Evaluasi Program Pendidikan Berwawasan Imtaq

84 harus mengajak dan mendidik. Terus terang untuk menyadarkan anak itu juga sulit. Kemudian sampai saat ini kami juga belum punya program Imtaq untuk agama Kristen dan Katolik karena kan saat ini tenaga pendidik agama non Islam juga masih terbatas, guru agama Kristen saja disini juga masih GTT dan fasilitas untuk non Islam seperti ruang agama Kristen maupun Katolik juga belum dimiliki oleh sekolah ini. ” GMSwwc16 April 2016. Berdasarkan wawancara tersebut dapat disimpulkan bahwa terdapat faktor lain sebagai penghambat dalam pelaksanaan pendidikan berwawasan Imtaq di SMA N 1 Pleret yaitu masih belum tersedianya fasilitas seperti ruang agama untuk Kristen maupun Katolik. Belum tersedianya ruangan tersebut menyebabkan siswa yang beragama Kristen dan Katolik belum terfasilitasi dengan baik. Selama ini setiap kali pelajaran agama berlangsung, siswa yang beragama Kristen maupun Katolik melaksanakan pelajaran agama di perpustakaan. Kemudian terbatasnya tenaga pendidik agama non Islam juga menyebabkan sampai saat ini masih belum adanya pogram Imtaq untuk siswa non Islam.

e. Evaluasi Program Pendidikan Berwawasan Imtaq

Dalam mewujudkan pendidikan berwawasan Imtaq SMA N 1 Pleret mempunyai beberapa program yang dilaksanakannya. Dalam setiap program-program yang dimilikinya SMA N 1 Pleret tidak lupa untuk mengevaluasi setiapprogram tersebut. Evaluasi program dilakukan agar mengetahui pencapaian tujuan program 85 yang telah dilaksanakan. Dilakukannya evaluasi pada setiap program yang ada dapat mengetahui kekuarang dari program, sehingga dapat dilakukan langkah selanjutnya mengenai program tersebut. Sampai saat ini setiap program yang ada di SMA N 1 Pleret juga melalui proses evaluasi tetapi evaluasi yang dilakukan masih berupa rapat atau briefing pagi setiap minggunya, seperti yang diungkapkan oleh Kepala Sekolah SMA N 1 Pleret, berikut ini: “Pengevaluasian program pendidikan berwawasan Imtaq ini tetap dilaksanakan walaupun evaluasinya masih mendompleng pada saat rapat dinas, briefing pagi, kemudian dari penanggung jawab juga dapat melakukan koordinasi. ” GNIwwc14 April 2016. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Bapak GLS, sebagai berikut: “Jadi mengevaluasinya dengan cara mengkoreksi satu persatu program yang ada sehingga mengetahui apa yang kurang dengan pelasanaannya dan apakah sudah sesuai dengan tujuannya. ” GLSwwc14 April 2016. Berdasarkan kedua wawancara di atas mana dapat disimpulkan bahwa setiap program yang dilaksanakan oleh sekolah juga dilakukan proses evaluasi, meskipun pelaksanaan evaluasi sampai saat ini masih mengikuti saat briefing pagi ataupun saat rapat berlangsung. 86

B. Pembahasan

1. Dasar Kebijakan Pendidikan Berwawasan Imtaq

Dari paparan hasil penelitian di atas dapat diketahui bahwakebijakan pendidikan berwawasan Imtaq di SMA N 1 Pleret dibuat oleh Kepala Sekolah. Dasar dari kebijakan pendidikan berwawasan Imtaq ialah UU nomor 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah nomor 28 tahun 1990 tentang Pendidikan Dasar.Selain berdasarkan UU nomor 2 tahun 1989 dan PP nomor 28 tahun 1990 sebagai dasar perumusan pendidikan berwawasan Imtaq di SMA N 1 Pleret, Kepala Sekolah pada saat itu juga melihat kondisi lingkungan SMA N 1 Pleret yang berada di kawasan pesantren.Kemudian pada tahun 1999 pendidikan berwawasan Imtaq mulai dilaksanakan oleh guru dan siswa di SMA N 1 Pleret. Pada tahun 2000 SMA N 1 Pleret mengajukan permohonan ke Dinas Pendidikan dan pada tahun 2001 mendapatkanSK Bersama Departemen Pendidikan Nasional nomor 00051 13.2PRKpts2001, Departemen Agama nomor 09Kpts2001, dan Cabang Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Bantul nomor 450247III2001 tertanggal 8 Maret 2001. Pemerintah Kabupaten Bantul juga menunjuk tiga sekolah untuk melaksanakan pendidikan berwawasan Imtaq. Ketiga sekolah tersebut yaitu SD Bibis Kasihan, kemudian SMP 2 Bantul, dan SMA N 1 Pleret. Pendidikan berwawasan Imtaq di SMA N 1 Pleret ini sebenarnya program keunggulan lokal dari SMA N 1 Pleret.