatan nilai sebesar 12,6. Apabila, dikonversikan ke nilai persentasi maka nilai kompetensi pedagogik guru mengalami peningkatan sebesar 13,31% sesudah dilaksanakannya pelatihanlesson study.

Hasil pretest dan posttest pada motivasi mengajar guru terdapat perbandingan nilaipretestdanposttestyang diperoleh rata-rata nilai pretestsebesar 48,3 dan rata-rata nilai posttest sebesar 51,7. Hasil tersebut terjadi peningkatan sebesar 3,4. Apabila dikonversikan ke nilai persentasi terjadi peningkatan sebesar 7,03% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Hasil pretest dan posttest pada kesiapan


(6)

sebesar 59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Perbandingan ini menghasilkan peningkatan sebesar 7,8. Apabila dikonversikan ke nilai persentasi maka diperoleh peningkatan sebesar 13,17% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Hasil pelatihan lesson study ditunjang dengan penelitian pengembangan perangkat pembelajaran lesson study di SMK. Perangkat pembelajaran yang dibuat adalah silabus dan RPP mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Hasil penelitian diawali dari tahapan analisis. Tahapan ini dimaksudkan untuk mencari kebutuhan pembelajaran praktik pemesinan bubut. Responden yang berpartisipasi adalah guru dan pengelola industri. Hasil dari tahapan analisis diperoleh rata-rata analisis kebutuhan silabus bagi guru adalah 3,53 dengan kategori sangat setuju dan kebutuhan RPP bagi guru adalah 3,45 dengan kategori sangat setuju. Hasil wawancara dianalisis bahwa kebutuhan silabus dan RPP yaitu: (1) disesuaikan dengan jumlah jam pelajaran, (2) pengembangan sesuai dengan kebutuhan sekolah, (3) dievaluasi secara rutin, dan (4) penerapan saintifik disesuaikan dengan karakteristik mata pelajaran. Analisis kebutuhan bagi pengelola industri rata-rata dihasilkan 3,45 dengan kategori sangat setuju.

Tahapan perancangan silabus dan RPP lesson study. Perancangan produk membutuhkan masukan dari guru produktif teknik pemesinan dan pengelola industri. Hasil angket menunjukkan nilai rata-rata terhadap perancangan silabus bagi guru adalah 3,37 dengan kategori sangat setuju dan perancangan RPP bagi guru adalah 3,43 dengan kategori sangat setuju. Selain itu, hasil wawancara kepada guru dapat disimpulkan perancangan terhadap silabus dan RPP sebagai berikut: (1) sinergisitas dengan industri dalam mengembangkan silabus dan RPP, (2) pengembangan silabus dan RPP diterapkan melalui lesson study, (3) sosialisasi lesson study, (4) penilaian pada silabus dan RPP menggabungkan antara penilaian sekolah dengan industri, dan (5) pengembangan silabus dan RPP menggunakan pedoman Kurikulum 2013 secara menyeluruh. Analisis perancangan produk bagi pengelola industry adalah 3,5 dengan kategori sangat setuju.

Hasil analisis kebutuhan, perancangan, dan sumber referensi digunakan sebagai acuan padatahapan pengembangan. Produk yang dibuat adalah silabus dan RPP mata pelajaran praktik pemesinan bubut kelas XI. Komponen silabus menggunakan pedoman dari Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Komponen RPP menggunakan pedoman dari Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.


(7)

Kumpulan dokumen menghasilkan produk silabus dan RPP. Pembelajaran yang ada pada produk silabus dan RPP menggunakan pendekatan saintifik. Setiap mata pelajaran peserta didik harus mampu mengamati, menanya, mengumpulkan data, menganalisis/mengasosiasikan data, dan mengkomunikasi materi yang dipelajari. Pendekatan yang digunakan untuk mengukur tingkat aktivitas belajar peserta didik. Aktivitas belajar yang diwujudkan pada kemandirian dan keaktifan belajar peserta didik, khususnya mata pelajaran praktik pemesinan bubut. Oleh karena itu, tahapan pembelajaran tersebut mengharuskan peserta didik lebih aktif dalam belajar (student centered), bukan pengetahuan lebih banyak disampaikan oleh guru (teacher centered).

Hasil pengembangan produk silabus dan RPP diterapkan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk. Kelayakan produk dilakukan dengan uji coba internal dan uji coba eksternal. Kedua uji coba ini bagian dari tahapan evaluasidalam pengembangan produk. Uji coba internal diperoleh dari validasi instrumen dan validasi produk. Validasi instrumen bertujuan untuk memberikan judgement (keputusan) terhadap instrumen yang divalidasi oleh ahli. Validitas isi pada validasi instrumen penilaian silabus dan RPP, respon guru danobserver, dan respon peserta didik oleh ahli memiliki tingkat rata-rata validitas isi 0,57 dengan kategori “sedang.” Jadi, ketiga instrumen masih perlu di perbaiki dari segi isi (content), baik relevansi isi maupun cakupan isi. Sedangkan, penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 2 ahli/rater diperoleh

data ICC 0,632 dengan kategori “good agreement.” Penilaian instrumen oleh 2 ahli/rater menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang tinggi.

Uji coba internal yang berikutnya pada validasi produk. Validasi ini dinilai oleh 3 ahli/rater. Hasil validitas isi pada tiap item untuk menilai silabus mata pelajaran praktik pemesinan bubut menghasilkan rata-rata 0,841 dengan kategori “sangat tinggi.”

Penilaian produk silabus lesson study menghasilkan koefisien yang sangat tinggi dan ketiga validator relatif sama dalam menilai silabus, sehingga item pada instrumen penilaian silabus valid untuk menilai produk silabus. Validitas isi pada tiap item untuk menilai RPP pada kompetensi praktik pembubutan ulir metrik dan withworth menghasilkan rata-rata 0,843 dengan kategori “sangat tinggi.” Hasil ini menunjukkan

validasi produk RPP lesson study memiliki tingkat validitas yang sangat tinggi. Sedangkan, penilaian reliabilitas dari hasil validasi instrumen oleh 3 ahli/rater dari guru


(8)

0,736 dengan kategori “good agreement” pada RPP. Penilaian produk oleh 3 ahli/rater

menghasilkan tingkat reliabel/keajekan yang sangat tinggi dan tinggi.

Uji coba eksternal diperoleh dari data respon guru dan observer terhadap kegiatan lesson study, data penilaian efektivitas belajar peserta didik, dan data respon peserta didik terhadap proses pembelajaran. Data respon guru dan observer mengindikasikan bentuk evaluasi untuk mengetahui tingkat efektivitas pelaksanaan lesson study. Hasil rangkuman pada tabel menunjukkan 17 yang menilai “sangat baik” dan 3 yang menilai “baik” dari 20 penilaian oleh 5 responden. Secara keseluruhan,

pelaksanaan lesson study selama 4 kali pertemuan “sangat baik”. Apabila, dihitung setiap pertemuan rata-rata mengalami naik dan turun, namun rata-rata kategori menilai

“sangat baik.”

Penilaian efektivitas belajar peserta didik diperoleh dari aspek pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Aspek pengetahuan nilai rata-rata dari teori ulir dan pengerjaan WP. Nilai rata-rata soal uraian teori ulir adalah 79,63. Penilaian ini lebih tinggi dari standar Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) SMK Negeri 2 Depok Yogyakarta pada aspek pengetahuan sekitar 76. Sedangkan, penilaian isian pada penelitian pengembangan produk berbentuk penilaianwork preparation(WP). Rata-rata nilai dari hasil pekerjaan WP oleh peserta didik diperoleh nilai 80,17. Penilaian tes uraian WP menunjukkan lebih tinggi dari standar KKM SMK Negeri 2 Depok Sleman pada penilaian aspek pengetahuan sekitar 76.

Jenis penilaian sikap yang digunakan adalah observasi dan jurnal (anecdotal record/catatan anekdot). Penilaian sikap tersebut dilakukan pada materi teori dan materi praktik. Materi teori ulir sebagai pengetahuan dasar sebelum menjalankan praktik pengerjaan ulir dengan menggunakan pendekatan saintifik. Penilaian observasi sikap belajar peserta didik dengan rating scale menghasilkan rata-rata nilai 2,99 dengan

kategori “sering” pada pembelajaran teoridi pertemuan ke-1. Penilaian pada pertemuan ke-2 sampai ke-4 adalah pembelajaran praktik yang menghasilkan nilai rata-rata 3,23

dengan kategori “sering”, nilai 3,22 dengan kategori “sering.” dan nilai 3,38 dengan kategori “selalu.” Penilaian ini menunjukkan sikap belajar peserta didik pada materi

teori dan praktik ulir metrik dan withworth setiap pertemuan terjadi peningkatkan keaktifan belajar. Secara keseluruhan, keempat nilai rata-rata dihasilkan dengan


(9)

Catatan anekdot diperoleh dari sikap belajar peserta didik pada pembelajaran teori dan praktik. Hasil catatan anekdot pada pembelajaran teori menghasilkan kegiatan belajar diantaranya (1) kegiatan diskusi; (2) presentasi; dan (3) mengerjakan soal uraian berlangsung. Pembelajaran praktik terdapat berbagai catatan sikap belajar peserta didik. Hasil catatan sikap pada pertemuan ke-2 sampai ke-4 yaitu (1) kegiatan saat memperhatikan pengantar praktik oleh guru; (2) bertanya kepada guru; (3) diskusi dengan teman; (4) me-setting benda kerja dan pahat; (5) mengatur kecepatan putar; (6) memahami gambar kerja dan WP; dan (7) membubut muka (facing), rata (roughing), bertingkat, alur, ulir metrik danwithworth, dan membuat laporan praktik.

