62
3. Bagi siswa yang punya status gizi normal untuk selalu dipertahankan dan bila mungkin ditingkatkan.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini telah dilakukan dengan semaksimal mungkin, namun tidak terlepas dari keterbatasan-keterbatasan yang ada, yaitu :
1. Terbatasnya waktu, biaya dan tenaga sehingga dalam penelitian ini kurang memuaskan.
2. Peneliti belum mengetahui apakah sarana dan prasarana yang digunakan dalam penelitian sudah memenuhi standar ketentuan yang berlaku atau
belum. 3. Dalam penelitian ini masih kurang kontrol apakah peserta benar-benar
sudah siap mengikuti tes atau belum karena masih ada siswa yang belum sarapan makan pagi.
4. Adanya siswa yang kurang bersungguh-sungguh dalam melaksanakan tes walaupun peneliti sudah berusaha memotifasi siswa.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan penelitian diatas, ada beberapa saran yang dapat disampaikan yaitu :
1. Perlu adanya pemikiran yang sama akan pentingnya peningkatan kesegaran jasmani dan status gizi pada siswa guna meningkatkan prestasi
belajar siswa disekolah. 2. Memperhatikan dengan sungguh-sungguh aspek yang mempengaruhi
kesegaran jasmani dan gizi siswa.
63
3. Bagi guru untuk meningkatkan kondisi fisik siswa dengan pendidikan jasmani sehingga diharapkan kesegaran jasmani siswa lebih baik. Begitu
pula dengan proses pembelajaran harus dimanfaatkan dengan seoptimal mungkin.
4. Bagi orang tua untuk lebih memperhatikan dalam pemenuhan zat makan bagi anak, jika pemenuhan zat makanan bagi anak kurang maka anak akan
terganggu kesehatannya dan sebaliknya bila pemenuhan zat makanan baik maka akan didapat status gizi yang baik pula.
5. Bagi peneliti selanjutnya, agar dapat melakukan penelitian tingkat keberbakatan olahraga dengan menambahkan atau mengganti variabel-
variabel yang ada, meminimalkan keterbatasan dalam penelitian, dan memperluas lingkup penelitian.
64
DAFTAR PUSTAKA
Agus Mukholid. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan. Untuk SMA Kelas X. Yudistira.
Agus Mahendra. 2007. Panduan Kesehatan Olahraga Bagi Petugas Kesehatan. httpwww.Pbprimaciptautama.blogspot.com. Diakses: 20 Februari 2009.
Aviv Yuka Purnomo. 2009 “Kebugaran Jasmani Dan Status Gizi Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tempel Sleman.”Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY.
Azrul Azwar. 2004. Tubuh Sehat Ideal Dari Segi Kesehatan. www.gizi.netgaya-hidupTubuh-ideal-sehat. 10 Juli 2009.
Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro. 1984. Kesehatan Olahraga. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Djoko Pekik Irianto. 2004. Bugar dan Sehat Dengan Berolahraga. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Djoko Pekik Irianto. 2007. Panduan Gizi Lengkap Keluarga dan Olahragawan. Yogyakarta: C.V ANDI OFFSET.
Depdiknas. 1999. Tes Kebugaran Jasmani Indonesia. Jakarta: Depdiknas. Endy Paryanto Prawirohartono. 1996. Status Gizi. Yogyakarta: Pusat Informasi
Makanan Sehat Instalasi Gizi RSUP Dr. Sarjdito. Erni Mulandari, dkk. 2007. “Pengaturan diet pada orang dewasa penderita
obesitas .” Makalah Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi.
I Dewa Nyoman, dkk. 2002 Penilaian Status Gizi. Jakarta: EGC.
65
Kemenkes. 2010. Standar Antropometri Penilaian Status Gizi Anak. Jakarta: Kemenkes.
Made Astawan dan Mita Wahyuni. 1988. Gizi dan Kesehatan Manula. PT MELTON PUTRA, Jakarta.
Mohammad Sajoto. 1988. Pembinaan Kondisi Fisik Dalam Olahraga. Jakarta: Depdikbud.
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Untuk SMA Kelas X. Erlangga
Rusli lutan Andang Suherman. 2000. Pengukuran dan Evaluasi Penjas. Yogyakarta: Depdikbud.
