bahasa daerah lain. Peristiwa campur kode, erat hubungannya dengan peminjaman leksikal. Campur kode itu sendiri dapat berbentuk penyisipan kata ,idiom, frase,
klasua, dan pengulangan kata. Peristiwa campur kode yang diucapkan oleh penjual dan pembeli dalam transaksi jual beli di pasar desa Tanjung Langkat,
antar suami dan istri, dan juga antar tetangga setempat yaitu berupa: 1 penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata, 2 berbentuk frase, 3 berbentuk klausa, dan 4
berbentuk kata ulang.
4.1.2 Bentuk Campur Kode berupa Penyisipan Kata Data I
Campur kode yang berupa penyisipan unsur-unsur yang berbentuk kata pada tuturan antar keluarga yang berbeda etnis yaitu suami dan istri, dapat dilihat
pada peristiwa tutur antar suami Karo dan Istri Jawa dibawah ini:
Konteks : Seorang suami yang bertanya kepada istrinya
Suami : Anak-anak di mana mak? Belum ada satu pun yang di
rumah? sambil meletakkan tas di atas kursi Istri
1 : Orong bali pak dari tadi.
‘Belum pulang pak dari tadi’. Suami
: Jam segini belum pulng? Sudah kau telepon mak? Istri
: Sudah, Rio katanya ada les tambahan di sekolah. Suami
2 : edik, si Ria kemana lagi?
‘aduh, si Ria kemana lagi’
Pada kalimat 1 di atas terjadi campur kode dimana orong bali ‘belum pulang’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa
Indonesia tersebut. Pada kalimat 2 di atas menggunakan campur kode dimana edik ‘aduh’ berasal
dari bahasa Karo menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia di atas. Pada kalimat 1 dan 2 di atas adalah campur kode ke dalam inner code-
mixing, karena dalam kalimat-kalimat di atas menggunakan bahasa Jawa dan bahasa Karo yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Data 2
Konteks : Peristiwa tutur di pasar desa Tanjung Langkat pada saat
pembeliaan jilbab yaitu: Penjual
: Masuk dek mau beli apa? Pembeli
: Ini mau beli jilbab bu Penjual 1 : Arek leng endi kamu dek?
‘mau yang mana kamu dek?’ Pembeli
: Mau yang sebelah sana buk.. Penjual 2 : Yang iki dek?
‘Yang ini
dek?’ Pembeli
: Bukan buk, itu yang warna merah. Penjual
: Oh yang ini toh Pembeli 3 : Piro buk satu?
‘berapa buk
satu?’ Penjual
: Sepuluh aja dek.
Pada kalimat 1 di atas adanya campur kode yang telah menyisip dalam kalimat dimana arek leng endi ‘mau yang mana’ berasal dari bahasa jawa yang
menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas. Pada kalimat 2 di atas terjadi campur kode dimana iki ‘ini’ yang berasal
dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Pada kalimat 3 di atas menggunakan campur kode dimana kata piro
‘berapa’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Dari contoh kalimat 1,2, dan 3 di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena dalam kalimat di atas menggunakan bahasa
Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Data 3
Konteks : Perkumpulan antar masyarakat Ibu-ibu setempat yang sedang
bercerita begosip Ibu I
: Hei dengarlah dulu sini Ibu 2
: Iya ada apa buk? Ibu 1 1 : Itu anak e sipolan wingi molehe bengi-bengi lo
‘Itu anaknya si anu kemarin pulangnya malam-malam lah’ Ibu 2 2 : Em kok ibuk iso tahu sih?
‘em kenapa ibu bisa tahu sih’ Ibu 3 3 : Iya ibuk ne tahu dari mana?
‘iya ibunya tahu dari mana’ Ibu 1 4 : Itu semalem aku ketok dewe
‘Itu semalan saya lihat sendiri’ Ibu 3 5 : Ah mosok sih tapi koyok e gak mungkin lah.
‘ah masak sih tapi kayaknya gak mungkin lah’ Dari kalimat 1 di atas terjadi campur kode dimana wingi molehe bengi-
bengi ‘kemarin pulangnya malam-malam’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 2 di atas yang menggunakan campur kode dimana kok ibuk iso ‘kenapa ibu bisa’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa
Indonesia tersebut. Dari kalimat 3 di atas terjadi campur kode yang mana ibuk ne ‘Ibunya’
yang berasal dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas. Dari kalimat 4 di atas menggunakan campur kode dalam kalimat
yang disebabkan dengan aku ketok dewe ‘saya lihat sendiri’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Dari kalimat 5 di atas terjadi campur kode dimana mosok sih ‘masa si’ berasal dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Pada kalimat 1,2,3,4, dan 5 di atas, menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena dalam tiap-tiap kalimat itu menggunakan bahasa Jawa
yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur kode.