Penilaian keterampilan kerja terdiri dari penilaian diri, produk, unjuk kerja, dan tertulis. Penilaian diri dilakukan dengan mengisi kemajuan kerja peserta didik pada pembelajaran praktik. Penilaian kemajuan kerja dominan peserta didik aktif mengerjakan ulir metrik dan withworth pada pertemuan ke-3 dan ke-4. Penilaian Pembuatan ulir yang sudah selesai dinilai produknya oleh guru. Produk yang dikerjakan oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 85,36. Penilaian tersebut meningkat dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk mengalami peningkatan 5,36. Penilaian unjuk kerja yang dilakukan pada penelitian pengembangan produk adalah penilaian presentasi. Hasil presentasi pelajaran teori ulir oleh peserta didik diperoleh nilai rata-rata 83,88. Penilaian presentasi mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Oleh karena itu, penilaian produk meningkat sebesar 3,88. Penilaian tertulis pada penelitian pengembangan produk adalah penilaian laporan praktik ulir metrik dan withworth. Hasil pengerjaan laporan praktik diperoleh nilai rata-rata 81,5. Penilaian presentasi mengalami peningkatan dari standar KKM aspek keterampilan 80 di SMK Negeri 2 Depok Sleman. Peningkatan tersebut sebesar 1,5.

Penilaian pada uji coba eksternal juga dihasilkan dari respon peserta didik terhadap proses pembelajaran. Respon peserta didik mencakup penilaian penyajian materi yang diperoleh dari pengisian kuisioner secara rata-rata peserta didik menilai

penyajian materi berkategori “baik” dengan nilai 2,97. Sedangkan, penilaian respon

peserta didik juga menilai aspek bahasa. Diperoleh rata-rata pada penggunaan bahasa

berkategori “baik” dengan nilai 3.


(10)

sesuai dengan SKKNI yang ada. Rancangan yang dibuat selanjutnya dilakukan validasi pakar. Hasil validasi menghasilkan validitas isi sebesar 3,52 dengan kategori sangat baik dan uji reliabilitas menggunakan cohen kappa diperoleh nilai reliabilitas > 0,737 tergolong reliabilitas tinggi, sehingga dapat dibuktikan bahwa rancangan perangkat awal penilaian yang digunakan merupakan perangkat yang reliabel. Kedua, perangkat selanjutnya dilakukan validasi lagi oleh para guru-guru melalui kegiatan FGD. Adapun hasil validasi menunjukan point 3,32 tergolong baik sekali. Selanjutnya hasil uji reliabilitas didapatkan 0,663, sehingga dapat dikategorikan perangkat termasuk kategori tinggi.

Ketiga, uji coba produk yang terdiri dari uji coba terbatas dan diperluas. Rerata hasil ujicoba terbatas menunjukan nilai validitas 2,73 dan termasuk kategori sedang, sehingga perlu dilakukan perbaikan. Adapun uji reliabiltas menunjukan 0,601. Dan termasuk kategori good. Sehingga perangkat dapat digunakan untuk ujicoba diperluas dengan beberapa perbaikan. Uji coba diperluas menunjukan validitas bernilai 3,27 termasuk pada kategori tinggi sehingga dapat dikatakan perangkat penilaian valid. Sementara hasil uji reliabilitas 0,614 termaasuk dalam kategori tinggi. Sehingga dapat dikatakan perangkat valid dan reliabel.

Hasil penelitian berikutnya untuk menunjang kelayakan model SciDiPro adalah penerapan PBL untuk meningkatkan prestasi peserta didik. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan 2 siklus. Siklus pertama didapat hasil observasi kinerja siswa yang diperoleh nilai cukup dan siklus kedua kinerja siswa yang diperoleh nilai baik. Data hasil belajara peserta didik diperoleh posttest pada siklus pertama rata-rata nilai 7,80 dan siklus kedua rata-rata nilai 9,13.

Hasil penelitian pada tahun pertama terdapat beberapa saran untuk ditingkatkan pada tahun kedua. Saran pada penelitian model pembelajaran SciDiPro di SMK sebagai berikut.

1. Kegiatan pelatihan lesson study lebih disebar luaskan ke seluruh guru produktif di SMK DIY.

2. Kegiatan uji coba eksternal diupayakan untuk diterapkan ke seluruh kabupaten di DIY.

3. Penerapan lesson study secara komprehensif dapat dilakukan dengan membuat tim untuk menjadwal pelaksanaan lesson study di SMK yang ada di DIY.


(11)

CAPAIAN INDIKATOR KINERJA

Penelitian Hibah Tim Pascasarjana tahun I yang berjudul: Pengembangan PengembanganSciDiProdalam Implementasi Kurikulum 2013 di SMK melaluiLesson Studymelibatkan 6 mahasiswa S-2 Prodi PTK, Program Pascasarjana UNY yang terdiri sebagai berikut.

No Nama

Mahasiswa/NIM Judul Tesis Pembimbing Keterangan

1 Haris Abizar/ 13702251029

Pengembangan Perangkat PembelajaranLesson Study pada Paket Keahlian Teknik Pemesinan di SMK

Dr. Bernardus Sentot

Wijanarka, M.T. Lulus

2

Rivandra Rezani/ 13702251043

Pengaruh PelatihanLesson Studyterhadap Kompetensi Pedagogik, Motivasi Mengajar, dan Kesiapan Mengajar Guru SMK di Kota Yogyakarta dalam

Implementasi Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Dr. Widarto, M.Pd. Lulus

3 Endri Triwiyono/ 13702251009

Pengembangan Perangkat Assessment for Learning melaluiLesson Studypada Kompetensi Praktik Pemesinan Siswa SMK sesuai Kurikulum 2013

Dr. Wagiran, M.Pd. Progres

Bab IV-V

4 B. Agus Munadi/ 13702251057

ImplementasiProblem Based Learninguntuk Meningkatkan Prestasi Siswa pada Kurikulum 2013 Mata Pelajaran Las Oxy Asitilin di SMK

Dr. Sunaryo Soenarto Progres Bab IV-V

5 Adi Irfan R/ 13702251018

ImplementasiDiscovery Inquirypada Pelajaran Pengukuran di SMK

Prof. Thomas Sukardi, M.Pd.

Progres Bab I-III

6 Tristiyanto/ 13702251068

Analisis Dokumen Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Sebagai Evaluasi Pemahaman Guru Pada Tuntutan

Kurikulum Melalui Kegiatan Lesson Study

Dr. Istanto Wahyu Djatmiko

Progres Bab I-III


(12)

PRAKATA

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatNya sehingga penelitian dan laporan ini dapat selesai. Penelitian ini selama 3 tahun memiliki tujuan untuk: (1) Mengembangkan model teoritis SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 melalui Lesson Study; (2) Menerapkan SciDiPro dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 melalui kegiatan Lesson Study tentang pengembangan dan implementasi Scientific, pengembangan dan implementasi Discovery, serta pengembangan dan implementasi PBL melalui Lesson Study; (3) Mendesiminasi SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 melaluiLesson Studydi SMK Daerah Istimewa Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan (Research and Development/R&D). Penelitian pengembangan SciDiPro pada implementasi Kurikulum 2013 melalui kegiatanLesson Study dilakukan di SMK se-DIY dengan sampel random (random sampling) SMK negeri dan swasta. Pengembangan SciDiPro diharapkan mampu menghasilkan pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif, dan menyenangkan (PAIKEM) melaluiLesson Study. Proses pembelajaran yang dirancang mampu menumbuhkan rasa senang belajar bagi peserta didik, sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas pemahaman terhadap materi yang dipelajari.

Penelitian pada tahun pertama ini mampu mendorong 4 mahasiswa menyelesaikan tesisnya dan 2 mahasiswa S-2 Prodi PTK yang segera juga akan menyusul menyelesaikan tesis. Keenam judul tesis mahasiswa itu merupakan anak payung dari penelitian induk ini.

Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada Kepala Penelitian dan Pengabdian Masyarakat yang telah membiayai penelitian ini. Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada Direktur Pasca Sarjana UNY yang telah memfasilitasi pada saat kami menyusun proposal sampai pada pelaksanaan penelitian.

Peneliti sudah melakukan penelitian ini dengan sungguh hati dan berusaha semaksimal mungkin agar penelitian ini berkualitas, namun pada kenyataannya mungkin masih banyak kekurangan yang terjadi. Untuk itu kiranya, masukan yang membangun masih sangat kami harapkan. Demikian prakata dari kami ada kekurangan dalam kami melakukan penelitian ini mohon untuk dimaafkan.