Rusli lutan, dkk. 2001. Pendidikan Kebugaran Jasmani Orientasi Pembinaan di Ssepanjang Hayat
. Jakarta: Depdiknas. Sharkey, Brian J. 2003. Kebugaran dan Kesehatan. Jkarta: Divixi Buku Sport
PT RAJAGRAFINDO PERSADA. Sunita Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka
Utama Suhantoro. 1986. Manula Kesehatan Olahraga. Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Wahyu Nurhidayanti. 2004. “Hubungan Antara Status Gizi Dan Tingkat Kebugaran Jasmani Siswa Kelas V SDN Muhammadiyah 1 Ngupasan.”
Skripsi . Yogyakarta: FIK UNY.
66
Lampiran 1. Tes Status Gizi
Tes ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui Indeks Masa Tubuh IMT. Tes ini meliputi:
1. Pengukuran Tinggi Badan TB 2. Pengukuran Berat Badan BB
Peralatan tes antara lain: 1. Timbangan tubuh
2. Meteran tinggi badan
Indeks Massa Tubuh IMT
Indeks Massa Tubuh IMT adalah berat badan kilogram dibagi tinggi badan kuadrat dalam meter. Indeks massa tubuh merupakan cara untuk menggambarkan
berat badan dalam hubungannya dengan tinggi badan. Prosedur pelaksanaan tes sebagai berikut :
Berdiri tegak lurus
Pandangan lurus kedepan
Saat pengukuran berat badan, atlet atau orang coba menggunakan pakaian seminim mungkin. Tinggi badan satuan alatnya adalah cm, berat badan
satuan alatnya adalah kilogram Kg
Alat yang digunakan, antropometer, meteran yang sudah ditera dan timbangan yang sudah ditera.
Indeks massa tubuh dapat digunakan untuk mengetahui berat badan ideal. untuk mengetahui indeks massa tubuh dapat digunakan rumus berikut.
Indeks massa tubuh IMT = berat
kg tinggi
2
m
67
Indeks massa tubuh digunakan untuk memprediksi status gizi anak usia sekolah yaitu keadaan obesitas. Ada beberapa rumus yang dipergunakan dalam
pengukuran antropometri untuk mengetahui berat ideal serta batas dari kewajaran berat seseorang.
Angka indeks massa tubuh atau dalam bahasa Inggris adalah body mass index
BMI digunakan untuk menunjukkan kategori berat badan seseorang apakah sudah proporsional atau belum. Melalui BMI, seseorang akan tahu apakah
dia termasuk kategori berberat badan normal, kelebihan, atau justru kekurangan.
Perkiraan jumlah total lemak dalam tubuh yang muncul adalah hasil dari pembagian berat badan seseorang dalam satuan kilogram dengan tinggi mereka
dalam meter kuadrat. Bagi beberapa kelompok orang, nilai indeks massa tubuh kemungkinan tidak akurat. Mereka yang sedang hamil, adalah binaragawan, atau
atlet dengan tingkat aktivitas tinggi adalah golongan yang kemungkinan nilai IMT mereka tidak mencerminkan kesehatan saat itu. Artinya, meski nilai IMT mereka
di atas normal, ini bukan berarti mereka memiliki lemak berlebihan.
Perhitungan IMT baik diketahui terutama sebagai pengingat seseorang akan pemeliharaan berat badan yang sehat. Dengan memiliki berat badan yang
normal, keuntungan berikut bisa didapatkan.
Berat badan yang normal memungkinkan seseorang dapat melakukan aktivitas lebih banyak.
Berat badan ideal juga meminimalkan seseorang dari risiko terkena nyeri
sendi dan nyeri otot.
Orang yang memiliki berat badan normal memiliki pola tidur yang lebih baik dibandingkan mereka yang tidak.
Kinerja jantung akan lebih ringan bagi seseorang dengan berat badan normal.
Peredaran darah dan metabolisme juga akan lebih baik jika seseorang memiliki berat badan yang ideal.
Berat badan normal juga dapat mengurangi risiko terkena penyakit jantung dan kanker tertentu.
Mengurangi berat badan secara tidak langsung juga mengurangi kolesterol, trigliserida, glukosa darah, dan mengurangi risiko terkena diabetes tipe 2.
Mengingat banyaknya keuntungan memiliki berat badan ideal, pengetahuan mengenai indeks massa tubuh masih layak untuk dipertahankan
terutama sebagai kontrol diri. Pastikan pola makan yang sehat dan olahraga yang teratur menjadi kebiasaan Anda sehari-hari.
68
Lampiran 2.