Data 4
Konteks : Tuturan antara tukang cuci dan tukang kebun yang saling
menyapa. Tukang kebun
: Dari mana kamu Nia? Tukang cuci 1 : Teko omah mau ke sungai
‘Dari rumah mau ke sungai’ Tukang kebun 2 : oh aku kira arek nandi?
‘oh aku kira mau kemana’ Tukang cuci 3 : Iya pak arek nyuceke pakaian
‘Iya pak mau mencucikan pakaian’ Tukang kebun 4 : Jadi kau nyuci bajune sopo sak iki?
‘Jadi kau nyuci pakaian sapa sekarang?’ Tukang cuci 5 : Iki nyuceke pakaian mak Lia
‘ini mencucikan pakaian mak Lia ’ Tukang kebun 6 : Jadi sakiki kue nyuci di situ
Tukang cuci : Iya pak.
Pada kalimat 1 di atas menggunakan campur kode dimana teko omah ‘dari rumah’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa
Indonesia di atas. Pada kalimat 2 di atas mengungkapkan terjadinya campur kode dimana
arek nandi ‘mau kemana’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Pada kalimat 3 di atas yang menggunakan campur kode dimana arek nyucekke ‘mau mencucikan’ berasal dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat
bahasa Indonesia di atas. Pada kalimat 4 di atas terjadi campur kode pada kalimat tersebut sebab
bajune sopo sak iki ‘pakaian sapa sekarang’ berasal dari bahasa Jawa menyisip dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Pada kalimat 5 di atas yang menggunakan campur kode dimana iki nyucekke ‘ini mencucikan’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat
bahasa Indonesia di atas. Pada kalimat 6 di atas terjadi campur kode dimana sak iki kue ‘sekarang
kamu’ mencucikan’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 6 di atas.
Dari kalimat 1,2,3,4,5, dan 6 di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena kalimat di atas menggunakan bahasa Jawa
yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur kode pada kalimat-kalimat tersebut.
Data 5
Konteks : tuturan antara Bapak Sukri dengan tetangganya
Pak Joko yang sedang santai dirumah mereka Bapak Sukri 1 : enak yo pak duduk santai nang omah?
‘enak ya pak duduk santai di rumah’ Bapak Joko
2 : Iyo iki apalagi kalau sore gini ‘Iya ini apalagi kalau sore gini’
Bapak Sukri 3 : Iyo memang enak apa lagi sambil ngeteh ‘Iya memang enak apa lagi sambil minum teh ’
Bapak Joko 4 : Iya lah kan nak isuk sibuk kerjo sampai siang
‘iya lah kan kalau pagi sibuk kerja sampai siang ’ Bapak Sukri 5 : Oh memang iyo yo pak jok
Dari Kalimat 1 di atas menggunakan campur kode sebab enak yo ‘enak ya’ yang berasal dari bahasa Jawa dengan menyisip ke dalam kalimat bahasa
Indonesia di atas. Dari kalimat 2 di atas terjadi campur kode dimana iyo iki ‘iya ini’ yang
berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 2 di atas.
Dari Kalimat 3 di atas menggunakan campur kode dimana iyo ngeteh ‘iya minum teh’ yang berasal dari bahasa Jawa dengan menyisip ke dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut. Pada kalimat 4 di atas menggunakan campur kode dimana nak isuk
sibuk kerjo ‘kalau pagi sibuk kerja’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 5 di atas terjadi campur kode dimana iyo yo ‘iya ya’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut
sehingga terjadi campur kode pada kalimat 5 di atas. Pada kalimat 1,2,3,4, dan 5 di atas, menggunakan campur kode ke dalam
inner code-mixing, karena dalam tiap-tiap kalimat telah memasukkan bahasa
Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur kode.
Data 6
Konteks : ibu-ibu yang sedang bercerita dengan teman-temannya
Ibu 1 1 : hari ini kenapa hujan wae yo yuk?
‘hari ini kenapa hujan terus ya kak’ Ibu 2 2
: iyo iki bu hujan saja dari semalam ‘iya ini bu hujan saja dari semalam’
Ibu 1 3 : kalau begini terus gak deres-deres pohon karetlah aku iki?