Yogyakarta, 2 November 2015 Tim Peneliti


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Halaman Pengesahan ... ii

Ringkasan ... iii

Capaian Indikator Kinerja ... x

Prakata ... xi

Daftar Isi ... xii

Daftar Tabel ... xiv

Daftar Gambar ... xvi

Daftar Lampiran ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah ... 4

C. Road MapPenelitian ... 5

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. Kurikulum 2013 ... 7

1. Rasional Kurikulum 2013 ... 8

2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013 ... 9

3. Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013 ... 9

4. Karakteristik Kurikulum 2013 ... 10

5. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013 ... 10

B. Pendekatan dan Model Pembelajaran pada Implementasi Kurikulum 2013 ... 12

1. PendekatanScientific(Scientific Approach) ... 12

2. Model Pembelajaran ... 15

C. Lesson Study ... 27

D. Kerangka Pikir ... 31

E. Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III. TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN ... 33

A. Tujuan Penelitian ... 33

B. Manfaat Penelitian ... 33

BAB IV. METODE PENELITIAN ... 34

A. Desain Penelitian ... 34

B. Prosedur Penelitian ... 34

C. Subyek Penelitian Tahun Pertama ... 35

D. Metode Pengumpulan Data ... 36

E. Teknik Analisis Data ... 37

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 42

A. Hasil Penelitian Payung ... 42


(14)

BAB VI. RENCANA TAHAP BERIKUTNYA ... 118

A. Rencana Tahun Ke-2 ... 118

B. Rencana Tahun Ke-3 ... 118

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 119

A. Kesimpulan ... 119

B. Saran ... 120

DAFTAR PUSTAKA ... 121


(15)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1. Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013

se-DIY per Juni 2014... 2

Tabel 2. Perbandingan kurikulum dari masa ke masa ... 8

Tabel 3. Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah ... 21

Tabel 4. Kegiatan penelitian ... 34

Tabel 5. Tempat dan waktu penelitian ... 36

Tabel 6. Instrumen penelitian pada pengembangan SciDiPro ... 37

Tabel 7. Data pengkategorian dengan 4 skala penilaian ... 39

Tabel 8. Kriteria validitas ... 40

Tabel 9. Data kualitatif dari wawancara, catatan anekdot, dan kemajuan kerja ... 41

Tabel 10. Daftar 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mempunyai program keahlian teknik pemesinan ... 50

Tabel 11. Hasil analisis datapretestkompetensi pedagogik guru ... 54

Tabel 12. Hasil analisis dataposttestkompetensi pedagogik guru ... 54

Tabel 13. Hasil uji normalitas datapretestdanposttestvariabel kompetensi pedagogik guru ... 56

Tabel 14. Hasil uji homogenitas datapretestdanposttestvariabel kompetensi pedagogik guru ... 56

Tabel 15. Hasil analisis datapretestmotivasi mengajar guru ... 56

Tabel 16. Hasil analisis dataposttestmotivasi mengajar guru ... 57

Tabel 17. Hasil uji normalitas datapretestdanposttestvariabel motivasi mengajar guru ... 58

Tabel 18. Hasil uji homogenitas datapretestdanposttestvariabel motivasi mengajar guru ... 58

Tabel 19. Hasil analisis datapretestkesiapan mengajar guru ... 59

Tabel 20. Hasil analisis dataposttestkesiapan mengajar guru ... 59

Tabel 21. Hasil uji normalitas datapretestdanposttestvariabel kesiapan mengajar guru ... 60

Tabel 22. Hasil uji homogenitas datapretestdanposttestvariabel kesiapan mengajar guru ... 61

Tabel 23. Hasil pengujian hipotesis variabel kompetensi pedagogik guru ... 62

Tabel 24. Hasil pengujian hipotesis variabel motivasi mengajar guru ... 64

Tabel 25. Hasil pengujian hipotesis variabel kesiapan mengajar guru ... 65

Tabel 26. Data angket analisis kebutuhan silabus (guru) ... 75

Tabel 27. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis kebutuhan silabus (guru) ... 75

Tabel 28. Data angket analisis kebutuhan RPP (guru) ... 75

Tabel 29. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis kebutuhan RPP (guru) ... 76


(16)

Tabel 30. Data angket analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran

(industri) ... 77

Tabel 31. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada analisis kebutuhan pada kesiapan pembelajaran (industri) ... 78

Tabel 32. Data angket perancangan terhadap silabus (guru) ... 79

Tabel 33. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada perancangan terhadap silabus (guru) ... 79

Tabel 34. Data angket perancangan terhadap RPP (guru) ... 80

Tabel 35. Data angket perancangan terhadap RPP (guru) ... 80

Tabel 36. Data angket perancangan pembelajaran (industri) ... 81

Tabel 37. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada keterlibatan industri dalam merancang pembelajaran ... 81

Tabel 38. Data validitas isi pada penilaian instrumen ... 84

Tabel 39. Data reliabilitas penilaian instrumen 2 ahi/rater ... 84

Tabel 40. Data validitas isi pada penilaian produk silabus ... 85

Tabel 41. Data validitas isi pada penilaian produk RPP ... 85

Tabel 42. Data reliabilitas penilaian produk 3 ahi/rater ... 86

Tabel 43. Data rangkuman respon guru danobserverterhadap pelaksanaan lesson study... 87

Tabel 44. Konversi kriteria pengskoran ke bentuk persentasi pada penilaian WP ... 92

Tabel 45. Data kemajuan kerja pembuatan ulir metrik danwithworth ... 94

Tabel 46. Data penilaian presentasi kelompok materi teori ulir ... 96

Tabel 47. Data penilaian laporan praktik ulir metrik danwithworth... 97

Tabel 48. Data respon peserta didik terhadap penyajian materi ... 98

Tabel 49. Data respon peserta didik terhadap penggunaan bahasa ... 99

Tabel 50. Validasi perangkat penilaian ... 103

Tabel 51. Data reliabilitas menggunakan cohen kappa ... 103

Tabel 52. Data FGD instrumen penilaian ... 104

Tabel 53. Data reliabilitas menggunakanintraclass correlation coefficient (ICC)... 104

Tabel 54. Data uji coba terbatas ... 105

Tabel 55. DataIntraclass Correlation Coefficientpada uji coba terbatas ... 105

Tabel 56. Data uji coba diperluas ... 106

Tabel 57. DataIntraclass Correlation Coefficientpada uji coba diperluas ... 106

Tabel 58. Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 1) ... 108

Tabel 59. Kinerja Siswa dalam Pembelajaran (Siklus 2) ... 111

Tabel 60. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 1) ... 111

Tabel 61. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 1 (Observer 2) ... 112

Tabel 62. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 1) ... 113

Tabel 63. Perhitungan Statistik Kinerja Siswa Siklus 2 (Observer 2) ... 113

Tabel 64. Nilai Evaluasi Siklus 1 dan Siklus 2 ... 114

Tabel 65. Proses Peningkatan Keaktifan Siswa Menggunakan Metode Problem Based Learning ... 116


(17)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Langkah-langkah pembelajaranscientific... 12

Gambar 2. Pendekatanscientificdan 3 ranah yang jadi acuan ... 15

Gambar 3. Skema kegiatanlesson study... 28

Gambar 4. Kegiatan perencanaan (plan) ... 29

Gambar 5. Kegiatan pelaksanaan (do) ... 29

Gambar 6. Kegiatan refleksi (see)... 30

Gambar 7. Diagram pengembangan SciDiPro ... 35

Gambar 8. Diagram model pembelajaran SciDiPro menggunakan lesson study... 45

Gambar 9. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-1 ... 47

Gambar 10. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-2 ... 48

Gambar 11. Diagram model pembelajaran pada tahun ke-3 ... 49

Gambar 12. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest kompetensi pedagogik guru ... 55

Gambar 13. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest motivasi mengajar guru... 57

Gambar 14. Perbandingan rata-rata pretest dan posttest kesiapan mengajar guru ... 60

Gambar 15. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 1 ... 62

Gambar 16. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 2 ... 63

Gambar 17. Pedoman penggunaan statistik parametrik dan nonparametrik 3 ... 65

Gambar 18. Grafik rangkuman penilaian pada pelaksanaanlesson study . 88 Gambar 19. Grafik aspek pengetahuan pada nilai teori ulir... 90

Gambar 20. Grafik nilai aspek pengetahuan pada nilai WP ... 91

Gambar 21. Grafik data penilaian produk pembuatan ulir metrik dan withworth... 95

Gambar 22. Grafik penilaian presentasi kelompok materi teori ulir ... 95


(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Instrumen Penelitian ... 125 Lampiran 2. Personalia Tenaga Peneliti Beserta Kualifikasi ... 128 Lampiran 3. Publikasi ... 129


(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan pada hakikatnya bertujuan meningkatkan kecerdasan anak bangsa. Hakikat ini telah diamanahkan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang diharapkan dapat mewujudkan proses berkembangnya kualitas pribadi peserta didik sebagai generasi penerus bangsa di masa depan. Sistem pendidikan yang telah terkonsep pada kurikulum seyogyanya mampu mewujudkan kualitas peserta didik. Perkembangan kurikulum saat ini telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) yang dikenal dengan sebutan Kurikulum 2013. Keputusan menerapkan Kurikulum 2013 dimaksudkan untuk memperbaiki sistem pendidikan sebelumnya yang menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Perubahan menjadi Kurikulum 2013 menitikberatkan pada kemandirian peserta didik saat proses pembelajaran. Peserta didik dituntut lebih aktif belajar, sehingga semakin leluasa untuk mengeksplorasi pengetahuan yang dipelajarinya. Ilmu yang dipelajari tidak langsung diambil segitu saja, melainkan perlu ditelaah secara mendalam makna dari ilmunya yang diperoleh. Dengan begitu, akan tumbuh rasa kepekaan dan rasa ingin tahu yang tinggi terhadap pengetahuan yang dipelajari. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang disampaikan oleh Kelly (2009: 1) one feature that characterized curriculum change in the latter part of the last century was the increased incidence of planning and preparation in curriculum development.

