Bentuk Campur Kode Penyisipan berupa Klausa

dalam inner code-mixing, sebab dalam kalimat menggunakan bahasa Jawa yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi satu kalimat yang utuh. Pada Kalimat 3 di atas merupakan campur kode dalam bentuk frase wes rondo ‘sudah janda’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Jenis campur kode di atas adalah campur kode ke dalam inner code-mixing, sebab dalam kalimat menggunakan bahasa Jawa yang menyisip ke dalam bahasa Indonesia sehingga menjadi satu kalimat yang utuh. Data 4 di atas terjadi campur kode dalam bentuk frase rondo koyo ‘janda kaya’ berasal dari bahasa Jawa menyisip dalam kalimat bahasa Indonesia di atas. Campur kode yang digunakan adalah campur kode ke dalam inner code-mixing, karena dalam kalimat tersebut adanya bahasa daerah yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Jadi pada kalimat 1,2,3, dan 4 telah terjadi penyisipan bahasa Jawa pada kalimat-kalimat di atas dalam bentuk frase.

4.1.3 Bentuk Campur Kode Penyisipan berupa Klausa

Klausa adalah satuan gramatik yang terdiri dari Subjek dan Predikat baik disertai Objek, Pelengkap, dan Keterangan ataupun tidak Ramlan, 1995:89. Campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur yang berbetuk klausa pada tuturan tersebut. Data I Konteks : Tuturan antara ibu dan anak yang sedang asik merawat taman agar bisa menjadi taman yang indah. Ibu : Yan ayok kita bersihin taman? Anak : Iya buk. Ibu 1 : sekarang ibuk dan koe arek nandor kembang di taman kita ini agar terlihat cantik ya rik ‘sekarang Ibu dan kamu mau menanam bunga di taman kita ini agar terlihat indah ya rik’ Anak 2 : Iya buk, aku bantonin ibuk nandor kembang biar tamannya menjadi indah ‘Iya buk, saya membantu ibu menanam bunga biar taman menjadi indah’. Pada Kalimat 1 di atas terjadi campur kode dalam bentuk klausa ibuk dan koe arek nandor kembang ‘Ibu dan kamu mau menanam bunga’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Campur kode data 1 di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena adanya bahasa daerah yaitu bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Pada Kalimat 2 di atas terjadi campur kode dalam bentuk klausa aku bantonin ibuk nandor kembang ‘saya membantu ibu menanam bunga’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat 2 di atas. Campur kode yang digunakan adalah campur kode ke dalam inner code-mixing, sebab kalimat di atas mengunakan bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kaliamat bahasa Indonesia. Jadi pada kalimat 1, dan 2 telah terjadi penyisipan bahasa Jawa pada kalimat-kalimat di atas dalam bentuk klausa. Data 2 Konteks : tuturan antar tetangga mengenai pertandingan Ibu : Besok ada pertandingan bola Riki : dimana bu? Ibu 1 : di lapangan ki, kue gak arek ekot pertandingan besok? ‘Di lapangan ki, kamu tidak mau ikut perandingan besok?’ Riki : mau bu tapi saya mau pergi ke sawah Ibu : apa sudah mau panen padinya yang di sawah? Riki 2 : iya jadi aku ora iso ekot tandeng besok bu ‘Iya jadi saya tidak bisa ikut tandeng besok bu’ Ibu : Oh ya sudah kalau begitu. Pada Kalimat 1 di atas terjadi campur kode dalam bentuk klausa kue gak arek ekot ‘kamu tidak mau ikut’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia 1 di atas. Campur kode yang digunakan adalah campur kode ke dalam inner code-mixing, sebab kalimat di atas mengunakan bahasa bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kaliamat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur kode dalam bentuk klausa. Dari kalimat 3 di atas menggunakan campur kode dalam bentuk klausa aku ora iso ekot tandeng ‘saya tidak bisa ikut tandeng’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Campur kode data 3 di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena adanya bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Jadi pada kalimat 1,2 dan 3 telah terjadi penyisipan bahasa Jawa pada kalimat-kalimat di atas dalam bentuk klausa. Data 3 Konteks : Saling tegur sapa antar warga Ratna : Lagi santai ya pak Pak Sugeng1 : Iya Bapak nak sore santai sambel ngeteh iki, karena baru pulang dari ladang ‘Iya Bapak kalau sore santai sambil minum teh ini, karena baru pulang dari ladang’ Ratna : Oh begitu ya pak. Pak Sugeng2 : Lah, jadi koe dewe teko endi wes sore baru muleh? sebab sejak tadi Ibumu mencari kamu Rat ‘lah, jadi kamu sendiri dari mana sudah sore baru pulang? Sebab sejak tadi Ibumu mencari kamu Rat ’ Ratna : Iya pak baru dari tempat kawan. Dari Kalimat 1 di atas terjadi campur kode dalam bentuk klausa aku nak sore santai sambel ngeteh iki ‘Bapak kalau sore santai sambil minum teh ini’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Campur kode di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena adanya bahasa bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Dari kalimat 2 di atas menggunakan campur kode dalam bentuk klausa koe dewe teko endi wes sore baru muleh? ‘kamu sendiri dari mana sudah sore baru pulang?’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Campur kode data 2 di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena adanya bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia. Jadi pada kalimat 1,2 dan 3 telah terjadi penyisipan bahasa Jawa pada kalimat-kalimat di atas dalam bentuk klausa.

4.1.4 Bentuk Campur Kode Penyisipan berupa Pengulangan Kata