‘kalau begini terus gak deres-deres pohon karetlah aku ini’ Ibu 2 4
: oh iya ya buk rambunge teles wae ya buk? ‘oh iya ya bu pohonnya basah terus ya bu’
Ibu 1 : Iya bu
Pada kalimat 1 di atas yang menggunakan campur kode dimana wae yo yuk ‘terus ya kak’ berasal dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat bahasa
Indonesia di atas. Pada kalimat 2 di atas terjadi campur kode pada kalimat tersebut sebab
iyo iki ‘iya ini’ berasal dari bahasa Jawa menyisip dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Pada kalimat 3 di atas yang menggunakan campur kode dimana iki ‘ini’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Pada kalimat 4 di atas terjadi campur kode dimana rambunge teles wae ‘pohonnya basah terus’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 4 di atas. Dari kalimat 1,2,3, dan 4 di atas menggunakan campur kode ke dalam
inner code-mixing, karena kalimat di atas menggunakan bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur kode pada
kalimat-kalimat tersebut.
Data 7
Konteks : seorang ayah yang sedang berbicara dengan anaknya
Ayah 1 : Tadi di sekolah kau dapet ponten berapa?
‘tadi di sekolah kamu dapat nilai berapa’? Anak 2
: saya dapat ponten sembilan pak ‘saya dapat nilai sembilan pak’
Ayah 3 : memangnya pelajaran opo iku leng dapat nilai sembilan?
‘memangnyapelajaran apa
itu yang dapat nilai sembilan’? Anak 4
: pelajaran sejarah pak, gampang kali lah pak pelajarannya. ‘pelajaran sejarah pak, mudah sekalilah pak pelajarannya’.
Ayah : oh bagus kalau begitu.
Anak : iya pak
Dari kalimat 1 di atas terjadi campur kode dimana kau dapet ponten ‘kamu dapat nilai’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 1 di atas.
Dari Kalimat 2 di atas menggunakan campur kode dimana ponten ‘nilai’ yang berasal dari bahasa Jawa dengan menyisip ke dalam kalimat bahasa
Indonesia tersebut. Pada kalimat 3 di atas menggunakan campur kode dimana opo iku leng
‘apa itu yang’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 4 di atas terjadi campur kode dimana gampang kali ‘mudah sekali’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa
Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 4 di atas. Pada kalimat 1,2,3, dan 4 di atas, menggunakan campur kode ke dalam
inner code-mixing, karena dalam tiap-tiap kalimat tersebut memasukkan unsur bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi
campur kode.
Data 8
Konteks : pak budi yang sedang menegur tetangganya marni.
Pak 1
: Dari mana kau marni? ‘dari
mana kamu
marni’? Marni 2
: Oh ini teko sekolah pak ‘oh ini datang sekolah pak’
Pak 3 : Ngopo ke sekolah?
‘ngapain ke
sekolah’? Marni 4
: Itu uang sekolah ne Rudi orong di bayarke, jadi orang tuanya di suruh datang.
‘itu uang sekolahnya Rudi belum di bayarnya, jadi orang tuanya di suruh datang’.
Pak 5 : memang
orong di bayarke apa? ‘memang belum di bayarkan apa’?
Marni 6 : iya, omonge orong, rupane salah gurunya pak
‘iya katanya belum, rupanya salah gurunya pak’ Pak
: lo kok bisa salah? Marni 7
: Iya kiro e rudi anakku rupanya rudi anak kampung sebelah pak ‘iya kirain Rudi anakku rupanya Rudi anak kampung sebelah pak’
Pak 8 : Oh
ngono ya mar ‘oh begitu ya mar’
Marni : iya pak
Pada kalimat 1 di atas menggunakan campur kode dimana kau ‘kamu’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Pada kalimat 2 di atas mengungkapkan bahwa terjadi campur kode dimana teko ‘datang’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut. Pada kalimat 3 di atas yang menggunakan campur kode dimana ngopo
‘ngapain’ berasal dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Pada kalimat 4 di atas terjadi campur kode pada kalimat tersebut dimana ne Rudi orong di bayarke ‘nya Rudi belum di bayarnya’ berasal dari bahasa Jawa
menyisip dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Pada kalimat 5 di atas yang menggunakan campur kode dimana orong di bayarke ‘belum di bayarkan’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada
kalimat bahasa Indonesia di atas. Pada kalimat 6 di atas terjadi campur kode dimana orong di bayarke
‘belum di bayarkan’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 6 di atas.