Harapan menghasilkan kualitas pendidikan yang lebih baik dengan menerapkan Kurikulum 2013 saat ini masih banyak kendala. Permasalahan yang sampai tahun 2015 masih perlu diperbaiki adalah distribusi buku dan sosialisasi Kurikulum 2013 kepada guru. Pembuatan dan pencetakan buku untuk peserta didik yang belum terlaksana dengan baik. Khusus jenjang SMK, pendistribusian buku untuk peserta didik belum tuntas diberikan kepada peserta didik. Menurut


(20)

Hamid Muhammad mengatakan di tingkat SMK, terdapat 1000 sekolah sasaran Kurikulum 2013. Sebanyak 748 sekolah (75 persen) sudah menerima lengkap, dan 252 sekolah (25 persen) belum menerima lengkap buku Kurikulum 2013 (http://kemdikbud.go.id/kemdikbud/node/4438). Kejadian seperti ini, SMK yang sudah menerapkan Kurikulum 2013 tidak dapat menjalankan secara total. Bahkan, ada guru yang masih menerapkan Kurikulum KTSP walaupun sekolah tersebut sudah menerapkan Kurikulum 2013.

Sosialisasi Kurikulum 2013 yang digagas oleh Kemendikbud masih belum efektif untuk dipahami oleh guru. Banyak guru merasa bingung untuk memahami penerapan Kurikulum 2013. Sosialisasi dalam bentuk pelatihan Kurikulum 2013 yang diselenggaraan oleh Kemendikbud secara bertahap menjadikan belum semua guru mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Sebagai contoh, data dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Yogyakarta Bidang Fasilitas Penjaminan Mutu Pendidikan (FPMP) yang tercantum pada tabel 1 per Juni 2014 terdapat guru SMK se-DIY yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013. Namun, mata pelajaran kelompok C1, C2 dan C3 bidang keahlian teknologi dan rekayasa belum mendapatkan pelatihan implementasi Kurikulum 2013 dari LPMP Yogyakarta.

Tabel 1

Data guru yang sudah mendapatkan pelatihan Kurikulum 2013 se-DIYper Juni 2014

No Kabupaten

Guru yang sudah mendapatkan pelatihan

SD SMP SMA/K SUB TOTAL

D.I. Yogyakarta

1 Kab. Bantul 1.609 1.165 590 593

2 Kab. Sleman 1.864 1.316 741 744

3 Kab. Gunung Kidul 1.691 1.019 535 538

4 Kab. Kulonprogo 1.163 623 412 1.036

5 Kota Yogyakarta 828 661 539 2.028

Total 7.155 4.784 2.817 17.760

Kendala yang ada pada implementasi Kurikulum 2013 perlu adanya evaluasi secara komprehensif. Bentuk evaluasi dengan menerapkan pembelajaran berbasis Kurikulum 2013. Proses pembelajaran yang diterapkan di sekolah


(21)

khususnya di SMK menggunakan pendekatan dan model yang ada di Kurikulum 2013. Pendekatan yang digunakan seperti pendekatan saintifik (scientific approach) dan model yang digunakan seperti discoverymodel,project base learning (PjBL), Problem base learning (PBL), dan sebagainya. Semua kompetensi yang ada di SMK menggunakan pendekatan saintifik dengan berbagai model yang dapat digunakan untuk pembelajaran.

Pendekatan dan model pembelajaran yang membutuhkan perlu direncanakan dan diterapkan agar tercapai keaktifan dan kemandirian peserta didik dalam belajar. Hasil penerapan pembelajaran teori atau praktik dievaluasi agar pembelajaran berikutnya lebih baik. Pembelajaran tersebut membutuhkan peran guru secara efektif. Peran aktif tidak hanya dilakukan oleh guru yang mengampu mata pelajaran tertentu, melainkan dibutuhkan kerjasama antar guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran. Kegiatan yang membangun kerjasama antar guru seperti lesson study. Kegiatan ini dapat membentuk kolaborasi dan pembelajaran bersama (mutual learning) antar guru. Guru dapat merencanakan (plan), melaksanakan (do), dan merefleksi (see) pembelajaran baik materi teori maupun praktik.

Komunikasi yang internsif antar guru dalam pelaksanaan lesson study dapat berdampak pada peserta didik. Kegiatan lesson study yang diterapkan menjadikan peserta didik senang belajar. Ketercapaian rasa senang belajar ditunjukkan pada motivasi dan keaktifan belajar yang tinggi. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian dari Sumartono dan Yus Setriarini (2011: 320) yang menjelaskan bahwa pembelajaran matematika di SMPN 1 Sukorejo melalui lesson study berbasis sekolah (LSBS) dari hasil deskriptor menunjukkan keaktifan belajar peserta didik menyelesaikan semua tugas pada saat pembelajaran mendapatkan rerata tertinggi yaitu 93%. Meskipun hasil deskriptor lainnya menghasilkan rerata berkisar 75%-80%. Hal ini menunjukkan bahwa dengan adanya LSBS memberikan motivasi yang sangat tinggi pada peserta didik saat proses pembelajaran.

Pelaksanaan lesson study yang mampu memberi dampak pada keaktifan dan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan tujuan Kurikulum 2013. Kegiatan


(22)

lesson study yang menggunakan pendekatan dan model yang ditentukan pada Kurikulum 2013 diharapkan dapat mewujudkan peserta didik aktif, mandiri, dan terampil seinhgga terbentuk budaya senang belajar, khususnya peserta didik SMK. Penerapan pembelajaran pada kegiatan lesson study dapat menggunakan pendekatan saintifik, model pembelajaran discovery dan problem base learning (PBL). Pendekatan saintifik (scientific approach) yang mengutamakan fakta atau logika terhadap materi yang dipelajari. Modeldiscovery melibatkan peserta didik untuk kreatif dalam menemukan sesuatu informasi. Sedangkan, model PBL merancang pembelajaran yang berbasis permasalahan yang muncul dari materi yang dipelajari dan mampu menumbuhkan sikap kritis untuk menentukan solusi dari permasalahan tersebut.

Pendekatan dan model pembelajaran yang diterapkan diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap, keterampilan peserta didik. Kemampuan peserta didik pada materi teori dan praktik menghasilkan penilaian yang komprehensif khususnya pada bidang teknik pemesinan. Oleh karena itu, perlu dikembangkan kegiatan lesson study dengan menerapkan pendekatan saintifik serta model pembelajaran discovery dan problem base learning (PBL). Konsep pembelajaran dapat dinamakan SciDiPro (Scientific, Discovery, danProblem Base Learning) yang diharapkan mampu mendukung implementasi Kurikulum 2013 melalui kegiatanlesson study.

B. Pembatasan dan Rumusan Masalah

Penelitian tahun pertama dapat dibatasi pada penelitian: (1) pelatihan lesson studykepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY; (2) model SciDiPro berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013; (3) perangkat pembelajaran lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan; (4) assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan;dan (5) menerapkan model pembelajaran problem baselearning (PBL) melalui lesson studypada keahlian bidang teknik pemesinan.


(23)

Sejalan dengan batasan masalah dalam implementasi Kurikulum 2013, permasalahan yang dikaji pada penelitian tahun pertama antara lain: (1) Bagaimanakah bentuk pelatihan lesson study kepada guru teknik pemesinan di SMK Se-DIY? (2) Bagaimanakah pengembangan model SciDiPro berbasis lesson study dalam implementasi Kurikulum 2013? (3) Bagaimanakah pengembangan perangkat pembelajaran lesson studypada keahlian bidang teknik pemesinan? (4) Bagaimanakah pengembangan assessment for learning pada keahlian bidang teknik pemesinan? dan (5) Bagaimanakah penerapan model pembelajaran problem basedlearning (PBL) melalui lesson study pada keahlian bidang teknik pemesinan?

C. Road Map Penelitian

Judul Penelitianhibah Tim Pascasarjana ini adalah: “Pengembangan

SciDiPro dalam implementasi Kurikulum 2013 di SMK melalui Leson Study”.

Penelitiantahun pertamamenghasilkan luaran yaitu: (1) Selesainya tesis 4 orang mahasiswa peserta didik prodi S-2 Pendidikan Teknologi Kejuruan Program Pascasarjana UNY. Adapun tema anak payung pada penelitian ini adalah: (a)Perangkat Pembelajaran Lesson Study Pada Program Keahlian Teknik Pemesinan, (b) Assessment For LearningPada Program Keahlian Teknik Pemesinan, (c)PenerapanProblem Based LearningPada Program Keahlian Teknik Pemesinan, dan (d) PelatihanLesson Studykepada Guru SMK Teknik Pemesinan; (2) Makalah dipresentasikan dalam pertemuan ilmiah nasional; (3) Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal nasional yang terakreditasi; (4) Model SciDiPro berbasis lesson study pada implementasi Kurikulum 2013 di SMK keahlian bidang teknik pemesinan.

Road mapPenelitian Hibah Tim Pascasarjanadengan mengaitkan pada

penelitian anak payung. Pengkaitan yang dilakukan dari

SciDiPro(Scientific,Discovery dan Problem Based Learning) dengan kegiatan lesson study. Penelitian anak payung yang membahas tentang pelatihan lesson study, mengembangan perangkat pembelajaran lessonstudy, mengembangkan assessment for learning, dan implementasi problem based learningmenggunakan


(24)

lesson study. Hasilnya berupa model SciDiPro melalui lesson study. Model ini akan semakin valid, maka dilakukanFocus Group Discussion(FGD) antara tim peneliti dengan guru-guru program keahlian teknik pemesinan yang sudah mendapatkan pelatihan lesson study.Semua kegiatan tersebut adalah proses kolaboratif dengan kolaborator dengan melakukanstudy Lesson Study.