No Subyek
Kelas Tinggi Badan
Berat Badan 1
S1 XI
180 68
2 S2
XI
178 65
3 S3
X
170 50
4 S4
XI
165 55
5 S5
XI
169 55
6 S6
XI
172 63
7 S7
XI
169 62
8 S8
X
178 75
9 S9
XI
169 62
10 S10
X
175 81
11 S11
X
169 68
12 S12
XI
171 55
13 S13
X
165 57
14 S14
X
163 55
15 S15
XI
165 50
16 S16
XI
171 62
17 S17
XI
170 65
18 S18
X
171 69
19 S19
X
178 70
20 S20
XI
168 58
21 S21
XI
175 63
22 S22
XI
164 55
23 S23
X
160 47
24 S24
X
160 55
25 S25
X
175 60
26 S26
X
170 68
27 S27
XI
172 65
28 S28
XI
174 65
29 S29
XI
180 67
30 S30
X
170 58
69
Lampiran 3.
No Subyek
Tanggal lahir Umur
IMT IMT
menurut umur
Klasifikasi Tahun
Bulan 1
S1 4 Juli 1999
16 10
21 1
Normal 2
S2 9 November 1998
17 6
20,5 -1
Normal 3
S3 18 Maret 2000
16 2
17,3 -2
Normal 4
S4 27 Oktober 1998
17 7
20,2 -1
Normal 5
S5 14 Desember 1998
17 5
19,3 -1
Normal 6
S6 21 Desember 1998
17 4
21,3 1
Normal 7
S7 29 Januari 1999
16 5
21,7 1
Normal 8
S8 6 Februari 1999
16 3
23,7 1
Normal 9
S9 2 Februari 1999
16 3
21,7 1
Normal 10
S10 13 April 2000
15 1
26,4 2
Gemuk 11
S11 19 Juni 1999
16 11
23,8 1
Normal 12
S12 4 Agustus 1998
17 9
18,8 -2
Normal 13
S13 12 September 2000
15 8
20,9 1
Normal 14
S14 1 Agustus 2000
15 9
20,7 1
Normal 15
S15 9 Juli 1999
16 10
18,4 -2
Normal 16
S16 29 Mei 1999
16 11
21,2 1
Normal 17
S17 9 Desember 1998
17 5
22,5 1
Normal 18
S18 12 Oktober 1999
16 7
23,6 1
Normal 19
S19 24 Juli1999
16 9
22,1 1
Normal 20
S20 11 Mei 1999
17 20,5
-1 Normal
21 S21
7 Agustus 1998 17
9 20,6
-1 Normal
22 S22
10 Oktober 1998 17
7 20,4
-1 Normal
23 S23
6 Januari 1999 16
4 18,4
-1 Normal
24 S24
14 Januari 1999 16
4 21,5
1 Normal
25 S25
17 Februari 1999 16
3 19,6
-1 Normal
26 S26
25 Mei 1999 16
11 23,5
1 Normal
27 S27
30 Desember 1998 17
4 22
1 Normal
28 S28
8 Juni 1999 16
11 21,5
1 Normal
29 S29
16 Agsutus 1998 17
9 20,7
-1 Normal
30 S30
29 Januari 1999 16
3 20,1
-1 Normal
70
Statistics
VAR00001 N
Valid 30
Missing Mean
21,130 Std. Error of Mean
,3431 Median
20,950
a
Mode 18,4
b
Std. Deviation 1,8793
Variance 3,532
Skewness ,518
Std. Error of Skewness ,427
Kurtosis 1,134
Std. Error of Kurtosis ,833
Range 9,1
Minimum 17,3
Maximum 26,4
Sum 633,9
Percentiles 25
20,200
c
50 20,950
75 22,000
71
Lampiran 4.
TES KESEGARAN JASMANI INDONESIA TKJI
Pengantar :
Dalam lokakarya kesegaran jasmani yang dilaksanakan pada tahun 1984 “ Tes Kesegaran Jasmani Indonesia “ TKJI telah disepakati dan ditetapkan
menjadi instrumen alat tes yang berlaku di seluruh wilayah Indonesia karena TKJI disusun dan disesuaikan dengan kondisi anak Indonesia. TKJI dibagi dalam
4 kelompok usia, yaitu : 6-9 tahun, 10-12 tahun, 13-15 tahun, dan 16-19 tahun. Akan tetapi pada handout ini akan dibahas TKJI pada kelompok usia 13-15 tahun
dan 16-19 tahun. Tulisan berikut adalah tulisan adaptasi dari buku Tes Kesegaran Jasmani
Indonesia untuk kelompok usia 16-19 tahun yang diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk memahami peraturan dan tata cara TKJI dengan baik dan benar.
Semoga bermanfaat.
A. Rangkaian Tes