Dari Kalimat 7 di atas menggunakan campur kode dimana kiro e rudi ‘kiranya Rudi’ yang berasal dari bahasa Jawa dengan menyisip ke dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut. Pada kalimat 8 di atas menggunakan campur kode dimana ngono
‘begitu’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 1,2,3,4,5,6,7, dan 8 di atas menggunakan campur kode ke dalam inner code-mixing, karena kalimat di atas menggunakan bahasa Jawa
yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur kode pada kalimat-kalimat tersebut.
Data 9
Konteks : kumpulan ibu-ibu yang sedang menceritakan tentang anak
tetangga. Ibu Rika 1 : anaknya si anu kok gak sekolah-sekolah ya bu?
‘anaknya si ibu itu kok tidak sekolah-sekolah ya bu’? Ibu Rima 2 : ya aku kerungu katanya sudah berhenti.
‘ya saya dengar katanya sudah berhenti’. Ibu Rika 3 : iya tapikan sayang tenan uwes kelas 3 kok berhenti
‘iya tapikan sayang sekali sudah kelas 3 kenapa berhenti’ Ibu Rima 4 : iya katanya wong tua ne sudah gak sanggup
menyekolahkan anaknya. ‘iya katanya orang tuanya sudah tidak sanggup
menyekolahkan anaknya’. Ibu Rika 5 : jadi anak e iku nang omah sajalah buk
‘jadi anaknya itu di rumah sajalah bu’ Ibu Rima
: iya bu. Dari Kalimat 1 di atas menggunakan campur kode sebab si anu kok gak
‘si ibu itu kok tidak’ yang berasal dari bahasa Jawa dengan menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 2 di atas terjadi campur kode dimana aku kerungu ‘saya dengar’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa
Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 2 di atas.
Dari Kalimat 3 di atas menggunakan campur kode dimana tenan uwes ‘sekali sudah’ yang berasl dari bahasa Jawa dengan menyisip ke dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut. Pada kalimat 4 di atas menggunakan campur kode dimana wong tua ne
‘orang tuanya’ berasal dari bahasa Jawa yang menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 5 di atas terjadi campur kode dimana anak e iku nang omah ‘anaknya itu di rumah’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat
bahasa Indonesia tersebut sehingga terjadi campur kode pada kalimat 5 di atas. Pada kalimat 1,2,3,4, dan 5 di atas, menggunakan campur kode ke dalam
inner code-mixing, karena dalam tiap-tiap kalimat itu memasukkan unsur bahasa Jawa yang menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia sehingga terjadi campur
kode.
Data 10
Konteks : suami dan istri saling berbicara.
Suami 1 : bu entar siang kita pergi ya bu ‘bu nanti siang kita pergi ya bu’
Istri 2 : emang mau kemana pak?
‘memang mau
kemana pak’?
Suami 3 : iya pergi kondangan ke tempat temen
‘iya pergi pesta tempat temen’ Istri
4 : temen leng endi pak?
‘temen yang
mana pak?’
Suami 5 : itu bu konco SMA bapak dulu
‘itu bu temen SMA bapak dulu’ Istri
: oh ya sudah pak. Dari kalimat 1 di atas terjadi campur kode dimana entar siang ‘nanti siang’ yang
berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia di atas. Dari kalimat 2 di atas yang menggunakan campur kode dimana emang
‘memang’ berasal dari bahasa Jawa menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut.
Dari kalimat 3 di atas terjadi campur kode yang mana kondangan ‘pesta’ yang berasal dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat bahasa Indonesia di atas.
Dari kalimat 4 di atas menggunakan campur kode dalam kalimat yang disebabkan dengan leng endi ‘yang mana’ berasal dari bahasa Jawa yang
menyisip ke dalam kalimat bahasa Indonesia tersebut. Dari kalimat 5 di atas terjadi campur kode dimana konco ‘teman’ berasal
dari bahasa Jawa menyisip pada kalimat bahasa Indonesia tersebut. Pada kalimat 1,2,3,4, dan 5 di atas, menggunakan campur kode ke dalam
inner code-mixing, karena dalam tiap-tiap kalimat tersebut menyisipkan bahasa Jawa ke dalam kalimat bahasa Indonesia.
4.1.2 Bentuk Campur Kode penyisipan berupa Frase