Tahap impelemntasiLesson studyberlanjut pada tahapan berikutnya yaitu tentang praktik implementasi lesson study pada pembelajaran teori dan praktik teknik pemesinan. Impelementasi yang diwujudkan pada rancangan dan kajian perangkat pembelajaran lessos study danassement for learningdengan menggunakan lesson study, dan implementasi problem based learning dalam kurikulum 2013.

Penelitian pada tahun kedua meliputi pengembangan produk dan menerapkan produk pada pembelajaran. Pengembangan produk terdiri dari produk pada sarana pembelajaran seperti produk work preparation (WP), media pembelajaran, dan jobsheet. Produk yang dikembangkan dengan menggunakan model pembelajaran DiscoverydanProblem Based Learning (PBL). Jadi, produk yang sudah dikembangkan kemudian diterapkan pada pembelajaran di berbagai sekolah di DIY pada program keahlian teknik pemesinan. Penerapan produk bertujuan mengetahui tingkat efektivitas dari penggunaan produk dari kemampuan pengetahun, sikap, dan keterampilan. Rancangan ini mengunakan kegiatan lesson study dengan melibatkan guru dan observer dalam merencanakan produk, melaksanakan pembelajaran, dan merefleksi hasil pembelajaran. Kegiatan lesson studydilakukan secara bersiklus sesuai target pembelajaran yang ingin dicapai.

Penelitian pada tahun ketiga meliputi evaluasi pembelajaran dengan mengembangkan produk evaluasi pembelajaran dan penerapan produk yang lebih luas. Pengembangan produk evaluasi bertujuan untuk membuat produk evaluasi dari tahapan penelitian tahun pertama dan kedua. Kemudian, penerapan produk yang sudah dibuat pada tahun pertama dan kedua diterapkan ke beberapa SMK di DIY. SMK yang dijadikan tempat penelitian lebih banyak daripada tempat penelitian pada tahun kesatu dan kedua. Rancangan ini tetap menggunakan kegiatanlesson study, sehingga kolaborasi antar guru semakin komprehensif.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum 2013

Kurikulum menurut Finch & Crunkilton (2004: 7) adalah the sum of the learning activities and experiences that a student has under the auspices or direction of the school. Kurikulum diyakini dapat memberikan kontribusi yang signifikan untuk mewujudkan proses berkembangnya kualitas potensi peserta didik. Apabila implementasi kurikulum dapat dilaksanakan dengan baik maka akan membantu peningkatan kualitas pendidikan nasional. Hal ini sesuai dengan penjelasan yang dikemukakan oleh Kelly (2009: 5)one feature that characterized curriculum change in the latter part of the last century was the increased incidence of planning and preparation in curriculum development.

Kurikulum di Indonesia pada tahun 2013 mengalami perubahan dari KTSP ke Kurikulum 2013. Peralihan sistem pendidikan nasional dengan adanya perubahan kurikulum sebenarnya memiliki tujuan yang mulia. Adapun, tujuan dari Kurikulum 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia. Kebijakan pemerintah dengan memberlakukan kurikulum 2013 bertujuan untuk meningkatkan pendidikan nasional. Peningkatan yang ada di Kurikulum 2013 didasari berbagai landasan, salah satu adalah landasan konseptual. Landasan tersebut berdasarkan Mulyasa (2014: 65) sebagai dasar pengembangan Kurikulum 2013 yang terdiri dari (1) relevansi pendidikan (link and match), (2) kurikulum berbasiskompetensi dan berkarakter, (3) pembelajaran kontekstual (contextual teaching and learning), (4) pembelajaran aktif, dan (5) penilaian yang valid, utuh, dan menyeluruh. Landasan konseptual yang ada pada pengembangan kurikulum pendidikan kejuruan SMK memiliki karakteristik yang berbeda dengan sekolah umum. Berdasarkan Finch & Crunkilton (2004: 9) karakteristik kurikulum pendidikan kejuruan didasari dari (1) orientation, (2) justification, (3) focus, (4) in-school


(26)

success standards, (5) out-of-school success standards, (6) school-community relationships, (7) federal involvement, (8) responsiveness, (9) logistics, dan (10) expense.

1. Rasional Kurikulum 2013

Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) yang telah dirintis pada tahun 2004 dan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang telah dirintis pada tahun2006 di mana mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.

Tabel 2

Perbandingan kurikulumdari masa ke masa

No. Kurikulum

19471994

Kurikulum

20042006 Kurikulum 2013

1 Basis materi Basis produk Basis praksis

2 Fokus pada ranah pengetahuan Mapel berkontribusi pada kompetensi tertentu Mapel berkontribusi pada semua ranah kompetensi 3

Produk dan proses ditentukan dari materi

Produk ditentukan dari materi, proses ditentukan terpisah

Materi dan proses diturunkan dari produk

4 Penekanan pada

rencana Penekanan pada hasil Penekanan keselarasan rencana, kegiatan, hasil 5 Keseragaman

materi Keseragaman hasil

Keseragaman materi, proses dan hasil

6

Pemantauan

pelaksanaan silabus dan RPP standar

Penilaian hasil yang sangat ketat (harusnya), misalUN

Penilaian proses dan hasil secara utuh 7 Menggunakan materi sebagai konteks Menggunakan materi sebagai konteks Menggunakan tema populer sebagai konteks


(27)

2. Penyempurnaan Pola Pikir Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 dikembangkan dengan penyempurnaan pola pikir sesuai Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014. Adapun, isi dari pola pikir Kurikulum 2013 adalah sebagai berikut.

a. Penguatan pola pembelajaran yang berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus memiliki pilihan-pilihan terhadap materi yang dipelajari dan gaya belajarnya (learningstyle) untuk memiliki kompetensi yang sama. b. Penguatan pola pembelajaran interaktif (interaktif guru-peserta

didik-masyarakat-lingkungan alam, sumber/media lainnya).

c. Penguatan pola pembelajaran secara jejaring (peserta didik dapat menimba ilmu dari siapa saja dan dari mana saja yang dapat dihubungi serta diperoleh melalui internet).

d. Penguatan pembelajaran aktif-mencari (pembelajaran peserta didik aktif mencari semakin diperkuat dengan pendekatan pembelajaran saintifik). e. Penguatan pola belajar sendiri dan kelompok (berbasis tim).

f. Penguatan pembelajaran berbasis multimedia.

g. Penguatan pola pembelajaran berbasis klasikal-massal dengan tetap memperhatikan pengembangan potensi khusus yang dimiliki setiap peserta didik.

h. Penguatan pola pembelajaran ilmu pengetahuan jamak (multidisciplines). i. Penguatan pola pembelajaran kritis.

3. Penguatan Tata Kelola Kurikulum 2013

Tata kelola Kurikulum 2013 terdapat pada Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014. Peraturan tersebut menjelaskan sebagai berikut.

a. Penguatan tata kerja guru lebih bersifat kolaboratif.

b. Penguatan manajeman sekolah melalui penguatan kemampuan manajemen kepala sekolah sebagai pimpinan kependidikan (educational leader). c. Penguatan sarana dan prasarana untuk kepentingan manajemen dan proses


(28)

4. Karakteristik Kurikulum 2013

Karakteristik Kurikulum 2013 terdapat pada Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014. Peraturan tersebut menjelaskan sebagai berikut.

a. Mengembangkan keseimbangan antara sikap spiritual dan sosial, pengetahuan, dan keterampilan, serta menerapkannya dalam berbagai situasi di sekolah dan masyarakat.

b. Menempatkan sekolah sebagai bagian dari masyarakat yang memberikan pengalaman belajar, agar peserta didik mampu menerapkan apa yang dipelajari di sekolah ke masyarakat dan memanfaatkan masyarakat sebagai sumber belajar.

c. Memberi waktu yang cukup leluasa untuk mengembangkan berbagai sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

d. Mengembangkan kompetensi yang dinyatakan dalam bentuk kompetensi inti kelas yang dirinci lebih lanjut dalam kompetensi dasar mata pelajaran. e. Mengembangkan kompetensi inti kelas menjadi unsur pengorganisasi

(organizing elements) kompetensi dasar. Semua kompetensi dasar dan proses pembelajaran dikembangkan untuk mencapai kompetensi yang dinyatakan dalam kompetensi inti.

f. Mengembangkan kompetensi dasar berdasar pada prinsip akumulatif, saling memperkuat (reinforced) dan memperkaya (enriched) antar-mata pelajaran dan jenjang pendidikan (organisasi horizontal dan vertikal). 5. Faktor Keberhasilan Kurikulum 2013

Mulyasa (2013: 39) mengemukakan bahwa keberhasilan Kurikulum 2013 dalam menghasilkan insan yang produktif, kreatif, dan inovatif serta dalam merealisasikan tujuan pendidikan nasional untuk membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat sangat ditentukan oleh berbagai faktor keberhasilan. Salah satu faktor keberhasilan tersebut adalah kreativitas guru, karena guru merupakan faktor penting yang besar pengaruhnya bahkan sangat menentukan berhasil tidaknya peserta didik dalam belajar. Guru harus memahami peserta didik terkait dengan kemampuan, potensi, minat, hobi, sikap, kepribadian, kebiasaan, catatan kesehatan, latar belakang keluarga, dan


(29)

kegiatan lainnya di sekolah. Beberapa hal yang perlu dimiliki guru untuk mendukung implementasi Kurikulum 2013 antara lain (Mulyasa, 2013: 43-44):

a. Menguasai dan memahami kompetensi inti dalam hubungannya dengan kompetensi lulusan.

b. Menyukai apa yang diajarkannya dan menyenangi mengajar sebagai suatu profesi.

c. Memahami peserta didik, pengalaman, kemampuan, dan prestasinya. d. Menggunakan metode dan media yang bervariasi dalam mengajar dan

membentuk kompetensi peserta didik.

e. Memodifikasi dan mengeliminasi bahan yang kurang penting bagi kehidupan peserta didik.

f. Mengikuti perkembangan pengetahuan mutakhir. g. Menyiapkan proses pembelajaran.

h. Mendorong peserta didik untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

i. Menghubungkan pengalaman yang lalu dengan kompetensi dan karakter yang akan dibentuk.

