manajemen juga dapat menentukan waktu pengakuan beberapa peristiwa.
2. Perataan laba melalui alokasi selama periode tertentu.
3. Perataan laba melalui klasifikasi
2.2.8 Faktor-faktor yang mempengaruhi perataan laba
Beberapa faktor yang mendorong manajer untuk melakukan perataan laba antara lain : ukuran perusahaan, profitabilitas, dan financial
leverage.
2.2.8.1 Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah skala dimana dapat diklasifikasikan besar kecilnya perusahaan menurut berbagai cara antara lain total
aktiva, log size, nilai pasar saham, dll. Pada dasarnya ukuran perusahaan dibagi
dalam tiga kategori yaitu perusahaan besar large firm, perusahaan menengah medium firm dan perusahaan kecil small firm. Penentuan
ukuran perusahaan ini didasarkan pada total atau nilai aktiva Machfoedz,1994.
Menurut Moses 1987 menemukan bukti bahwa perusahaan- perusahaan yang lebih besar memliki dorongan yang lebih besar pula
untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaan- perusahaan yang lebih kecil karena perusahaan-perusahaan yang lebih
besar menjadi subyek pemeriksaan pengawasan yang lebih ketat dari pemerintah dan masyarakat umumgeneral public.
Hasil lainnya ditemukan menurut Nasser dan Herlina 2003 dalam Juniarti dan Carolina menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki
aktiva besar yang kemudian dikategorikan sebagai perusahaan besar umumnya akan mendapat lebih banyak perhatian dari berbagai pihak.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah total aktiva perusahaan Juniarti dan Carolina, 2005.
Penelitian sebelumnya baik yang digunakan didalam maupun diluar negeri. Secara logis nilai aktiva dapat memicu motivasi manajer dalam
melakukan tindakan perataan laba,untuk menimbulkan kesan yang lebih baik mengenai perusahaannya kepada para pemakai laporan.
Banyak peneliti sebelumnya menyimpulkan bahwa semakin besar ukuran suatu perusahaan maka semakin besar pula indeks perataan laba.
Variabel ukuran perusahaan yang digunakan adalah :
Size = Log Total Aktiva
Narsa,et.al,2003:137
2.2.8.2 Profitabilitas
Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan total aktiva maupun modal
sendiri. Profitabilitas selain digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba juga untuk mengetahui efektifitas
perusahaan dalam mengelola sumber-sumber yang dimilkinya. Sehingga profitabilitas diduga dapat mempengaruhi laba, karena secara langsung
merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba, hasil empiris dalam penelitian Liauw She Jin dan Machfoedz 2001
menghasilkan bukti bahwa perusahaan yang mempuyai tingkat profitabilitas rendah atau menurun lebih cenderung melakukan perataan
laba. Definisi profitabilitas menurut Weston dan Capeland 1995 dalam
Liauw She Jin 2000 adalah rasio pengukuran efektifitas manajemen berdasarkan laba yang dilaporkan sehingga profitabilitas diduga
mempengaruhi perataan laba karena secara logis laba merupakan instrumen yang terkait langsung dengan objek perataan laba.
Penelitian Moses 1987 dalam Assih dan Gudono 2000 menyatakan bahwa profitabilitas dapat merefleksikan motivasi manajer
untuk dapat meratakan laba. Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan hasil akhir dari
sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan sehingga dapat disimpulkan bahwa rasio ini mengukur seberapa besar efektifitas
manajemen secara keseluruhan sebagaimana ditunjukkan dengan keuntungan yang diperoleh dari pendapatan usaha dan investasi.
Ada berbagai pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume
penjualan, total aktiva dan modal sendiri. Secara keeluruhan ketiga pengukuran ini akan memungkinkan seseorang penganalisa untuk
mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan.
Disini perhatian ditekankan pada profitabilitas, karena untuk dapat melangsungkan hidupnya, suatu perusahaan haruslah berada dalam
keadaan menguntungkan atau profitable. Salah satu metode pengukuran profitabilitas adalah dengan
menggunakan Net Profit Margin NPM, Net Profit Margin menunjukan keuntungan sehubungan dengan penjualan, margin penghasilan bersih
ini diduga mempengaruhi perataan penghasilan, sebagaimana penelitian bersih yang dilakukan oleh Archibalt1967, Dascher dan Malcom
1969, Barnea,Ronen dan Saden 1975;Beatle,dkk 1994, yang menginvestasikan berbagai instrument laporan keuangan seperti metode
depresiasi, perubahan kebijakan akuntasi, dan extraordinary items untuk meratakan penghasilan. Secara logis NPM dapat merefleksikan motivasi
manajer untuk meratakan penghasilan. Secara sistematis Net Profit Margin dihitung dengan rumus:
NPM = Laba Setelah pajak
X 100 Penjualan Bersih
Sartono,2001:123
2.2.8.3 Financial Leverage