Proses menyukseskan implementasi Kurikulum 2013 dan menyiapkan guru yang siap menjadi fasilitator dalam pembelajaran, hendaknya diadakan musyawarah antara kepala sekolah dan guru. Musyawarah yang dilakukan untuk menganalisis, mendiskusikan, dan memahami berbagai hal yang terkait dengan implementasi Kurikulum 2013, seperti salah satunya adalah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

Kurikulum 2013 merupakan kurikulum berbasis kompetensi dengan outcomes-based curriculum. Dasar kompetensi tercantum pada Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan/Madrasah Aliyah Kejuruan sudah tercantum pada Permendikbud No.70 tahun 2013. Berbagai jurusan menjadikan competences base sebagai acuan untuk mengukur kemampuan peserta didik terhadap bidang keahliannya. Konsep pembelajaran yang dikembangkan lebih mengutamakan pelajaran praktik untuk mencapai syarat keahlian.


(30)

B. Pendekatan dan 2013

1. Pendekatan Sainti Dalam im menggunakan pend proses pembelaja secara aktif meng

tahapan menga

masalah),merumusk mengumpulkan d kesimpulan dan

“ditemukan”. P pemahaman kepa materi mengguna mana saja, kapan sa karena itu kondi mendorong peser observasi, dan Observing, Quest

Gamba a. Mengamati

Prose peserta didik

an Model Pembelajaran pada Implementasi

ntifik (Scientific Approach)

implementasi Kurikulum 2013 mengedepanka pendekatan scientificatau ilmiah. Pendekatan sc lajaran yang dirancang sedemikian rupa agar

engonstruk konsep, hukum atau prinsip m ngamati (untuk mengidentifikasi atau umuskan masalah, mengajukan atau merumuska

n data dengan berbagai teknik, menganalisis dan mengomunikasikan konsep, hukum atau

Pendekatan scientific dimaksudkan untuk kepada peserta didik dalam mengenal, memaha

unakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bi pan saja, tidak bergantung pada informasi searah da kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta di

serta didik dalam mencari tahu dari berbagai sum n bukan hanya diberi tahu.Tahapan Scie uestioning, Associating, Experimenting,danNetw

bar 1. Langkah-langkah pembelajaranscientific i

oses observasi atau pengamatan digunakan unt dik untuk berpikir secara kritis mengenai perm

ntasi Kurikulum

nkan pembelajaran n scientific adalah gar peserta didik melalui

tahapan-tau menemukan

umuskan hipotesis, isis data, menarik tau prinsip yang untuk memberikan ahami berbagai si bisa berasal dari rah dari guru. Oleh a diarahkan untuk i sumber melalui Scientific meliputi

etworking.

ntific

untuk mendorong permasalahan yang


(31)

diberikan guru. Proses ini memerlukan fokus dan konsentrasi yang tinggi karena pengamatan pada permasalahan atau obyek yang akan diteliti harus cermat.Kalau tidak dilakukan dengan cermat, maka obyek yang diobservasi dapat menagburkan makna. Adapun beberapa cara dalam menentukan obyek yang diobservasi: (a) menentukan objek apa yang akan diobservasi; (b) membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi; (c) menentukan secara jelas datadata apa yang perlu diobservasi, baik primer maupun sekunder; (d) menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi; (e) menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar; dan (f) menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi, seperti menggunakan buku catatan, kamera,tape recorder, video perekam, dan alat-alat tulis lainnya.

b. Menanya

Pada proses ini, peserta didik didorong untuk mengajukan pertanyaan terkait dengan apa yang telah mereka observasi. Pertanyaan ini akan lebih baik dijawab oleh peserta didik lain, dan guru hanya bertugas sebagai moderator. Apabila pertanyaan tersebut sulit untuk dijawab peserta didik, maka guru dapat memancing atau menggiring jawaban dengan memberikan keyword jawaban. Adapun beberapa kegiatan yang mampu membangkitkan pertanyaan peserta didik, antara lain sebagai berikut: (a) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang suatu tema atau topik pembelajaran; dan (b) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.

c. Menalar

Pada proses ini, peserta didik dituntut untuk berpikir secara logis dan sistematis dengan menggunakan pendekatan penalaran induktif. Peserta didik akan membuat kerangka pemikiran untuk menjawab pertanyaan dari hasil pengamatan. Pada tahap ini, peserta didik harus


(32)

mampu mengaitkan hubungan-hubungan antar gejala atau fenomena yang ada.

d. Mencoba

Setelah peserta didik mengetahui jawaban dari hasil

penalarannya, maka langkah berikutnya adalah mencoba

mendemonstrasikan hasil penalarannya. Proses mencoba ini bertujuan untuk mengembangkan ranah tujuan belajar yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Adapun beberapa cara yang dapat dilakukan guru untuk mendorong peserta didik untuk mencoba atau bereksperimen antara lain sebagai berikut: (a) menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar menurut tuntutan kurikulum; (b) mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan harus disediakan; (c) mempelajari dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen sebelumnya; (d) melakukan dan mengamati percobaan;(e) mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis, dan menyajikan data; (f) menarik simpulan atas hasil percobaan; dan (g) membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.

e. Membentuk Jejaring

Proses terakhir pada pendekatan ini adalah membentuk jejaring (networking). Pada tahap ini, peserta didik dan guru saling bertukar informasi terkait dengan materi pembahasan pelajaran. Membentuk jaringan yang baik akan lebih baik apabila seluruh peserta didik yang ada dalam kelas melakukan sharing knowledge yang dimilikinya sehingga informasi yang diterima beragam dalam perspektif yang bermacam-macam namun masih dalam konteks yang sama.

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

a. Berpusat pada peserta didik.

b. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.


(33)

c. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi peserta didik.

d. Dapat mengembangkan karakter peserta didik.

Gambar 2. Pendekatanscientificdan 3 ranah yang jadi acuan 2. Model Pembelajaran

Kurikulum 2013 yang mengedepankan pendekatan scientific menggunakan tiga model pembelajaran, di antaranya discovery learning dan problem based learning.

a. Discovery Learning

1) PengertianDiscovery Learning

Discovery learning merupakan strategi yang digunakan untuk memecahkan masalah secara intensif di bawah pengawasan guru. Discovery learning lebih dikenal dengan metode penemuan terbimbing, di mana para peserta didik diberi bimbingan singkat untuk menemukan jawabannya (Suyitno, 2004: 5). Menurut Roestiyah (2001: 20) discovery learning adalah suatu cara mengajar yang melibatkan peserta didik dalam proses kegiatan mental melalui tukar pendapat, dengan diskusi, seminar, membaca sendiri dan mencoba sendiri agar anak dapat belajar sendiri. Harus diusahakan agar jawaban atau hasil akhir itu tetap ditemukan sendiri oleh peserta didik. Penemuan yang dihasilkan oleh peserta didik tidak mutlak sesuatu


(34)

yang baru. Oleh karena itu discovery learning dirancang untuk meningkatkan keaktifan peserta didik, berorientasi pada proses, mengarahkan pada diri sendiri, mencari sendiri, dan refleksi yang sering muncul sebagai kegiatan belajar.

Dari beberapa pengertian yang telah dipaparkan di atas maka dapat disimpulkan bahwa discovery learning adalah cara penyajian pelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menemukan informasi dengan bantuan guru sebagai pembimbing atau fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh peserta didik. Kemudian tugas guru berikutnya adalah menyediakan sumber belajar bagi peserta didik dalam rangka pemecahan masalah. Pengawasan guru terhadap peserta didik masih tetap perlu dilakukan, akan tetapi campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan peserta didik dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

Prinsip belajar yang nampak jelas dalam discovery learning adalah materi atau bahan pelajaran yang akan disampaikan tidak disampaikan dalam bentuk final akan tetapi peserta didik sebagai peserta didik didorong untuk mengidentifikasi apa yang ingin diketahui dilanjutkan dengan mencari informasi sendiri kemudian mengorganisasi atau membentuk (konstruktif) apa yang mereka ketahui dan mereka pahami dalam suatu bentuk akhir. Dengan mengaplikasikan metode discovery learning secara berulang-ulang dapat meningkatkan kemampuan penemuan diri individu yang bersangkutan. Penggunaan metode discovery learning, ingin merubah kondisi belajar yang pasif menjadi aktif dan kreatif. Mengubah pembelajaran teacher oriented ke student oriented. Merubah modus ekspository (peserta didik hanya menerima informasi secara keseluruhan dari guru) ke modusdiscovery(peserta didik menemukan informasi sendiri).


(35)

Menurut Hamalik (2001: 187), strategi belajar discoverypaling baik dilaksanakan dalam kelompok belajar yang kecil. Namun juga dapat dilaksanakan dalam kelompok belajar yang lebih besar. Kendatipun tidak semua peserta didik dapat terlibat dalam proses discovery namun pendekatan discovery dapat memberikan manfaat bagi peserta didik yang belajar.

2) Keunggulan dan KelemahanDiscovery Learning

Berdasarkan fakta dan hasil pengamatan, penerapan pendekatan discovery learning dalam pembelajaran memiliki keunggulan dan kelemahan, di antaranya (Kemendikbud, 2013: 212-214):

a) KeunggulanDiscovery Learning

(1) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan

meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

(2) Pengetahuan yang diperoleh melalui metode ini sangat pribadi dan ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

(3) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan berhasil.

(4) Metode ini memungkinkan peserta didik berkembang dengan cepat dan sesuai dengan kecepatannya sendiri. (5) Menyebabkan peserta didik mengarahkan kegiatan

belajarnya sendiri dengan melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

(6) Metode ini dapat membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, karena memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

(7) Berpusat pada peserta didik dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan gagasan-gagasan. Bahkan guru pun


(36)

dapat bertindak sebagai peserta didik, dan sebagai peneliti di dalam situasi diskusi.

(8) Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

(9) Peserta didik akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

(10) Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses belajar yang baru.

(11) Mendorong peserta didik berfikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

(12) Mendorong peserta didik berfikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

(13) Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik. (14) Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

(15) Proses belajar meliputi sesama aspeknya peserta didik menuju pada pembentukan manusia seutuhnya.

(16) Meningkatkan tingkat penghargaan pada peserta didik. (17) Kemungkinan peserta didik belajar dengan memanfaatkan

berbagai jenis sumber belajar.

(18) Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu. b) KelemahanDiscovery Learning

(1) Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.

(2) Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah peserta didik yang banyak, karena membutuhkan waktu yang lama untuk


(37)

membantu mereka menemukan teori atau pemecahan masalah lainnya.

(3) Harapan-harapan yang terkandung dalam metode ini dapat buyar berhadapan dengan peserta didik dan guru yang telah terbiasa dengan cara-cara belajar yang lama.

(4) Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman, sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara keseluruhan kurang mendapat perhatian.

(5) Pada beberapa disiplin ilmu, misalnya IPA kurang fasilitas untuk mengukur gagasan yang dikemukakan oleh para peserta didik.

(6) Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berfikir yang akan ditemukan oleh peserta didik karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.

c) KonsepDiscovery Learning

Menurut Sudjana (1989: 74-75) metode mengajar yang biasa digunakan oleh guru dalam discovery learning antara lain metode diskusi dan pemberian tugas. Diskusi untuk memecahkan permasalahan dilakukan oleh sekelompok kecil peserta didik (3-5 orang) dengan arahan dan bimbingan guru. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat mengajar atau pada saat kegiatan pembelajaran. Pendekatan discovery learning dapat dilaksanakan apabila memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:

(1) Guru harus terampil memilih persoalan yang relevan untuk diajukan kepada kelas (persoalan bersumber dari bahan pelajaran yang menantang peserta didik atau yang problematis) dan sesuai dengan daya nalar peserta didik. (2) Guru harus terampil menumbuhkan motivasi belajar peserta

didik dan menciptakan situasi belajar yang menyenangkan. (3) Adanya fasilitas dan sumber belajar yang cukup.


(38)

(4) Adanya kebebasan peserta didik untuk berpendapat, berkarya, berdiskusi.

(5) Partisipasi setiap peserta didik dalam setiap kegiatan belajar. (6) Guru tidak banyak campur tangan terhadap kegiatan peserta

didik.

d) Langkah PersiapanDiscovery Learning

Langkah persiapan discovery learning adalah sebagai berikut (Kemendikbud, 2013: 214):

(1) Menentukan tujuan pembelajaran.

(2) Melakukan identifikasi karakteristik peserta didik (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya). (3) Memilih materi pelajaran.

(4) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari peserta didik secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi).

(5) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari peserta didik.

(6) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik.

(7) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar peserta didik. b. Problem Based Learning

Menurut Smith dan Ragan (dalam Rusmono, 2012: 74) mengatakan bahwa strategi pembelajaran dengan PBL merupakan usaha untuk membentuk suatu proses pemahaman isi suatu mata pelajaran pada seluruh kurikulum.Dalam kurikulumnya, dirancang masalah-masalah yang menuntut peserta didik mendapat pengetahuan penting, yang membuat mereka mahir dalam memecahkan masalah, dan memiliki model belajar sendiri serta memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajarannya menggunakan pendekatan yang sistemik untuk


(39)

memecahkan masalah atau menghadapi tantangan yang nanti diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut ini lima strategi dalam menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (PBL).

1) Permasalahan sebagai kajian.

2) Permasalahan sebagai penjajakan pemahaman. 3) Permasalahan sebagai contoh.

4) Permasalahan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses. 5) Permasalahan sebagai stimulus aktivitas autentik.

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat dijelaskan berikut ini.

Tabel 3

Peran guru, peserta didik dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah

Guru sebagai Pelatih Peserta Didik sebagai

Problem Solver

Masalah sebagai Awal Tantangan

dan Motivasi o Asking about thinking

(bertanya tentang pemikiran).

o Memonitorpembelajaran. o Probbing( menantang

peserta didik untuk berpikir ).

o Menjagaagar peserta didik terlibat.

o Mengaturdinamika kelompok.

o Menjaga berlangsungnya proses.

o Peserta yangaktif. o Terlibatlangsung

dalam pembelajaran. o Membangunpembela

jaran.

o Menarikuntuk dipecahkan. o Menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.

Tujuan dan hasil dari model pembelajaran berbasis masalah ini adalah:

1) Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Pembelajaran berbasis masalah ini ditujukan untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi.


(40)

Bentuk pembelajaran berbasis masalah penting menjembatani gap antara pembelajaran sekolah formal dengan aktivitas mental yang lebih praktis yang dijumpai di luar sekolah. Berikut ini aktivitas-aktivitas mental di luar sekolah yang dapat dikembangkan.

a) PBL mendorong kerjasama dalam menyelesaikan tugas.

b) PBL memiliki elemen-elemen magang. Hal ini mendorong pengamatan dan dialog dengan yang lain sehingga peserta didik secara bertahap dapat memi peran yang diamati tersebut.

c) PBL melibatkan peserta didik dalam penyelidikan pilihan sendiri,

yang memungkinkan mereka menginterpretasikan dan

menjelaskan fenomena dunia nyata dan membangun femannya tentang fenomena itu.

3) Belajar Pengarahan Sendiri (self directed learning)

Pembelajaran berbasis masalah berpusat pada peserta didik. Peserta didik harus dapat menentukan sendiri apa yang harus dipelajari, dan dari mana informasi harus diperoleh, di bawah bimbingan guru.

Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.

1) Kurikulum : PBL tidak seperti pada kurikulum tradisional, karena memerlukan suatu strategi sasaran di mana proyek sebagai pusat. 2) Responsibility : PBL menekankan responsibility dan answerability

para peserta didik ke diri dan panutannya.

3) Realisme : kegiatan peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang sebenarnya. Aktifitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap profesional.

4) Active-learning : menumbuhkan isu yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan jawaban yang relevan, sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran yang mandiri.

5) Umpan Balik : diskusi, presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.


(41)

6) Keterampilan Umum: PBL dikembangkan tidak hanya pada ketrampilan pokok dan pengetahuan saja, tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti pemecahan masalah, kerja kelompok, danself-management.

7) Driving Questions:PBL difokuskan pada pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang sesuai.

8) Constructive Investigations:sebagai titik pusat, proyek harus disesuaikan dengan pengetahuan para peserta didik.

9) Autonomy:proyek menjadikan aktifitas peserta didik sangat penting. Pembelajaran yang menggunakan PBL memiliki kelebihan. Ada beberapa kelebihan dari pembelajaran menggunakan PBL yaitu sebagai berikut.

1) Dengan PBL akan terjadi pembelajaran bermakna.

Pesertadidik/mahasiswa yang belajar memecahkan suatu masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep diterapkan.

2) Dalam situasi PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.

3) PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.

Metoda ini memiliki kecocokan terhadap konsep inovasi pendidikan bidang keteknikan, terutama dalam hal sebagai berikut : 1) peserta didik memperoleh pengetahuan dasar (basic sciences)yang

berguna untuk memecahkan masalah bidang keteknikan yang dijumpainya;


(1)

tidak menunjukkan adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi peningkatan motivasi mengajar 15 guru sesudah mendapatkan pelatihanlesson study.

Hal ini dipengaruhi oleh efek pemberian pelatihan lesson study di mana guru lebih termotivasi dalam mengajar karena belum banyak guru Teknik Pemesinan 5 SMK di Kota Yogyakarta yang mengimplementasikan lesson study dalam pembelajaran karena memang belum ada yang pernah mendapatkan pelatihan lesson study selain guru yang menjadi sampel penelitian. Hal ini menjadi sebuah motivasi karena guru tersebut menjadi pelopor lesson study di sekolahnya. Sementara itu terdapat 2 guru yang menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan antara nilaipretestdan nilaiposttestsesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study.

Itu artinya tidak terjadi peningkatan dan penurunan motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Selain itu juga terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa adanya penurunan nilai posttest sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya terjadi penurunan motivasi mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Ke 5 guru yang motivasi mengajarnya tidak meningkat dapat disebabkan karena kegiatan lesson study menuntut guru untuk berkolaboratif dalam melaksanakan pembelajaran, hal ini menjadi kendala ketika suatu sekolah hanya memiliki guru yang sangat terbatas. Selain itu karena kegiatan lesson studytidak hanya dilakukan dalam satu siklus saja, hal ini juga menjadi kendala terkait dengan waktu mengingat guru disibukkan dengan beban mengajar yang sangat padat sehingga tidak memungkinkan untuk dilaksanakannya kegiatan lesson study.

Ketiga, berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed Ranks Test menggunakan bantuan program Microsoft Excel 2013 diperoleh kesimpulan bahwa ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya rata-rata nilai setelah dilakukan pelatihan lesson study. Dari Tabel 11 sebelumnya


(2)

diketahui bahwa rata-rata nilai pretest sebesar 59,2 dan rata-rata nilai posttest sebesar 67. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan sebesar 13,17% sesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Jika dilihat dari perolehan nilai pretestdan nilai posttestdari masing-masing guru, dari total 20 guru sebanyak 17 guru tidak menunjukkan adanya penurunan nilaiposttestsesudah dilaksanakannya pelatihanlesson study.

Itu artinya terjadi peningkatan kesiapan mengajar 17 guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Peningkatan kesiapan mengajar guru dipengaruhi oleh peningkatan kompetensi pedagogik guru di mana guru menjadi lebih siap dalam mengajar karena kompetensi pedagogiknya meningkat ditinjau dari kemampuan dalam menyusun RPP. Hal ini sesuai dengan pernyataan Soemanto (2006, p.197) bahwa kematangan mempengaruhi proses kesiapan seseorang. Kematangan yang dimaksud berkaitan dengan peningkatan kompetensi pedagogik guru sesudah dilaksanakannya pelatihanlesson study.

Sementara itu terdapat 3 guru yang menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan antara nilaipretestdan nilaiposttestsesudah dilaksanakannya pelatihan lesson study. Itu artinya tidak terjadi peningkatan dan penurunan kesiapan mengajar pada guru tersebut sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Hal ini dapat dipengaruhi oleh tingkat kesiapan dari ketiga guru tersebut yang disebabkan oleh beberapa faktor lain. Karena jika ditinjau dari segi kompetensi pedagogiknya, ketiga guru tersebut menunjukkan peningkatan sesudah mendapatkan pelatihan lesson study.

Pelatihan lesson studybagi guru-guru SMK merupakan suatu upaya untuk membekali guru dalam mengimplementasikan pembelajaran dengan pendekatan saintifik sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku dan diutamakan dapat meningkatkan profesionalisme guru. Tujuan dilaksanakannya pelatihan lesson study ini diharapkan dapat meningkatkan profesionalisme guru khususnya pada kompetensi pedagogik, motivasi mengajar, dan kesiapan mengajar. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian yang telah disebutkan sebelumnya bahwa pelatihan lesson study dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru sebesar 13,31%, motivasi mengajar guru sebesar 7,03%, dan kesiapan mengajar guru


(3)

sebesar 13,17% di mana hal ini dapat menunjang guru dalam rangka implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Simpulan dan Saran Simpulan

Berdasarkan hasil uji hipotesis maka dapat diambil simpulan sebagai berikut:

Pertama, ada peningkatan yang signifikan kompetensi pedagogik guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Kedua, ada peningkatan yang signifikan motivasi mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihan lesson study. Ketiga, ada peningkatan yang signifikan kesiapan mengajar guru sesudah mendapatkan pelatihanlesson study.

Saran

Perlunya pengimbasan pelatihan lesson studydari Dinas Pendidikan untuk guru-guru yang belum pernah mendapatkan pelatihanlesson study, mengingat dari hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan lesson study dapat meningkatkan kompetensi pedagogik guru, motivasi mengajar guru, dan kesiapan mengajar guru di mana merupakan salah satu alternatif pengembangan profesionalisme guru dalam rangka implementasi pembelajaran dengan pendekatan saintifik.

Daftar Pustaka

Abidin, Yunus. (2014). Desain sistem pembelajaran dalam konteks Kurikulum 2013. Bandung: PT. Refika Aditama.

Bahtiar. (2009). Dampak sertifikasi terhadap kinerja Guru-Guru IPA di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri Se-Kota Mataram. Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Celikoz, N. (2010). Basic factors that affect general academic motivation levels of candidate preschool teachers. Journal of Education, Vol. 131, No. 1, 113-127.

Haryono, Yon. (4 November 2012). Guru tanpa inovasi mengajar. Kedaulatan Rakyat. Diambil tanggal 16 Oktober 2014 dari http://krjogja.com/liputan-khusus/sorotan/921/sertifikasi-guru-antara-harapan-dan-kenyataan.kr.


(4)

Hendayana, Sumar, dkk. (2007).Lesson study: Suatu strategi untuk meningkatkan keprofesionalan pendidik (Pengalaman IMSTEP-JICA). Bandung: UPI Press.

Isoda, M., et al. (2007). Japanese lesson study in mathematics: Its impact, diveristy and potential for eductional improvement. Singapore: World Scientific Publishing Co. Pte. Ltd.

Issac, S., & Michael, W.B. (1971). Handbook in research and evaluation. San Diego: Edits Publishers.

Krisnawati, Anita. (2009). Evaluasi kegiatan lesson study dalam program SISTTEMS (Strengthening In Service Teacher Training on Education of Mathematics and Science). Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta.

Lenski, S.J., & Caskey, M.M. (2009). Using the lesson study approach to plan for student learning.Middle School Journal, Vol. 40, No. 3, 50-57.

Marjan, Johari. (2014). Pengaruh pembelajaran pendekatan saintifik terhadap hasil belajar biologi dan keterampilan proses sains siswa MA Mu’allimat NW Pancor Selong Kabupaten Lombok Timur Nusa Tenggara Barat. Jurnal Program Pascasarjana Universitas Pendidikan Ganesha,Volume 4. Marsiti, C. (2011). Upaya peningkatan mutu pendidikan sekolah menengah

kejuruan melalui pengembangan profesionalisme guru. Jurnal Pendidikan Vokasi, 1(1), 157-168.

Menteri Pendidikan Nasional. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16, Tahun 2007, tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.

Republik Indonesia. (2003). Undang-Undang RI Nomor 20, Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Republik Indonesia. (2005). Undang-Undang RI Nomor 14, Tahun 2005, tentang Guru dan Dosen.

Saito, E., et al. (2015).Lesson study for learning community. Oxon: Routledge. Sertifikasi guru, antara harapan dan kenyataan. (28 September 2010). Kedaulatan

Rakyat. Diambil tanggal 16 Oktober 2014 dari http://krjogja.com/liputan-khusus/sorotan/921/sertifikasi-guru-antara-harapan-dan-kenyataan.kr. Slameto. (2010). Belajar dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Jakarta: PT.


(5)

Soemanto, Wasty. (2006). Psikologi pendidikan (Landasan kerja pemimpin pendidikan). Cetakan kelima. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Subadi, T., Khotimah, R.P., & Sutarni, S. (2013). A lesson study as a development model of professional teachers. International Journal of Education, Vol. 5, No. 2, 102-114.

Sudarmanto. (2009). Kinerja dan pengembangan kompetensi SDM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Suryobroto. (1997). Proses belajar mengajar di sekolah. Jakarta: PT. Rineka Cipta

Tedjawati. (2013). Peningkatan kompetensi guru melalui lesson study: Kasus di Kabupaten Bantul.Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,Vol 17, Nomor 4, 480-489.

Tiyanto, Truko. (2011). Dampak sertifikasi guru terhadap kinerja Guru IPA di SMP Negeri Kabupaten Wonosobo. Tesis, tidak dipublikasikan. Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta.

Uno, H.B. (2014). Teori motivasi dan pengukurannya: Analisis di bidang pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Wahyudi, Imam. (2012). Mengejar profesionalisme guru: Strategi praktis mewujudkan citra guru profesional. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.

Wang, V. C. X., et al. (2012). Pedagogical and andragogical teaching and learning with information communication technologies. Hershey: IGI Global.

Wibowo. (2011).Manajemen kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Widarto. (November 2014). Pelatihan collaborative learning untuk mendukung pelaksanaan lesson study bagi guru SMK. Makalah disajikan dalam Pelatihan Collaborative Learningyang diselenggarakan oleh LPPM UNY untuk 7 SMK Pokja 5 di Kabupaten Sleman, di SMK Negeri 1 Kalasan. Wiseman, D. G. & Hunt, G. H. (2014). Best practice in motivation and

management in the classroom (3rd ed.). Springfield: Charles C Thomas Publisher, Ltd.

Yudyanto, dkk. (2011). Upaya peningkatan profesionalisme guru-guru fisika Madrasah Tsanawiyah di Kota Malang melalui workshop lesson study. Prosiding, Seminar Nasional Lesson Study yang diselenggarakan oleh FMIPA UNM. Malang: Universitas Negeri Malang.


(6)

Profil Singkat

Rivandra Rezani, dilahirkan di Sleman pada 16 September 1990. Menyelesaikan S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2012. Mengikuti programTalent Scouting SMK dari Direktorat P2TK Dikmen pada tahun 2012-2013. Menyelesaikan S-2 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Konsentrasi Vokasi Mesin di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2015.

Widarto, pengajar di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta sejak tahun 1988. Lahir di Magetan pada 30 Desember 1963. Menyelesaikan S-1 Program Studi Pendidikan Teknik Mesin di IKIP Yogyakarta pada tahun 1988. Menyelesaikan S-2 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di IKIP Yogyakarta pada tahun 1997. Menyelesaikan S-3 Program Studi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan di Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun 2012. Sampai saat ini menjabat sebagai Sekretaris Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta.